Sadar atau tidak, apa pun pekerjaan kita tetap harus memiliki perspektif yang pro terhadap lingkungan. Berdasarkan laporan yang dirilis World Economic Forum 2020 yang berjudul The Future Jobs Report, disebutkan pentingnya pemetaan pekerjaan yang dikaitkan dengan ekonomi hijau demi menjaga keseimbangan alam.
Dalam webinar bertajuk “Melek Soal Lingkungan, Apapun Pekerjaan Kamu” yang digelar Asumsi.co pada 2 Juli lalu, menghadirkan 3 orang narasumber yang membahas pentingnya untuk berkontribusi terhadap upaya penyelamatan alam dan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan porsi pekerjaannya masing-masing.
Cerita Gus Ipin Tolak Tambang Emas di Trenggalek
Bupati Trenggalek, Jawa Timur dan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Mochammad Nur Arifin menyadari pentingnya kepedulian terhadap lingkungan dengan posisinya sebagai seorang pejabat.
Kebijakan-kebijakannya banyak yang mengedepankan aspek perbaikan lingkungan, melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) jangka menengah daerah 2021-2026, ia menekankan pada tata kelola kawasan lingkungan hidup dalam perencanaan pembangunan di kabupaten.
Selain itu, pria yang juga akrab disapa Gus Ipin ini fokus pada manajemen emisi karbon dan secara tegas menolak adanya eksplorasi tambang emas oleh sebuah perusahaan pertambangan di Kabupaten Trenggalek pada Maret 2021.
“Saya enggak melihat ada masa depan di tambang emas untuk kemakmuran masyarakat Trenggalek. Bayangkan, 12 ribu hektar di dalamnya ada kawasan hutan lindung termasuk tanaman yang di hutannya ada kopi dan kakao, bahkan yang sudah organik. Bayangkan kalau itu di-convert menjadi tambang emas apalagi tambangnya open bid. Biodiversity kita bisa rusak,” ungkapnya.
Gus Ipin menambahkan, kawasan hijau yang menjadi sumber oksigen alam bisa hilang jika tambang emas dibiarkan hadir di daerahnya. “Apakah semudah itu mengonversikan pekerjaan orang yang sebelumnya petani kerja di sektor tambang dengan iming-iming uang yang lebih besar dari sektor pertanian? Saya tegas menolak.”
Ia menambahkan, sebelum pandemi dirinya kerap melakukan blusukan dan mendatangi warga dari rumah ke rumah untuk mendengar berbagai keluhan dan aspirasi mereka.
“Saya sebelum pandemi ada acara menginap di rumah warga. Mendengar keluhan mereka, tidur bareng mereka dan mereka juga enggak ada intentions sama sekali dengan adanya tambang,” ucapnya.
Dirinya menuturkan selama ini warganya banyak yang bekerja berdampingan dengan alam apapun sektor pekerjaannya. “PDRB-nya (Produk Domestik Regional Bruto), mayoritas dari pertanian, perikanan, kehutanan, kemudian sektor pariwisata. Semuanya bergantung sama alam,” imbuhnya.
Menurutnya, jika alam di Trenggalek rusak, maka sektor pariwisatanya tidak akan laku. Demikian pula bila hutannya rusak, maka bidang pertanian dan sektor hijau lainnya tidak bisa dikerjakan.
“Desa wisatanya juga akan hilang. Sumber air dan sumber pangan akan hilang. Jadi, no! Aku juga senangnya lagi statement-ku, padahal cuma muncul di media lokal, tapi dukungan teman-teman begitu kencang bikin petisi sampai didengar banyak pihak,” tuturnya.
Ia mengharapkan, ikhtiarnya ini bisa membuahkan hasil baik. Menutup pernyataannya, dirinya menegaskan Trenggalek harus dibiarkan dengan emas hijaunya alias hasil ekonomi yang diperoleh dari kelestarian alam.
Alam Sebagai Pondasi Bisnis
Irvan Helmi yang merupakan Co-Founder AnomalI Coffee & Ketua Dewan Pengawas Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), menilai kontribusi untuk menjaga lingkungan dengan profesinya sebagai pengusaha kopi merupakan hal yang penting.
“Dasarnya kita harus melihat lingkungan itu is a business call untuk kita masukkan ke pondasi dalam membangun usaha karena kita hidup di Bumi,” ucap Irvan.
Tanaman kopi yang banyak ditemukan di alam bebas, lanjutnya juga menjadi inti dari pentingnya menjaga lingkungan demi keseimbangan bisnis yang dijalankannya saat ini.
“Kalau kita enggak bisa melihat keterkaitannya dengan lingkungan kita, berarti enggak mengerti bisnis kita. Hal yang harus dilakukan pertama itu justru ingin berada dalam satu situasi dimana kita tahu dalam jangka panjang usaha kita aman. Untuk mengamankan usaha apa yang harus dilakukan yang pasti salah satu yang paling penting itu resources,” ujarnya.
Sementara itu, Head of Sustainability Strategy & Innovation Gojek, Yoanita Simanjuntak pun menuturkan cara yang dilakukan perusahaannya untuk berkontribusi menjaga lingkungan.
“Gojek selalu berupaya data driven dalam setiap keputusan yang dilakukan. Hal yang harus kita tahu dalam berinovasi mencari solusi based line kita apa. Kalau misalnya bicara emisi, kita tahu based line-nya itu kita melakukan accounting emisi yang ada di ekosistem Gojek itu datangnya dari mana saja,” jelas dia.
Gojek, kata Yoanita membagi tiga bagian dalam memantau emisi yang terjadi dalam aktivitas bisnis mereka. “Scoop 1 dan scoop 2 directly aktivitas perusahaan dan scoop 3 dari merchant Go Food memasak misalnya atau dari kendaraan milik Gojek drivers,” katanya.
Tujuan dari pembagian pengukuran ini, dia bilang supaya Gojek bisa tahu seberapa banyak emisi yang ada di ekosistem Gojek, sehingga bisa diketahui strategi yang paling relevan untuk mengurangi emisi tersebut.
“Kita juga sudah melaporkan emisi yang ada di ekosistem Gojek itu berapa ton. Sustainability report yang kita ingin keluarkan setiap tahun diharapkan juga publik bisa menjaga akuntabilitas Gojek dalam melakukan penghitungan ini, bagaimana kita bisa menguranginya setiap tahun, dan strategi apa yang relevan untuk operasional merchants dan untuk driver juga,” tandasnya.
Nah terbukti apapun pilihan profesinya, ternyata bisa menjaga alam sekaligus menyejahterakan masyarakat. Kalau kalian gimana? Mau menyelamatkan lingkungan melalui profesi apa?