Internasional

Mengenal ISIS-K, Dalang Serangan Bom di Afghanistan

Admin — Asumsi.co

featured image
Jeff Kingma/ Unsplash

Kelompok ISIS-K tiba-tiba muncul menjadi pihak yang bertanggung jawab atas serangn bom bunuh diri di Kabul, Ibukota Afghanistan, Kamis (26/8/2021) kemarin. Lalu siapakah mereka?

ISIS-K merupakan kelompok yang terafiliasi ISIS dan telah lama merencanakan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat dan lainnya. Itulah salah satu alasan mengapa Presiden Biden mengatakan dia ingin menarik tentara AS dari Afghanistan.

Rencana itu kemudian direalisasikan dengan melancarkan serangan bom bunuh diri di luar Bandara Internasional Hamid Karzai dan di Hotel Baron, dekat bandara ersebut. Serangan itu menewaskan puluhan warga sipil Afghanistan dan setidaknya 13 anggota layanan AS.

Siapakah ISIS-K?

Melansir dari NPR, ISIS-K adalah ISIS Khorasan yang dibentuk pada akhir 2014 dan beroperasi sebagai afiliasi ISIS di Afghanistan dan Pakistan. Khorasan adalah istilah historis untuk wilayah yang mencakup Afghanistan saat ini dan sebagian Timur Tengah serta Asia Tengah. Kelompok ini juga dikenal sebagai ISIS-K atau IS-K.

Anggota pendiri kelompok ini yaitu militan yang meninggalkan Taliban Afghanistan dan Taliban Pakistan.

“ISIS telah mengirim perwakilan ke Pakistan dan Afghanistan. Mereka pada dasarnya dapat mengkooptasi beberapa Taliban Pakistan yang tidak puas dan beberapa [anggota] Taliban Afghanistan untuk bergabung dengan perjuangan mereka,” kata Seth Jones, seorang spesialis Afghanistan di Center for Strategic and International Studi kepada NPR.

Dikutip dari GlobalNews, kelompok itu terinspirasi pandangan ekstremis yang dipegang oleh Negara Islam. Selama beberapa tahun berikutnya, kelompok itu mulai bertambah besar di tengah berlanjutnya pembicaraan damai antara AS-Taliban. 

Ekstremis simpatik dan pejuang Taliban Afghanistan yang tidak senang dengan Taliban yang semakin moderat mulai membanjiri barisan ISIS-K.

Dalam sebuah video pada 2015 silam, pemimpin kelompok ISIS-K pada saat itu, Hafiz Saeed Khan, dan komandan tinggi lainnya berjanji setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, yang ketika itu menjadi pemimpin Negara Islam. Mereka menyatakan diri sebagai administrator wilayah baru ISIS di Afghanistan.

Menurut Pusat Keamanan dan Kerjasama Internasional di Universitas Stanford, afiliasi regional diatur dengan interpretasi yang ketat dari hukum Islam dan menggunakan taktik penegakan kekerasan, seperti melakukan eksekusi publik, membunuh tetua suku dan menutup sekolah.

Saeed Khan sendiri terbunuh pada 2016 dalam serangan pesawat tak berawak milik AS. Baghdadi meninggal pada 2019 setelah ia meledakkan rompi peledak selama serangan oleh pasukan AS.

Hubungan Kelompok ISIS dengan Taliban

Taliban mengutuk ledakan di bandara tersebut dan mengatakan AS mengendalikan daerah di mana serangan itu terjadi.Namun sejatinya, Taliban dan ISIS bermusuhan seperti yang dicatat Biden dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada hari Kamis (26/8). Sejak didirikan, afiliasi ISIS ini telah berselisih dengan Taliban, yang sekarang menguasai Afghanistan.

“Tujuan mereka sebenarnya adalah emirat Islam, dan mereka adalah pesaing Al-Qaeda dan Taliban,” kata Jones dari Center for Strategic and International Studies.

Banyak gerilyawan Taliban membelot untuk bergabung dengan afiliasi ISIS, dan kedua kelompok itu memperebutkan sumber daya dan wilayah. Menurut pusat Stanford, perbedaan mereka juga atas dasar ideologis dan perebutan sumber daya.

