Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan memprakirakan puncak gelombang COVID-19 Omicron di Indonesia terjadi pada pertengahan bulan depan. Hal ini berdasarkan pengalaman di Afrika Selatan, negara asal varian ini.
“Saya ulangi, dari hasil trajectory kasus COVID-19 di Afrika Selatan, puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” ujarnya melalui keterangan pers virtual yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (17/1/2022).
Akui kasus meningkat: Luhut mengatakan pemerintah menyadari cepat atau lambat bakal terjadi peningkatan kasus COVID-19 menyusul masuknya varian Omicron di tanah air. Peningkatannya, lanjut dia terlihat dari jumlah kasusnya yang hingga akhir pekan ini diketahui sudah mencapai 1.000 kasus.
“Kasus COVID-19 kita mencapai 1.054 kasus. Terakhir mencapai angka tersebut adalah pada 14 Oktober 2021 yang lalu,” kata Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali ini.
Kasus transmisi lokal dominan: Berdasarkan data tersebut, menurutnya saat ini kasus transmisi lokal sudah lebih tinggi dari kasus transmisi yang disebabkan oleh para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
“Kasus didominasi oleh wilayah Jawa dan Bali terutama Provinsi DKI Jakarta,” ucapnya.
Ia menyebutkan, kenaikan kasus virus Corona saat ini juga terlihat di Pulau Jawa dan Bali. Ia mengatakan provinsi yang sejauh ini paling terlihat terjadi peningkatan kasus COVID-19 adalah Jawa Barat dan Banten yang notabene masuk dalam bagian aglomerasi Jabodetabek.
Klaim kematian terjaga: Luhut memastikan, hingga saat ini kasus kematian akibat virus Corona masih terus terjaga meski terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan. Ia tak menutup kemungkinan peningkatan gelombang Omicron dapat terjadi secara masif dalam waktu dekat.
“Berdasarkan proyeksi yang kami lakukan, kami kembali memprediksi bahwa peningkatan kasus berpotensi naik lebih tinggi di Provinsi DKI Jakarta, jika kita semua tidak hati-hati. Jadi kita semua ini bertanggung jawab untuk kita,” tuturnya.
Tingkatkan kewaspadaan: Mantan Menko Polhukam ini kemudian memohon kepada seluruh masyarakat supaya tidak menganggap remeh peringatan gelombang kasus varian Omicron ini. Ia mengatakan, peringatan ini sebagai alarm bagi untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat protokol kesehatan.
Lebih lanjut, ia mengatakan sebelumnya pemerintah telah bertemu dengan sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu untuk membaca dan menganalisis data soal kenaikan kasus COVID-19 yang ada saat ini.
“Maka kebijakan yang diputuskan berdasarkan masukan para ahli di bidangnya. Khusus untuk wilayah lain di Jawa dan Bali, kasus di provinsi lain di luar Jakarta, Jawa Barat dan Banten relatif lebih terjaga. Namun penyebaran kasusnya, diprediksi juga akan menyebar lebih cepat mengingat mobilitas yang terjadi di Jawa dan Bali sudah sangat tinggi sekali,” tandasnya. (zal)
Baca Juga:
Jokowi Perluas Bansos Rp600.000 untuk PKL, Warung dan Nelayan
Ketika Pemerintah Buka Kembali Pintu Masuk RI di Tengah Merebaknya Omicron