Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati mengatakan sebagian publik menginginkan Ganjar Pranowo dan Erick Thohir melanjutkan trah kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Saat ini publik menginginkan sosok pemimpin nasional yang menawarkan meneruskan program presiden sebelumnya,” kata Mada Sukmajati, dilansir dari Antara, Kamis (5/12/2022).
Warisan buat Ganjar: Hal itu disampaikannya dalam rangka menanggapi hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang mengungkapkan elektabilitas sejumlah tokoh nasional.
Survei tersebut menyimulasikan pasangan sejumlah tokoh. Dalam survei itu, Ganjar-Erick memperoleh elektabilitas 38,6 persen atau unggul dari pasangan Anies-AHY yang meraih elektabilitas 35,4 persen, dan Prabowo-Puan 19,8 persen.
“Tingginya elektabilitas pasangan Ganjar Erick lantaran publik masih menginginkan sosok kepemimpinan bangsa seperti Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Ganjar-Erick unggul: Menurut Mada Sukmajati, fenomena calon pemilih saat ini berbeda dari Pemilu 2014. Sebab saat itu pemilih menginginkan perubahan gaya kepemimpinan nasional. Misalnya dekat dengan masyarakat, sederhana, ramah, dan kerja nyata.
Sukmajati menilai publik tidak suka dengan gaya kepemimpinan yang menawarkan kebijakan yang berbeda atau merombak kebijakan Presiden Jokowi selama ini. Di satu sisi, gaya kepemimpinan yang menawarkan untuk meneruskan program Presiden Jokowi melekat di pasangan Ganjar-Erick.
Survei IPI juga menunjukkan saat ini pemilih tidak menginginkan calon pemimpin yang sekadar menjual kepopuleran atau tidak punya visi misi jelas untuk memajukan bangsa.
Ia berpendapat kunci mempertahankan elektabilitas capres dan cawapres ditentukan masing-masing kandidat. Jika calon pemimpin tidak melakukan aksi yang menimbulkan reaksi negatif, maka diyakini hasil survei Indikator Politik Indonesia tak akan jauh berbeda dengan hasil akhir Pilpres 2024.
“Naik atau turunnya elektabilitas capres-cawapres ditentukan mereka sendiri. Kita bisa belajar dari pengalaman Pilkada DKI ketika Ahok kepeleset dengan membawa sentimen agama,” ujarnya.
Baca Juga:
Kepuasan Masyarakat terhadap Jokowi Untungkan Ganjar Pranowo