Isu Terkini

Kesadaran tentang Kesehatan Mental Rendah di Asia Tenggara

Muhammad Fadli — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi kesehatan mental

Psikiater Eva Suryani mengungkap kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

Hal ini menyusul kondisi penderita gangguan kesehatan jiwa, termasuk depresi, dapat menjadi buruk jika tak segera ditangani.

“Depresi itu seperti samudera biru yang dalam. Orang dengan depresi sering merasa seperti tenggelam di bawah ombak. Depresi juga datang pada berbagai tingkat kedalaman; semakin dalam depresinya, semakin gelap warnanya,” kata Eva dikutip Antara.

Bisa diobati: Psikiater yang terhimpun dalam Ikatan Dokter Indonesia, dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia itu mengatakan depresi dapat dikelola dan diobati.

“Orang harus menyadari bahwa memahami kondisi dan gejalanya dapat membantu pasien. Ketidakseimbangan kimia dapat menyebabkan depresi, namun depresi dapat dikelola dan diobati oleh tenaga kesehatan profesional,” imbuhnya.

Kesadaran rendah: Ia mengungkap kesehatan jiwa sendiri memiliki prioritas rendah di negara-negara Asia Tenggara. Depresi juga tidak dipahami dengan baik di kawasan ini, mengingat stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Akibatnya, pasien terus-menerus merasa frustrasi dan tidak berdaya.

Di Indonesia, kata Eva, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan jiwa emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Baca Juga:

Terlalu Sering Main Medsos Berdampak pada Kesehatan Mental

Kesehatan Mental jadi Alasan Milenial Childfree

Isu Kesehatan Mental Bayangi Penyintas Covid-19 Australia

Share: Kesadaran tentang Kesehatan Mental Rendah di Asia Tenggara