Tahun 2024 mendatang, Kubutambahan, Buleleng, Bali bagian Utara direncanakan akan memiliki bandara udara internasional. Kehadiran Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) tersebut sebagai antisipasi kapasitas Bandara Ngurah Rai di masa pasca pandemi Covid-19 yang semakin terbatas, lantaran hanya memiliki satu runway.
Ternyata ada keterlibatan China di balik pembangunan bandara internasional itu. Hal ini terjadi, lantaran investor dari proyek tersebut adalah China Construction First Group Corp. Ltd (CCFG), anak perusahaan BUMN China State Construction Engineering Corp. Ltd (CSCEC).
Komitmen kerjasama: PT BIBU Panji Sakti selaku pemrakarsa melakukan penandatanganan komitmen dengan China Construction First Group Ltd (CCFG) untuk pembangunan bandara di Kubutambahan, Buleleng, Bali Utara.
“Ini merupakan penguatan komitmen kerja sama kedua belah pihak dan sekaligus memperbaharui Nota Kesepahaman yang pernah kami tandatangani bersama pada 7 Agustus 2020,” ujar Direktur Utama PT BIBU, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (1/1/2022).
Skema turnkey: Chief Representative CCFG untuk Indonesia, Sun Kelin memastikan pihaknya siap membiayai pembangunan bandara tersebut dengan skema turnkey. Sekadar informasi, skema turnkey merupakan pembayaran dari pemilik proyek kepada kontraktor yang dilakukan setelah pembangunan selesai.
Siapa CCFG: China Construction First Group Corp. Ltd selama ini memiliki rekam jejak dalam menangani berbagai proyek pembangunan besar di China maupun di berbagai tempat di mancanegara.
Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh Gianyar, A.A. Alit Kakarsana menyambut baik adanya kerja sama antara CCFG dan PT BIBU. Diharapkan pembangunan ini akan membuka kesempatan dan peluang bagi Bali Utara untuk mengembangkan pariwisata yang selama ini masih tertinggal dibandingkan dengan kawasan Bali Selatan.
“Reputasi CCFG semakin meyakinkan saya bahwa bandara di Bali Utara akan terwujud sesuai waktu, dengan kualitas baik yang tentunya keberadaan bandara ini akan memperkuat perekonomian dan pariwisata Bali,” katanya.
Kerja sama strategis: Sementara itu, Bendesa Adat Kubutambahan Jro Pasek Warkadea mengatakan pembangunan bandara di Bali Utara akan segera dimulai melalui kerjasama strategis tersebut. Apalagi, pembangunan ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan bagi warga Bali Utara.
“Mimpi warga Kubutambahan akan segera terwujud. Bali Utara tidak lagi tertinggal dengan Bali Selatan. Hal ini akan menutup kesenjangan kesejahteraan warga Bali Utara dan Bali Selatan,” ujarnya.
Lokasi pembangunan bandara: Rencananya Bandara Internasional Bali Utara akan dibangun di kawasan pesisir pantai (off shore) Kubutambahan, Buleleng. Bandara Internasional Bali Utara merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional berdasarkan Perpres No. 109/2020.
Ketentuan bandara ini sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Prov. Bali No. 18/2009 tentang RTRW, yang kemudian diperbaharui melalui Perda Prov. Bali No. 3/ 2020, yang antara lain menetapkan wilayah Kecamatan Kubutambahan sebagai lokasi bandara baru.
Belajar dari Uganda: Seperti diberitakan Asumsi.co sebelumnya, China telah dituduh oleh negara-negara Barat memikat negara-negara ke dalam “perangkap utang”. Negara peminjam yang kekurangan uang telah didorong untuk mempertaruhkan aset berdaulat seperti bandara dan pelabuhan sebagai jaminan kredit.
Sebelumnya, penyelidikan parlemen Uganda menyimpulkan bahwa China telah memberlakukan persyaratan berat pada pinjaman untuk negaranya. Pinjaman senilai Rp2,9 triliun itu digunakan pemerintah Uganda untuk memperluas fasilitas bandara negaranya.
Penyelidikan parlemen menemukan adanya potensi perampasan bandara jika terjadi default atau gagal bayar. (zal)
Baca Juga:
China Bantah Rebut Bandara Uganda Karena Gagal Bayar Utang
PPKM Dilonggarkan, Turis Asing Boleh ke Bali Mulai 14 Oktober