General

Tentang Kopi Liberika, Mutiara Hitam Kalimantan yang Terlupakan

Admin — Asumsi.co

featured image
Antara Foto

Kopi merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Jenisnya pun banyak, termasuk liberika dari Liberia, Afrika yang belum banyak diketahui. Padahal, kopi itu lebih dulu dibawa ke Indonesia. 

Ketajaman rasa kopi liberika berada di tengah-tengah antara arabika dan robusta. Ada sedikit rasa manis. Orang Jawa menyebutnya dengan kopi nongko atau kopi nangka, karena meninggalkan rasa manis saat menikmatinya. 

Dibawa Belanda 

Saat memonopoli perekonomian Indonesia, VOC berhasil menguasai perdagangan kopi dunia. Setengah komoditasnya hasil dari perkebunan kopi di Jawa. Pada tahun 1878 penyakit karat daun menyerang perkebunan kopi dan hampir seluruh perkebunan kopi di dataran rendah terkena penyakit tersebut. 

Belanda tidak ingin bisnis kopinya hancur. Mereka lantas mendatangkan kopi liberika yang dipercaya lebih kuat dan tahan terhadap penyakit karat daun.Hingga tahun 1888, kopi liberika sudah ditanam di berbagai perkebunan kopi nusantara. Bahkan kopi liberika sempat menjadi primadona karena mampu menggantikan arabika. 

Harga liberika juga sama bagusnya dengan arabika di pasar Eropa. Namun, diduga karena pengolahan tanah yang buruk, kopi liberika yang ditanam di lahan yang sama akhirnya terkena penyakit karat daun juga. Walaupun demikian, kopi liberika sampai saat ini masih ditanam warga di lahan gambut sepanjang pantai timur Sumatera seperti Jambi, Kepulauan Riau dan Kepulauan Meranti serta Kalimantan. 

Mutiara Hitam 

KalimantanMelansir kantor berita Antara, Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan, Dwi Putra Kurniawan mengatakan kopi liberika merupakan mutiara hitam di Kalimantan. Alasannya, kopi liberika bisa tumbuh dengan sangat baik di lahan gambut. 

Tentu diharapkan bisa menjadi salah satu upaya pelestarian lingkungan terutama di kawasan lahan gambut. 

Keunggulan kopi liberika juga sempat dipamerkan di Helsinki Coffee Festival, Finlandia pada April 2019 dan mendapat respon yang baik. Bahkan kopi liberika diminati oleh para pecinta kopi di Malaysia, Singapura dan Jepang. 

Namun, karena produksinya yang masih terlalu kecil, kelompok petani yang tergabung dalam SPI Kalsel belum bisa memenuhi semua permintaan pasar. 

Kendala Lahan 

Kopi liberika berbeda dengan arabika dan robusta. Tanaman kopi liberika berukuran lebih besar bahkan bisa mencapai tinggi sembilan meter. Biji kopi liberika juga bisa mencapai dua kali lipat ukuran biji arabika. 

Sampai saat ini baru 198 hektar lahan yang dikembangkan untuk tanaman kopi di bawah binaan SPI Kalsel.  Kabar baik datang dari masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang menyatakan siap untuk membantu menyediakan lahan kopi di kawasan hutan adat.

Share: Tentang Kopi Liberika, Mutiara Hitam Kalimantan yang Terlupakan