Internasional

Gemilang Redup Industri Teknologi AS, PHK Massal di Amazon-Meta

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi PHK

Industri teknologi telah memberikan pekerjaan yang nyaman dan bergaji tinggi di Amerika Serikat (AS) selama lebih dari dua dekade. Akan tetapi, industri teknologi yang memukau kini telah memudar dalam beberapa minggu terakhir.

Penyebab PHK massal: Sebanyak 24.000 pekerja teknologi di 72 perusahaan telah diberhentikan di AS pada November 2022. Jadi, total ada 120.000 pekerja teknologi yang kehilangan pekerjaan di AS pada 2022. Umumnya, perusahaan menyebut PHK disebabkan mempekerjakan terlalu banyak karyawan selama pandemi Covid-19 dan goncangan ekonomi global.

Kini, ledakan internet telah memudar, kehidupan offline semakin meningkat. Perusahaan merekrut karyawan baru selama pandemi Covid-19 dengan ongkos yang dianggap terlalu mahal. Di sisi lain, suku bunga tinggi telah mengakhiri era modal ventura uang murah.

Amazon: Raksasa ritel, Amazon berencana melakukan PHK terhadap 10.000 karyawan pada divisi HR (human resource), ritel, dan teknologi. PHK dilaporkan fokus pada divisi perangkat Amazon, termasuk Alexa, perusahaan asisten teknologi virtual perusahaan.

“Kami menghadapi lingkungan ekonomi makro yang tidak biasa, dan ingin menyeimbangkan perekrutan dan investasi kami dengan pemikiran tentang ekonomi ini,” tutur Wakil Presiden SDM dan Teknologi Amazon, Beth Galetti, dilansir dari NPR.

Meta: Perusahaan induk Facebook dan Instagram, Meta, memberhentikan 11.000 karyawan atau 13% dari stafnya minggu lalu. CEO Mark Zuckerberg menganggap PHK disebabkan terlalu banyak merekrut karyawan selama pandemi Covid-19, goncangan ekonomi global, persaingan usaha, hingga penurunan penghasilan iklan.

“Saya salah paham, dan saya bertanggung jawab untuk itu,” ujar Zuckerberg.

Twitter: Twitter melakukan PHK massal usai miliarder Tesla dan CEO SpaceX Elon Musk membeli platform media sosial itu pada akhir Oktober 2022. Musk melakukan PHK terhadap 3.700 karyawan, dari CEO hingga staf Twitter.

“Mengenai pengurangan kekuatan Twitter, sayangnya tidak ada pilihan ketika perusahaan merugi lebih dari 4 juta USD (Rp 62,2 miliar)/hari,” ujar Musk.

Co-founder dan mantan CEO Twitter Jack Dorsey mengakui kesalahan karena mempekerjakan terlalu banyak pekerja dalam beberapa tahun terakhir.

“Saya memiliki tanggung jawab mengapa semua orang berada dalam situasi ini: saya mengembangkan ukuran perusahaan terlalu cepat. Saya minta maaf untuk itu,” ucapnya.

Perusahaan teknologi lain: Perusahaan perangkat lunak multinasional, Microsoft melakukan PHK terhadap kurang dari 1.000 karyawannya. Perusahaan fintech raksasa, Stripe, juga melakukan PHK terhadap sekitar 1.000 karyawannya pada Kamis (3/11/2022).

CEO Stripe Patrick Collison mengatakan, PHK disebabkan kesalahan dirinya dan salah satu pendiri perusahaan itu John Collison yang terlalu optimis selamat pandemi Covid-19. Yaitu, dengan pertumbuhan jangka pendek ekonomi internet dan meningkatkan biaya operasi terlalu cepat. Selain itu, Stripe juga menghadapi masalah inflasi, suku bunga tinggi, hingga anggaran investasi yang berkurang.

Perusahaan perangkat lunak, Salesforce juga melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya. Perusahaan pangkalan data property daring, Zillow juga memberhentikan 300 karyawan pada Oktober 2022 lalu. Sedangkan perusahaan induk aplikasi Snapchat, Snap, melakukan PHK terhadap 1.200 karyawannya. Lalu, perusahaan aplikasi pialang, Robinhood memberhentikan 780 karyawannya.

Baca Juga:

Alasan Mark Zuckerberg PHK Karyawan Meta

Jelang Musim Resesi, Puluhan Ribu Karyawan Tekstil Kena PHK

Sepanjang 2022 Ribuan Karyawan Kena Gelombang PHK

Share: Gemilang Redup Industri Teknologi AS, PHK Massal di Amazon-Meta