Bisnis

Roller Coaster Harga Bitcoin

Ilham — Asumsi.co

featured image
Dmitry Demidko/ Unsplash

Harga Bitcoin sempat menembus level US$ $52,457.61 atau senilai Rp746.170.159 pada Selasa (7/9/2021) pagi. Selama sepekan koin kripto ini terus naik dan melonjak 26,3% selama sebulan terakhir. Ini menandai bitcoin bangkit dari keterpurukan ketika sempat tersungkur di bawah $30.000 per BTC.

Mengutip CoinDesk, harga Bitcoin tampaknya akan terus naik setelah melewati level resistensi utama, dengan grafik mengisyaratkan apa yang disebut golden crossover, indikator bullish jangka panjang.

Sementara, kripto Bitcoin Cash (BCH) naik 5% menjadi Rp 11,11 juta per koin. Sedangkan untuk Ethereum (ETH) terlihat stagnan dan cenderung melemah di mana harga terakhir di Rp55,8 juta (terkoreksi 0,16%). Litecoin (LTC) juga terkoreksi 2,69% di mana harga terakhir Rp3,11 juta per koin.

Tammy Da Costa, analis dari DailyFX menuliskan saat ini harga Bitcoin dipengaruhi rilis NFP (Non-Farm Payrolls) AS. Datanya memang mengecewakan dan membuat USD terkoreksi. Hal ini membuat BTC/USD melanjutkan kenaikannya.

Menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan, yang menyokong bitcoin naik, salah satunya adalah El Salvador secara resmi menggunakan mata uang kripto tersebut.

“Pertama, El Salvador telah mengumumkan menjadikan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Bahkan, negara tersebut membeli 200 bitcoin pertamanya,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Selasa, (7/9/2021).

Ia belum bisa memastikan apakah koin tersebut akan naik atau tidak, karena mata uang kripto sangat sensitif. “Berita dan informasi negatif mengenai bitcoin dapat menurunkan harga bitcoin secara drastis. Begitu juga pemberitaan serta sentimen positif. Tentu harga bitcoin akan semakin menguat,” katanya.

Oscar menambahkan jika ada yang mengatakan Bitcoin mencapai harga 0, bisa saja terjadi. Namun, kemungkinannya sangat kecil bila teknologi blockchain bitcoin tidak lagi berfungsi. 

“Bitcoin sendiri sudah beberapa kali diprediksi akan mati atau hilang, ternyata yang terjadi adalah harga bitcoin justru meningkat dan dari tahun ke tahun di nobatkan sebagai instrumen investasi terbaik,” katanya

Oscar melanjutkan bahwa aset kripto, salah satunya bitcoin masih akan ada potensi untuk menguat lagi. Ini berdasarkan histori pergerakan harganya.

“Setiap kenaikan pasti akan ada koreksi yang terjadi dan kondisi ini benar benar market yang menentukan karena pembentukan harga murni dari supply dan demand,” katanya.

Ia menyampaikan saat ini untuk koin yang diperkirakan menguat sebetulnya bisa dilihat dari update perkembangan project yang ada. Contoh koin Ethereum ,setelah meluncurkan London hardfork, harganya mengalami peningkatan.

“Karena supply Ethereum menjadi terbatas dari yang sebelumnya tidak terbatas. Ethereum sendiri sejak awal dianggap sebagai penyempurna dari Bitcoin karena fungsi utilitas nya yang digunakan secara luas,” tambahnya.

Tren Bullish

Melansir Yahoo Finance, Analis pasar pasar Michaël Van De Poppe, memperkirakan harga Bitcoin berpotensi melanjutkan tren bullish. Ini tercermin dari indikator teknikal yakni indeks kekuatan relative (RSI) yang berada di level 61,69 yang menunjukkan tren kenaikan.

“Bitcoin sempat menembus level US$51.000, di mana kemungkinan resistance (harga atas) selanjutnya menuju US$58.000, atau bahkan US$60.000,” kata Van De Poppe.

Sementara itu, Denier menambahkan, masih sulit untuk menentukan penyebab reli harga Bitcoin. Berbeda dengan saham yang pergerakannya didorong kinerja fundamental emiten atau perusahaan, untuk mata uang kripto pergerakan harganya murni berasal dari sentimen pasar.

Analisis dari Bloomberg, Mike McGlone, menilai Ethereum menuju $5.000 dan $100.000 untuk Bitcoin. “Setelah terjadi koreksi, aset crypto siap untuk berkembang. Tidak ada yang yang dapat menghentikan Bitcoin dan Ethereum untuk mencapai rekor tertinggi,” katanya.

Banjir Likuiditas

CEO & Ketua Permission.io, Charlie Silver, menilai tren kenaikan Bitcoin turut didukung banjir likuiditas di pasar keuangan dunia. Hal ini menyusul banyaknya bank sentral negara yang meluncurkan pake stimulus untuk mendorong pemulihan ekonomi negara dari dampak Covid-19.

“Reli didorong pernyataan The Fed dan bank sentral di seluruh dunia yang tidak berniat memperlambat program pembelian aset mereka,” kata Silver, sebagaimana dikutip dari Forbes.

Sebelumnya harga bitcoin sempat merosot pada Mei dan Juni saat Elon Musk mengkritik penggunaan energi Bitcoin. Menurutnya, aksi penambangan Bitcoin tidak ramah lingkungan karena membutuhkan listrik skala besar. Di sisi lain, Tiongkok juga mengeluarkan aturan keras yang melarang industri keuangan mentransaksikan aset kripto

Sebagai informasi, hingga saat ini mata uang kripto masih dilarang sebagai alat bayar di Indonesia. Namun, kripto dapat dipergunakan sebagai alat investasi maupun komoditas bursa berjangka yang dapat diperjualbelikan.

Saat ini, aset kripto diregulasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan lewat Peraturan Bappebti No 2 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pasar Fisik Komoditi di Bursa Berjangka.

Share: Roller Coaster Harga Bitcoin