Pernyataan Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Giring Ganesha soal “Anies Pembohong” dinilai tendensius. Tak heran kalau kritik balik pun banyak dilontarkan untuk mantan vokalis band Nidji itu.
Kritik tidak hanya datang dari partai yang merupakan oposannya di DKI seperti Gerindra atau PKS. Tetapi juga dari partai NasDem yang malah mencurigai Giring sedang mengampanyekan Anies.
Banyak pengamat menilai pernyataan Giring memang bisa ditafsirkan beragam. Ada yang menilai ada hubungannya dengan interpelasi Formula E yang diajukan PSI bersama PDIP di DPRD DKI. Ada juga yang menilai pernyataan Giring terkait upayanya mencuri perhatian publik. Tetapi apakah cara ini efektif?
Rugikan PSI
Analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto menyebut pernyataan Giring soal “Anies Pembohong” dinilai tidak akan berdampak signifikan secara elektoral baik untuk Giring maupun PSI.
Soalnya, kalimat tendensius yang Giring lontarkan tidak hanya membangun polarisasi politik dengan Anies secara personal tetapi juga berdampak pada posisi politik dengan partai lain. Padahal, kata Arif, polarisasi politik tidak pernah abadi.
“Ini yang enggak dihitung oleh Giring. Apalagi reaksi partai pendukung Jokowi juga malah enggak sepaham. Konsekuensi itu enggak banyak dihitung,” kata Arif kepada Asumsi.co.
Menurut Arif, dari sisi argumentatif, pernyataan Giring soal “Anies Pembohong” sebetulnya bisa saja diterima. Apalagi ia menyematkan banyak contoh kasus seperti ketidak jelasan penyelenggaraan Formula E yang belakangan ramai dibahas.
Namun, dalam konteks politik pernyataan seperti ini bisa problematik. Arif pun menilai, pernyataan Giring menunjukkan jam terbangnya di kancah politik yang memang masih harus banyak belajar.
“Jangan pakai istilah tendensius. Selain menghindari relasi konfliktual, itu juga memberi pelajaran politik buat publik. Politisi yang cerdas itu harus bisa menggiring opini, masalah nanti akan disebut pembohong atau bukan, itu kembali ke penilaian publik,” ucap dia.
Cari perhatian
Arif tak memungkiri bisa juga pernyataan Giring berkaitan dengan upayanya menarik perhatian publik untuk diri dan juga PSI yang dipimpinnya. Apalagi, Giring pernah mendeklarasikan diri untuk maju Capres 2024 ketika nama-nama yang punya popularitas tinggi belum ada satu pun yang bilang akan maju.
Kalau ke situ arahnya maka yang dilakukan Giring adalah model komunikasi sensasionalisme. Hal ini kerap dilakukan di antaranya juga oleh Anies-Sandi saat masih sama-sama memimpin Jakarta di tahun 2017. Menurut Arif, saat itu hampir setiap hari berita Anies-Sandi muncul. Meski tidak banyak berita yang diangkat itu membuat kabar-kabar penting.
“Seperti Sandi pakai lip balm, pakai celana ketat. Enggak substansi. Tapi menariknya mereka mampu mendulang popularitas dari situ dan itu akan menjadi modal politik,” ucap dia.
Namun tidak semua yang menggunakan model ini punya raihan signifikan. Atau ada juga yang berhasil dengan skala lebih kecil. Tetapi yang jelas, yang mesti Giring pahami adalah setiap strategi yang diambil membangun konsekuensi bukan hanya pada dirinya sendiri tetapi juga partainya, PSI dan relasi dengan partai lain di gerbong koalisi.
“Kalau kita pertimbangkan dia berasal dunia hiburan, (model sensasionalisme) itu berlaku. (Meski kontroversial) tapi keuntungan nama dia tetap berkibar. Apa Giring sedang memindahkan strategi komunikasi seperti itu ke dunia politik? saya enggak tahu. Karena di musik dia tidak seperti itu,” ucap Arif.
Promosi gratis
Arif malah menilai pernyataan Giring bisa jadi justru menguntungkan Anies. Menurut Arif, hingga kini Anies belum pernah mendeklarasikan dirinya akan maju di Pilpres 2024. Pernyataan Giring mengajak agar publik tak memilih Anies malah jadi seperti promosi buat mantan Menteri Pendidikan itu.
“Karena dia ketua partai, yang dalam konstelasi politik di Jakarta sebagai oposan, malah jadi promosi gratis,” ucap dia.
Sementara untuk pihak di belakang Giring yang mendukungnya untuk menyatakan hal itu, Arif menyebut kemungkinan mungkin saja ada. Dalam konteks ini, Arif mensinyalir mungkin ada hubungannya dengan kisruh interpelasi. Apalagi interpelasi soal formula E diyakini berhubungan bukan saja dengan situasi politik lokal tetapi juga nasional.
“Kepentingan ekonomi juga ada. Tentu ada yang diuntungkan, tapi enggak sedikit juga yang dirugikan. Hampir tidak ada pernyataan politik yang bebas dari kepentingan non-politik. Tapi bagi saya, fokus ke pernyataan tadi, blunder sih. Dari sisi political image, posisi PSI dan PDIP menginisiasi interpelasi dapat poin positif dari sebagian publik. Tapi dengan tudingan ini saya pikir Anies malah dapat amunisi baru. Ini yang harusnya buat politikus seperti Giring lebih strategis,” ucap dia.
Terpisah, juru bicara DPP PSI, Nanang Priyo Utomo menyebut pernyataan Giring bukan penyebaran kebencian, melainkan pengungkapan kebenaran. “Ini merupakan pendidikan politik kepada rakyat agar benar-benar cermat dalam memilih pemimpin,” kata Nanang dikutip dari Republika.
Menurut Nanang, selama memimpin DKI, Anies memperlihatkan inkonsistensi. Salah satunya terkait kepeduliannya terhadap pandemi Covid-19, tapi tetap ingin menggelar Formula E. Menurutnya, jika Anies benar-benar peduli, hendaknya uang buat Formula E dipakai untuk penanganan pandemi dan membantu rakyat yang terdampak.
Pernyataan Giring juga memperjelas langkah Fraksi PSI di DPRD DKI Jakarta yang mengusulkan hak interpelasi terkait Formula E. “Pernyataan Bro Giring justru menggarisbawahi dan mendukung langkah kawan-kawan di DPRD yang mengajukan interpelasi,” ujar Nanang.
Respons Rekan Giring saat di Nidji
Randy Danistha atau Randy Nidji ditandai oleh netizen terkait dengan Giring Ganesha yang akhir-akhir ini ramai jadi perbincangan, lewat kicauan di akun Twitter. Giring merupakan mantan vokalis Nidji.
Dalam kicauan akun twitter itu, netizen bertanya kepada Randy dan personel Nidji lainnya soal Giring Ganesha.
“Kalian gak malu apa @ArieLnidji @DanisthaRandy @adrinidji @rama_nidji @andronidji punya teman orang bego dan stres kayak @Giring_Ganesha,” tulis pemilik akun Twitter @ozo***.
Komentar dari netizen tersebut dibalas oleh Randy Nidji. Ia mengaku sudah tidak memiliki nomor Giring Ganesha.
“Honestly. I don’t even have his number anymore,” tulis Randy.
Tidak hanya itu, netizen lainnya pun kembali menanyakan apakah Randy dan rekan-rekannya di Nidji tak menyesal mengenal Giring.
gw cuma kenal yang 2002 – 2012 version. lol https://t.co/qDRYZMrDIt
— Randy Danistha (@DanisthaRandy) September 21, 2021