Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyoroti kenaikan harga minyak mentah dunia. Dia menuturkan, harga minyak mahal lantaran dijadikan sebagai alat perang oleh negara-negara yang terlibat konflik, baik secara langsung maupun tidak.
“Harga komoditas ini sangat volatile karena dipengaruhi tidak hanya supply demand, tetapi juga sudah menjadi alat perang dari sisi geopolitik competition. Sehingga prediksi dan behaviour dari harga minyak jadi sangat tidak pasti,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip dari kanal YouTube TV Parlemen, Jumat (2/9/2022).
Akan berlanjut: Sri Mulyani memperkirakan harga minyak mentah dunia masih akan tinggi. Harga komoditas ini akan terus bergejolak dalam waktu yang cukup lama.
Asumsi harga: Pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah dalam RAPBN 2023 ditetapkan sebesar 90 dollar AS per barrel. Angka itu lebih tinggi dari asumsi dalam APBN 2022 yang hanya sebesar 63 dollar AS per barrel. Angka asumsi pemerintah masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan harga minyak mentah dunia saat ini yang berada di atas level 100 dollar AS per barrel.
Langkah OPEC: Kenaikan harga minyak dunia sepertinya akan terus berlanjut. Menurut Sri, OPEC, selaku organisasi perkumpulan negara-negara produsen minyak memilih untuk menahan produksi mereka.
Hal itu tentu saya mendorong penawaran minyak ke pasaran menjadi terbatas. Sementara permintaan bergerak konstan, bahkan bisa jadi meningkat.
Keadaan ini membuat fluktuasi harga minyak di pasar internasional berada di luar batas normal.
“Minggu ini, OPEC statement-nya mereka tidak akan merespons dengan meningkatkan produksi yang signifikan terkait dengan perkembangan harga sangat tinggi, ini menyebabkan supply jadi terbatas bahkan karena terjadinya embargo menyebabkan harga semakin melonjak jauh di atas situasi normal,” paparnya.
Baca Juga:
Luhut Beri Sinyal Jokowi akan Naikkan Harga BBM Pekan Depan
Jokowi Bicara Rencana Kenaikan Harga BBM
Sinyal BBM Naik Makin Kuat, Luhut: Skema Penyesuaian Masih Dihitung