Bisnis

Tetap Hemat Selama Masa Pandemi, Pilih Investasi yang Aman dan Menguntungkan

Ilham — Asumsi.co

featured image
unsplash

Pada masa pandemi yang masih melanda dunia, menyisihkan sebagian dari hasil pendapatan kita memang jadi salah satu cara untuk bertahan hidup. Terlebih, dengan adanya pembatasan mobilitas masyarakat, pengeluaran untuk kebutuhan transportasi menjadi berkurang. Sehingga, masyarakat punya dana lebih untuk berinvestasi.

Namun tentu saja kita juga harus pintar-pintar dalam memilih investasi. Menurut Direktur Tatadana Consulting Tejasari Asad, Surat Utang Negara (SUN) seperti Saving Bond Ritel (SBR) yang dikeluarkan pemerintah merupakan investasi yang aman dan terjamin.

“Karena pemerintah yang mengeluarkan mereka lebih memilih itu. Apalagi bunga lebih tinggi dari bunga deposito dan aman. Boleh dibilang ini menjadi pilihan investasi,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Rabu (4/8/2021).

Pemerintah pasti membayar. Jaminan ini membuat masyarakat jadi optimis , ditambah lagi pajak yanh ebih kecil dan bunganya lebih besar. “Mungkin saja, tadinya investasi dari saham, lalu banyak yang beralih ke investasi itu. Apalagi sekarang banyak yang pensiun dini. Mereka perlu uang bulanan. Sudah aman, dapat uang bulanan,” tutur Teja.

Sedangkan Perencana Keuangan Gita Bagia Romadhoni CFP® mengatakan tingkat penetrasi knowledge terkait investasi meningkat, sumber informasi terkait investasi mudah ditemukan seperti youtube, bahkan di instagram pun bisa kita temukan konten edukasi investasi. 

“Kemudian, kesadaran masyarakat terkait investasi makin meningkat, ditandai jumlah investor misal di pasar saham yang meningkat bahkan di kala pandemi. Wfh bisa jadi faktor lain dimana masyarakat malah punya waktu utk belajar investasi lebih dalam,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Rabu (4/8/2021).

Instrumen investasi pemerintah memang tak kehilangan pamornya meski pandemi Covid-19 melanda. Salah satunya SBR seri SBR010. Serial SUN ritel yang dijual secara daring ini justru menarik minat masyarakat untuk berinvestasi.

Seperti disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat membuka Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It), Selasa (3/8/2021). Sri Mulyani menyampaikan, jumlah pemesanan SBR010 mencapai Rp7,5 triliun dan berhasil menyerap 23.337 investor, dimana sebanyak 38,9% di antaranya atau 9.058 merupakan investor baru. “Artinya mereka baru pertama kali mungkin membeli SBR atau SUN,” kata Sri Mulyani.

SBR010 merupakan SBR pertama yang diterbitkan di masa pandemi ini dimana seri ini terakhir diterbitkan pada Februari 2020. Sayangnya, SBR010 ini menjadi serial SBR dengan kupon terendah sepanjang penerbitan SBN ritel sejak tahun 2006 atau setara dengan 5,1% per tahun.

Meski begitu, catatan jumlah investor menjadi pencapaian tersendiri bagi penerbitan SBR010 kali ini. Termasuk dengan nilai pesanannya yang semakin ritel.

Berdasarkan keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Pada penerbitan SBR010 kali ini, terdapat 1.316 Investor yang melakukan pemesanan dengan nominal Rp1 juta. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan penerbitan SBR sebelumnya di tahun 2020 dimana terdapat 886 investor yang melakukan pemesanan di Rp1 juta.

DJPPR menambahkan, dari total jumlah investor SBR010 yang membeli di nominal Rp1 juta, hampir seluruhnya merupakan generasi milenial (81%) dan didominasi oleh investor baru (65,6%). Hal ini mencerminkan terus meningkatnya kesadaran generasi muda untuk berinvestasi dan SBR010 menjadi instrumen yang tepat untuk mulai belajar berinvestasi. Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Luky Alfirman, menyampaikan bahwa peningkatan kesadaran dan budaya berinvestasi masyarakat Indonesia, dalam jangka panjang, dapat turut mewujudkan kemandirian bangsa untuk pembiayaan pembangunan.

Pilihan Investasi Lainnya

Selain SBR, Teja menjelaskan investasi yang menarik tergantung pandangan setiap orang. Apakah mereka ingin investasi yang aman atau menguntungkan atau keduanya.

Dia menyontohkan obligasi. Teja menjelaskan, obligasi aman tapi bunganya tidak tinggi. Seperti reksadana pasar uang, reksadana terproteksi dengan underlying assetnya dari obligasi. Sementara emas juga tergantung sekarang mulai turun tapi tetap menjadi pilihan yang konservatif.

Namun, apabila ingin return tinggi, saham bisa menjadi pilihan. Menurutnya banyak harga saham yang turun, jadi bagus dibeli jika ingin investasi jangka panjang.

“Properti juga bagus, karena harga turun dengan diskon harga murah. Tapi perhatikan aset kita karena uangnya besar. Jangan sampai uangnya lebih banyak ke properti karena nggak liquid. Jadi harus disesuaikan,” imbuh Teja.

Senada dengan Teja, Gita menjelaskan semua instrument masih menarik tergantung dari tujuan dari penggunaan instrument tersebut. Bahkan pada deposito sekalipun untuk mereka yang punya kebutuhan dana kurang dari satu tahun. 

“Sekali lagi, semua tergantung kebutuhan, tapi yang jelas investasi tetap menarik,” katanya.

Alokasi Dana Darurat dan Pengeluaran

Di saat bisa investasi ketika pandemi, dana darurat itu penting. Teja menjelaskan pembagian dana  darurat itu tiga kali biaya bulanan atau tiga kali dari pendapatan. Misal, jika gaji lima juta, maka harus mengalokasikan lima lima belas juta untuk dana darurat.

“Bisa alokasinya lima juta tabungan, sisanya investasi liquid ketika kita mau cairin tidak jatuh. Seperti emas juga bisa. Jadi pilih produk yang walaupun investasi tapi tetap ada peningkatan bisa di emas, reksadana pasar uang, deposito yang bisa dicairin kapan saja,” katanya.

Sedangkan Gita berpandangan tergantung kebutuhan dari masing-masing individu. Menurutnya lebih baik menetapkan budgeting untuk arus kas bulanan, untuk dana darurat mungkin bisa menggunakan minimal tiga kali pengeluaran bulanan untuk mereka yang masih sendiri. 

“Sedangkan dana darurat enam kali dari minimal pengeluaran bulanan untuk keluarga. Lalu, investasi bisa dimulai dari 5%-10% penghasilan per bulan yang penting konsisten,” imbuhnya.

Sementara pada saat pandemi berlangsung dan PPKM dilaksanakan, Teja menyarankan untuk berhemat dan belanja dengan pintar. Menurutnya sekarang banyak orang bekerja dari rumah dan bisa berhemat.

“Jadi nggak usah beli baju baru. Kalau pun belanja online harus berhemat apalagi dari marketplace bisa lebih murah dan pengiriman gratis. Juga hindari seperti paylater atau kredit,” pesannya.

Share: Tetap Hemat Selama Masa Pandemi, Pilih Investasi yang Aman dan Menguntungkan