“Permusuhan antara kedua kelompok muncul baik dari perbedaan ideologis dan persaingan untuk sumber daya. ISIS menuduh Taliban menarik legitimasinya dari basis etnis dan nasionalistik yang sempit, daripada keyakinan Islam universal,” kata pusat itu.

Seperti yang dilaporkan The Associated Press, ketika Taliban berusaha untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, banyak dari mereka yang menentang pembicaraan beralih ke ISIS yang lebih ekstremis.

Seberapa Besar Ancaman ISIS-K di Afghanistan?

Pada 2017, militer AS memperkirakan telah membunuh 75 persen pejuang afiliasi ISIS, termasuk beberapa pemimpin puncaknya. Pusat Studi Strategis dan Internasional pada 2018 menghitung hampir 100 serangan oleh kelompok itu di Afghanistan dan Pakistan, dan ratusan bentrokan dengan pasukan AS, Afghanistan, atau Pakistan.

Pemantau sanksi PBB percaya bahwa afiliasi tersebut memiliki sekitar 2.000 pejuang di Afghanistan timur dan utara tetapi juga mencatat bahwa kelompok itu harus “desentralisasi” setelah kehilangan wilayahnya.

Dalam briefing Pentagon setelah serangan itu, Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan bahwa ancaman dari ISIS tersebut sangat nyata. Dia juga menyebut bahwa ada ancaman aktif lainnya terhadap lapangan terbang di Kabul.

Menurut Congressional Research Service, kelompok tersebut telah mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan tingkat tinggi, termasuk pengeboman pada Mei di sebuah sekolah perempuan di Kabul.Akan tetapi, serangan hari Kamis kemarin juga bisa mengungkapkan kelemahan dalam kemampuan Taliban.

“Apa yang ditunjukkan ini adalah kemampuan kontra-intelijen dan kontraterorisme Taliban sebenarnya agak terbatas,” kata Jones.

“Mereka tidak dapat mengidentifikasi atau menghentikan serangan itu,” lanjutnya.

Sejarah Serangan ISIS-K di Afghanistan

Sementara Taliban telah membatasi diri di Afghanistan, kelompok ISIS di negara itu telah bergabung dengan seruan untuk jihad di seluruh dunia melawan non-Muslim. Dalam beberapa tahun pertama pembentukannya, ISIS-K menyerang kelompok minoritas, area publik, dan target pemerintah di kota-kota besar di Afghanistan dan Pakistan. Kelompok ini juga telah melakukan puluhan serangan terhadap warga sipil di Afghanistan dan Pakistan.

Dua pakar terorisme, Amira Jadoon dari Akademi Militer AS West Point dan Andrew Mines dari Universitas George Washington mengatakan kepada Reuters pada 2018 bahwa kelompok itu telah ditempatkan di antara empat organisasi teroris paling mematikan di dunia, mengutip peringkat dari Institut Ekonomi dan Indeks Terorisme Global Perdamaian.

Mereka mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat masih percaya afiliasi ISIS ini menjadi ancaman kronis bagi AS dan kepentingan sekutunya, meskipun tidak melakukan serangan di tanah Amerika.

Bagaimanapun, kelompok tersebut juga mengalami banyak korban setelah bertahun-tahun bertempur melawan berbagai pasukan sekutu, pesawat terbang, dan pesawat tak berawak yang dipimpin AS antara tahun 2019 hingga 2020. Lebih dari 1.400 pejuang menyerah kepada pemerintah Afghanistan. Beberapa orang menyatakan bahwa organisasi itu telah kalah.

Adapun cabang utama Negara Islam, butuh waktu lima tahun bagi pasukan lokal dan koalisi untuk terus berjuang membongkar kekhalifahan yang telah didirikannya di sebagian besar wilayah Suriah dan Irak.

Menurut Jadoon and Mines, penarikan militer AS dari Afghanistan telah mengurangi kapasitas Amerika untuk mendeteksi dan bereaksi terhadap ISIS di lapangan.

Share: Mengenal ISIS-K, Dalang Serangan Bom di Afghanistan