Politik

Prabowo Bakal Cetak Rekor Jika Kembali Nyapres

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Antara

Partai Gerindra resmi menjalin koalisi dengan Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB)  dalam Pemilihan Umum
(Pemilu) 2024. Kesepakatan koalisi itu ditandai dengan penandatanganan Piagam
Deklarasi yang dilakukan di Sentul Convention Center, Bogor, Jawa Barat pada
Sabtu (13/8/2022) lalu.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan, sampai dengan
kesepakatan koalisi itu ditekan, mereka memiliki dua kandidat calon presiden
(capres). Kendati belum diputuskan secara resmi.

Sehari sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad
Muzani mengatakan, semua kader partainya menginginkan Prabowo Subianto kembali
maju menjadi capres di Pilpres 2024.

Muzani menerangkan alasan seluruh kader Gerindra ingin ketua
umumnya kembali maju menjadi calon orang nomor satu di Indonesia. Menurut
mereka nama Prabowo masih populer di tengah publik.

Selain mengacu pada popularitasnya, dukungan terhadap
politisi Gerindra yang kini tengah menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu
didorong atas kinerjanya selama ini. Jabatan yang tengah diemban Prabowo
dianggap dapat memberikan dampak positif pada Pemerintahan Joko Widodo atau
Jokowi.

Prabowo akan memecahkan rekor jika ia kembali maju menjadi
capres pada kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Mantan Komandan Jenderal
Kopassus itu tercatat pernah tiga kali mencalonkan diri sebagai calon presiden
atau wakilnya. Jika ia kembali maju pada Pilpres mendatang, maka sudah empat
kali Prabowo mencoba untuk menduduki kursi presiden, di mana sekali mencalonkan
diri sebagai wakil.

Kali pertama dilakukan pada 2009 ketika Prabowo menjadi
cawapres dari capres Megawati Soekarnoputri. Selanjutnya pada Pilpres 2014,
Prabowo kembali maju. Namun kali ini mencalonkan diri sebagai calon presiden.
Sementara wakilnya ialah Hatta Rajasa yang kala itu menjabat sebagai Ketua
Prabowo kembali mencoba peruntungannya memperebutkan kursi presiden pada
Pilpres 2019. Prabowo  mencalonkan diri
sebagai presiden berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno melawan pasangan
Jokowi, presiden petahana dengan wakilnya Ma’ruf Amin.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (OPI) Dedi
Kurnia Syah menilai, menjatuhkan pilihan untuk kembali mengusung Prabowo
sebagai capres memiliki beberapa konsekuensi positif maupun negatif. Dia
memandang, sebagai wajah lama Prabowo cukup sulit untuk bisa memenangkan
Pilpres jika dihadap-hadapkan dengan wajah-wajah bakal capres baru. Dedi
membaca potensi kekalahan itu ada jika Gerindra nekat mencalonkan bekas menantu
Presiden ke-2 Indonesia itu.

Namun Dedi melihat maksud lain dari pencalonan Prabowo
sebagai presiden. Menurutnya strategi kembali mencalonkan Prabowo bisa
dilakukan guna mengamankan suara Gerindra yang masih mengandalkan ketokohan
nama besar Prabowo.

“Bahwa Prabowo Subianto ini adalah magnet bagi pemilih
Gerindra, sehingga dengan adanya Prabowo Subianto maka partai akan mendapatkan
suara yang baik. Termasuk juga celeg-celeg yang diusung Gerindra punya potensi
baik juga,” kata Dedi ketika dihubungi Asumsi.co, Sabtu (13/8/2022).

Suara Prabowo berpotensi terkuras jika Anies Baswedan
mendapatkan tiket untuk melenggang ke Pilpres 2022. Sebab menurut Dedi
pendukung Prabowo di Pilpres 2019 tak sedikit yang akan berpaling ke Anies
karena Anies ditafsirkan sebagai satu-satunya sosok yang mewakili oposisi.

“Pascapembentukan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, di
mana Prabowo Subianto bergabung memang saat itu sudah kelihatan bahwa sebagian
besar pemilih Prabowo melakukan pilihannya ke Anies Baswedan,” ujarnya.

Namun Dedi meramal turunnya suara Prabowo dalam Pilpres
mendatang tidak lantas menjamin kemenangan Anies Baswedan. Nama Prabowo bakal
lebih kuat bilamana disandingkan dengan calon wakil presiden (capres) dari
kalangan mudah, sebut saja Erick Thohir.

“Jadi misalnya bertemu di 2024 Anies Baswedan-AHY maju,
kemudian Prabowo Subianto Erick Thohir, maka peluang Prabowo-Erick Thohir lebih
potensial dibandingkan Anies-AHY. Ini kalau skemanya berhadapan dua skema itu,”
ujar Dedi.

Hal semisal juga dibaca Direktur Eksekutif Parameter Politik
Indonesia, Adi Prayitno yang membaca kesulitan Prabowo untuk menempati kursi
orang nomor satu di Indonesia jika berhadapan dengan nama-nama baru layaknya
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

“Karena dalam beberapa simulasi survei misalnya, Prabowo
kalah kalau lawan yang dihadapi itu Ganjar berpasangan dengan Ridwan Kamil atau
Ganjar berpasangan dengan Sandiaga Uno,” kata Adi kepada Asumsi.co, Sabtu
(13/8/2022).

Prabowo juga bakal keok jika lawan yang dihadapi pasangan
Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) . Namun keadaan akan
berubah jika lawan Prabowo tokoh-tokoh lama seperti, Airlangga Hartarto.

Nama Prabowo terbaca memiliki elektabilitas yang stagnan
dalam sejumlah survei. Hal ini patut dimengerti sebab, menurut Adi masyarakat
mengalami kejenuhan dengan sosok Prabowo.

“Kejenuhan dengan sosok Prabowo yang sudah tiga kali ikut
Pemilu sejak 2009. Yang kedua elektabilitas Prabowo jauh dari Ganjar. Itu
artinya publik menginginkan sosok-sosok baru yang dianggap bisa mewarnai
perpolitikan di 2024,” katanya.

Baca Juga

Share: Prabowo Bakal Cetak Rekor Jika Kembali Nyapres