Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta negara atau kekuasaan tak ikut terlibat dalam kontestasi Pemilu 2024 mendatang.
“Cara selanjutnya menghadirkan negara dengan segala kekuatan pranatanya. Namun tidak ikut terlibat dalam kontestasi,” kata Haedar, seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Rabu (9/11/2022).
Negara netral: Haedar menerangkan, langkah itu penting dilakukan guna menjaga kewibawaan negara. Jika negara netral, maka publik akan mempercayai negara untuk meredam keterbelahan massa buntut pemilu.
”Ini penting agar kita tidak terlibat dalam subjektivikasi politik yang akhirnya ketika terjadi pembelahan menyebabkan negara tidak bisa menjadi kekuatan yang berwibawa,” katanya.
Dia menegaskan, kewibawaan negara ini penting sebagai penengah atas terjadinya pembelahan yang menyebabkan ketidakseimbangan tubuh bangsa akibat polarisasi politik. Kewibawaan tersebut akan hilang jika negara ikut serta dalam kontestasi.
Konsistensi Muhammadiyah: Mencegah pembelahan masyarakat seperti Pemilu 2019, menurutnya, kekuatan masyarakat seperti organisasi keagamaan, termasuk Muhammadiyah supaya menjaga jarak dari kontestasi itu. Muhammadiyah konsisten berada pada posisinya menjaga jarak.
”Terakhir tentu kita ingin lahirnya para elit siapapun yang diusung partai manapun, baik di partai politik, di kekuatan-kekuatan masyarakat yang menjadi penyangga dari kontestasi, baik dari relawan maupun calon eksekutif betul-betul menjadi negarawan. Saat ini menciptakan ruang publik untuk kontestasi 2024 itu adalah ajang para negarawan untuk mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan diri, kelompok, kroni, dinasti dan orientasi kekuasaan yang tak berkesudahan,” ujarnya.
Baca Juga:
PP Muhammadiyah Tetapkan Idul Adha Jatuh pada 9 Juli 2022
Buya Syafii Wafat, Muhammadiyah Minta Tak Kirim Karangan Bunga