Satu lagi film Indonesia yang akan berkompetisi di festival internasional yakni Penyalin Cahaya. Film garapan sutradara Wregas Bhanuteja itu akan bertanding di Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 di Korea Selatan.Penyalin Cahaya merupakan produksi film panjang pertama dari Rekata Studio yang berkolaborasi dengan Kaninga Pictures. Bersama Wregas, Rekata Studio sebelumnya juga melahirkan film pendek Tak Ada yang Gila di Kota Ini.Film itu masuk kompetisi Wide Angle: Asian Short Film Competition dan ditampilkan di World Premiere di Busan International Film Festival (BIFF) 2019.
Isu Kekerasan Seksual
Film Penyalin Cahaya dibuat berdasarkan pengamatan Wregas Bhanuteja, selaku sutradara dan penulis skenario. Dia berkaca pada realita tentang banyak penyintas kekerasan seksual yang tidak mendapat ketidakadilan. Menurutnya, persoalan ini banyak terjadi di sekitar kita, namun diabaikan.
Wregas mengungkapkan berbagai macam stigma, ketiadaan sistem pendukung, sedikitnya ruang aman, hingga pengetahuan minim masyarakat akan kekerasan seksual. Hingga membuat para penyintas memilih untuk memendam pengalaman kekerasan yang mereka alami.
“Film ini adalah suara kita untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat kita hari ini,” kata Wregas dalam konferensi virtual, Kamis (2/9/21).
Penyalin cahaya menceritakan sosok Sur yang diperankan aktris Shenina Cinnamon. Ia kehilangan beasiswa karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar hingga menjadi konsumsi publik.Sur tidak mengingat apapun saat foto itu diambil. Dia hanya ingat, foto diambil saat Sur datang ke pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya dan mendapati dirinya tak sadarkan diri.
“Mahasiswi itu lalu meminta bantuan salah satu teman masa kecilnya, Amin. Pemuda yang merupakan tukang fotokopi ini diminta olehnya untuk tinggal dan bekerja di kampus, supaya mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta,” kata wregas.
Wregas yakin film ini dapat menjadi corong untuk menyuarakan topik tentang kekerasan seksual. Namun dirinya tak mau membocorkan kekerasan seksual apa yang dialami tokoh di film ini.
Dia hanya menyampaikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan riset, yakni satu tahun. Dia mencari tahu dan meneliti kasus kekerasan seksual di banyak tempat. Pula, dari berbagai sumber. Bisa dari pemberitaan media, hingga cerita dari teman-temannya.
Harapan Diterima Internasional
Wregas berharap Penyalin Cahaya garapannya bisa dikenal di level internasional. Menurutnya, momen berkompetisi di Busan International Film Festival bisa menjadi tangga untuk mencapai ekspektasinya tersebut.
“Festival film berfungsi untuk memperbesar gaung komunikasi itu. Dengan bertemu penonton internasional, peluang film Penyalin Cahaya ini untuk didistribusikan ke negara lain pun semakin terbuka lebar,” kata Wregas.
Dalam membuat film Penyalin Cahaya, Rekata Studio berkolaborasi dengan Willawati, produser eksekutif dari Kaninga Pictures. Dia pernah memproduksi film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017). Menurut Willawati, ajang akbar seperti BIFF mampu memberikan dampak signifikan bagi Penyalin Cahaya dan juga bagi perfilman Indonesia secara umum.
“Dengan melakukan World Premiere dan berkompetisi di program kompetisi utama New Currents di BIFF, semoga membuat film ‘Penyalin Cahaya’ ini dapat diterima oleh market internasional dan juga tentunya market di Indonesia,” ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Produser Penyalin Cahaya dari Rekata Studio, Adi Ekatama yakin harapannya untuk dikenal dunia internasional tidak muluk. Menurutnya, BIFF benar-benar bisa jadi media sebuah film untuk lebih dikenal.
“Harapannya pencapaian Penyalin Cahaya di BIFF ini dapat semakin meningkatkan kualitas film-film yg akan diproduksi Rekata Studio berikutnya,” kata Adi.
Diramaikan Bintang Muda Berbakat
Selain Shenina Cinnamon, film ini juga akan diramaikan oleh bintang-bintang muda berbakat. Mulai dari Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panenda, dan Giulio Parengkuan. Jajaran pemeran lainnya bakal dirilis secara bertahap pada Oktober mednatang melalui media sosial di Instagram, Twitter, Website, dan juga YouTube Rekata Studio.
“Ada mas Lukman Sardi yang berperan sebagai ayah dari Sur lalu mbak Ruth Marini sebagai ibu Sur lalu ada pemain teater dari Jogja, Pak Landung Simatupang sebagai sopir taksi online,” kata Wregas.
Shenina Cinnamon, yang berperan sebagai Sur, mengaku bersyukur bisa terlibat dalam film Penyalin Cahaya. Dia senang topik kekerasan seksual yang disampaikan lewat film bisa menjamah masyarakat luas.
“Aku sangat bersyukur memerankan karakter Sur. Dia adalah karakter yang kuat dan gigih. Sejujurnya sangat sulit memerankannya karena dia harus melalui problem yang banyak di dalam hidupnya,” ungkap dia.
Dia juga senang ketika tahu film Penyalin Cahaya berkompetisi di Busan International Film Festival. Apalagi, Penyalin Cahaya merupakan film panjang pertama yang diperankannya.
“Ada perasaan tidak menyangka juga pastinya. Saya juga berharap dengan film Penyalin Cahaya, kita bisa mengharumkan nama Indonesia di kompetisi festival film internasional ini,” kata Shenina.