General

Komunitas Ojol, Sepenanggungan Berbagi Susah dan Senang di Jalan

Irfan — Asumsi.co

featured image
Foto: Instagram/@sahabat_ojol

Gerry (20) berangkat setiap pagi dari rumahnya di kawasan Kota Tangerang. Sekira jam 7, sehabis menyantap sarapan sederhana yang disiapkan ibunya, pemuda lulusan SMK ini sudah sibuk. Tak lupa ia kenakan jaket dan helm hijau seragamnya.

Gerry adalah satu dari ribuan bahkan ratusan ribu pengemudi ojek online (ojol) yang berjibaku di panasnya jalur Jabodetabek tiap hari. Aktif di jalan, tak terasa keterlibatannya sebagai mitra salah satu penyedia jasa angkutan daring ini sudah dua tahun saja.


“Awalnya mah kan karena habis lulus SMK belum dapat kerja. Iseng cobain (jadi driver ojol). Eh tahunya keterusan,” kata Gerry.

Baca juga: Gojek Klaim Skema Insentif Baru Lebih Adil, Driver: Untungnya dari Mana? | Asumsi

Gerry mengaku tak sendiri. Beberapa teman satu sekolahnya juga ada yang ikut pilihannya menjadi pengemudi ojol. Menurut dia, kehadiran layanan ojol seperti ini bisa menjadi alternatif pekerjaan buat banyak orang.

Meski demikian, diakui Gerry, kerjaan ini tidaklah mudah. Panas-panasan sudah tentu makanan sehari-hari, pantat kebas karena kelamaan berkendara dengan jarak yang tak dekat juga hampir sering ia alami. Namun diakuinya, lewat jerih payah itu ia bisa dapat penghasilan yang lumayan.

“Tergantung sih, tapi lumayan lah. Rp 4 juta per bulan mah ada, buat bantu orang tua. (Biar kuat bekerja) yang penting jaga kesehatan aja,” kata Gerry kepada Asumsi.

Diakui Gerry, kerjaannya memang tidak mulus-mulus saja. Ia bersyukur tak pernah mengalami hal fatal seperti kecelakaan atau orderan fiktif dalam jumlah besar. Tetapi, sekali-dua ada saja kejadian seperti pesanan palsu atau perkara titik jemput salah yang buat ia dimarahi penumpang.

“Pernah lah beberapa kali ngalamin juga order palsu. Tapi ya jumlahnya kecil. Kalau teman ojol lain kan ada yang sampai berapa ratus ribu gitu, tahunya fiktif,” kata dia.

Gabung Komunitas

Kehadiran ojol memang sedikit demi sedikit mendongkel popularitas ojek pangkalan yang lebih dulu ada. Perlahan, ojol pun mulai membangun komunitasnya. Komunitas ini lantas membentuk balai atau saung sederhana yang dibangun secara kolektif di pinggir jalan.

Mengenai hal ini, Gerry menyebut kalau komunitas baginya cukup membantu. Dengan seragam hijau yang ia kenakan, ia bisa nongkrong di pangkalan mana saja sekadar untuk melepas lelah atau mengisi daya ponsel yang jadi salah satu alat kerjanya.

“Itu biasanya nanti kita nyumbang juga, buat listriknya, atau ada kopi-kopi. Tapi lumayan lah bang, kita bisa nongkrong bentar sebelum narik lagi,” ucap dia.

Baca juga: Merger Gojek-Tokopedia, Menakar Dampaknya Bagi Konsumen | Asumsi

Dengan adanya komunitas ini, diakui Gerry, membuat solidaritas antar-sesama pengemudi mudah terjalin. Meski di antara mereka bermitra untuk perusahaan ojol yang berbeda.

Setahu Gerry, dulunya, komunitas ini dibangun karena ancaman ojeg pangkalan yang menolak kehadiran ojol. Namun, seiring waktu, ketika ojol mulai ramai, komunitas menjadi sumber informasi dan komunikasi bagi mereka yang sama-sama kerja di jalan.

“Nambah saudara juga, kan satu aspal,” kata Gerry sambil mengutip semboyan yang sering digaungkan oleh para bikers itu.

Bantuan dari hal kecil sampai besar dirasakan olehnya dan teman-teman yang tergabung di komunitas. Mulai dari kesulitan di jalan karena kendaraan yang bermasalah atau mengumpulkan donasi saat ada pengemudi atau keluarga pengemudi yang sedang kesulitan.

“Buat yang aktif banget di komunitas ini, sering juga ada kegiatan atau kerjasama dengan pihak-pihak lain, kayak berbagi sembako atau kalau ada bencana gitu-gitu,” ucap dia. Gerry sendiri mengaku tidak begitu aktif sampai ke kegiatan seperti itu.

Tak hanya bertemu muka di pangkalan, komunikasi antar-sesama driver juga dijalin lewat grup WhatsApp atau Facebook. Isinya ringan saja dari mulai ngobrol, bercanda, atau hal yang urgen, mulai dari kondisi jalan yang banjir dan lain-lain.

“Dari situ kita bisa tahu informasi apa yang sedang ramai,” ucap dia.

Baca juga: Jadi Mogok, Driver GoSend Kirim Karangan Bunga ke Kantor Gojek | Asumsi

Saudara Sepenanggungan

Mengutip IDN Times, Igun Wicaksono, Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia, menyebut, pada perjalanannya, driver ojol memang gemar membuat komunitas. Ini tak lain karena pengalaman yang sama yang sering mereka hadapi di jalan dan akhirnya mempersatukan.

Misalnya, ketika begal cukup rawan mengancam pengendara di malam sampai dini hari, driver ojol membentuk komunitas Tim Khusus Antibegal (TEKAB). Mereka bermitra dengan aparat untuk melakukan kerja-kerja kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).

“Patroli rutin di jalan-jalan rawan begal secara bersamaan, dengan binaan dari Polri,” kata Igun.

Pantauannya di DKI sendiri sudah ada lebih dari 1.000 komunitas ojol. Kegiatannya pun beragam. Tidak hanya kamtibmas, tetapi juga memiliki minat dan kegiatan rutin lainnya.

“Selain kegiatan rutin sebagai pengemudi ojek online, komunitas juga memiliki perbedaan dalam hal kegiatan di masyarakat. Ada yang condong kepada sosial,” ucap dia.

Share: Komunitas Ojol, Sepenanggungan Berbagi Susah dan Senang di Jalan