Pesawat Kepresidenan berubah warna dari biru jadi merah.
Perubahan ini menuai polemik karena dianggap tidak ada urgensinya. Ada yang
bernada politis, ada juga yang menyinggungnya karena pemborosan.
Andi Arief, kader partai Demokrat menjadi salah satu pihak
yang bersuara sumbang soal pengecatan pesawat ini. Andi mempertanyakan apa
maksud pemerintah mengubah warna pesawat yang semula biru putih itu.
Padahal, kata Andi, warna sebelumnya yang dicat di era
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu punya maksud untuk mengamankan pesawat
kepresidenan dari ancaman keamanan.
“Dominasi biru langit adalah upaya peningkatan
keamanan penerbangan, sebagai warna kamuflase saat terbang,” kata Andi
Arief lewat akun Twitternya..
Sementara terkait pemborosan disuarakan oleh pengamat
penerbangan Alvin Lie. Disuarakan lewat Twitter pribadinya, Alvin menyebut
biaya cat ulang pesawat setara jenis B737-800 berkisar antara US$100-US$150 ribu. Nilai itu setara dengan Rp1,4 miliar sampai dengan Rp 2,1
miliar.
Sudah Dijadwalkan
Istana langsung menanggapi polemik yang beredar ini.
Menurut Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, pengecatan pesawat
kepresidenan sudah dijadwalkan sejak 2019. Anggaran pengecatan yang punya tujuan
memberikan kebanggaan buat bangsa dan negara ini pun sudah dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pada HUT ke-75 Republik Indonesia 2020 lalu, pengecatan
akan dilangsungkan. Namun, kegiatan itu urung karena pesawat belum memasuki
waktu perawatan rutin. Barulah pada 2021 ini pengecatan dilakukan bersamaan
dengan perawatan seluruh komponen.
”Perawatan rutin Pesawat BBJ 2 jatuh pada tahun 2021
merupakan perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik, maka tahun ini
dilaksanakan perawatan sekaligus pengecatan yang bernuansa Merah Putih sebagaimana
telah direncanakan sebelumnya,” ujar Heru.
Dalam keterangannya, Heru juga memastikan anggaran
pengecatan ulang pesawat kepresidenan tidak mengganggu pendanaan pandemi
Covid-19 karena sudah dianggarkan sejak lama. Kendati demikian, ia tidak merinci
berapa anggaran yang digunakan untuk mengecat ulang pesawat itu.
Hanya saja, mengutip CNN Indonesia, sumber istana membenarkan anggarannya mencapai kurang lebih Rp2 miliar.
Berbahaya
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies
(ISESS) Khairul Fahmi menyebut perubahan cat pesawat dari biru putih ke merah
bisa menimbulkan ancaman keamanan. Menurut dia, pilihan warna biru putih yang
digunakan sebelumnya merupakan warna yang direkomendasikan sebagai kamuflase
atau penyamaran di udara.
“Pemilihan warna itu lebih menunjukkan perhatian
serius pada aspek keamanan,” kata Khairul kepada Asumsi.co, Selasa (3/8/2021).
Perhatian serius pada aspek keamanan ini wajar mengingat
pesawat kepresidenan merupakan aset vital yang pengelolaannya dipercayakan pada
Skadron Udara 17 TNI AU. Sebagai kendaraan pengangkut kepala negara yang juga
merupakan simbol negara, tentu saja aspek keselamatan dan keamanan penerbangan
serta pertahanan udara menjadi hal yang sangat penting.
”Kalau kita lihat warna merah lebih banyak digunakan
pada pesawat komersial, atau pesawat-pesawat yang digunakan untuk tujuan
demonstratif dan olahraga,” kata dia.
Dengan begitu penggantian warna badan pesawat kepresidenan,
menurut Khairul tidak ada urgensinya. Soal warna merah putih, sebagaimana
disampaikan oleh Kepala Sekretariat Presiden pun sudah diwakili oleh gambar
bendera di ekor pesawat.
”Itu memang sudah sesuai ketentuan pasal 10 ayat (1)
dan (3) UU No. 24/2009,” kata dia.
Lagi pula, kalau membandingkan dengan pesawat-pesawat
kepresidenan negara lain, sangat jarang yang memilih warna mencolok. Air Force
One Amerika Serikat misalnya berwarna biru putih. Begitu juga dengan Illyushin
IL-96-300 milik Rusia dan Boeing 747-400 milik China. Pesawat Perdana Menteri
Inggris Boris Johnson bahkan punya warna abu-abu.
”Memang mestinya begitu karena sifatnya keamanan tadi
ya,” kata dia.