Internasional

Jurnalis Filipina Tewas Ditembak, Sering Kritik Pemerintah

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ilustrasi jurnalis

Jurnalis Percival Mabasa ditembak mati di dekat rumahnya. Kelompok media dan aktivis kebebasan pers di Filipina mengutuk pembunuhan penyiar radio berusia 63 tahun itu.

Profesi berbahaya: Percival dibunuh oleh dua penyerang yang mengendarai sepeda motor di gerbang kompleks perumahan di daerah Las Pinas di pinggiran kota Manila pada Senin (3/10/2022). Pembunuhan Mabasa menunjukkan jurnalis tetap menjadi profesi yang berbahaya di Filipina.

“Insiden yang terjadi di Metro Manila menunjukkan betapa kurang ajarnya para pelaku, dan bagaimana pihak berwenang gagal melindungi jurnalis serta warga biasa dari bahaya,” demikian keterangan tertulis Persatuan Jurnalis Nasional Filipina.

Mabasa telah mengkritik ‘tanda merah’ – menuduh seseorang sebagai simpatisan komunis –, operasi perjudian online, dan informasi yang salah seputar darurat militer. Percival merupakan kritikus yang blak-blakan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte beserta kebijakannya. Percival juga merupakan kritikus yang blak-blakan terhadap pejabat di pemerintahan penggantinya, Ferdinand Marcos Jr.

Usut tuntas: Tidak ada komentar langsung dari pemerintah. Sedangkan polisi berjanji untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku.

“Kami tidak mengabaikan kemungkinan penembakan itu terkait dengan pekerjaan korban di media,” ujar Kepala polisi setempat Jaime Santos dalam sebuah pernyataan.

Pihak keluarga menyebut, pembunuhan Mabasa sebagai ‘kejahatan yang menyedihkan’ dan menuntut ‘pembunuhnya yang pengecut dibawa ke pengadilan’.

Kelompok hak asasi manusia (HAM) Karapatan menggambarkannya sebagai ‘salah satu penebar kebenaran paling kejam’ di Filipina.

Federasi Jurnalis Internasional meminta pemerintah untuk menyelidiki kasus tersebut.

“Dia adalah yang terbaru dalam daftar panjang wartawan yang terbunuh di negara ini,” ucapnya, dilansir dari Al Jazeera.

Pembunuhan Mabasa mengikuti penusukan fatal bulan lalu terhadap jurnalis radio Rey Blanco di Filipina tengah. Filipina memiliki salah satu lingkungan media paling liberal di Asia, tetapi tetap menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, terutama di provinsi-provinsinya.

Menurut pengawas internasional Reporters Without Borders, setidaknya 187 wartawan telah tewas dalam 35 tahun terakhir di Filipina, termasuk 32 dalam satu insiden pada tahun 2009.

Baca Juga:

PNS Pemkab Karawang Diduga jadi Otak Penculikan-Penganiayaan 2 Jurnalis

Brigadir Frillyan Disanksi Demosi karena Intimidasi Jurnalis di Rumah Sambo

Polisi Ringkus Pelaku Pemberi Racun Kepada Jurnalis

Share: Jurnalis Filipina Tewas Ditembak, Sering Kritik Pemerintah