Isu Terkini

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Sunda Empire dan Kekaisaran Sunda Nusantara

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Polda Metro Jaya

Serupa tapi tak sama. Kehadiran Kekaisaran Sunda Nusantara yang jadi sorotan baru-baru ini terasa familiar. Kelompok ini mengingatkan kita pada Sunda Empire yang lebih dulu bikin geger banyak orang.

Kasat Patroli Jalan Raya (PJR) Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Akmal bahkan mengatakan, klaim warga Negara Kekaisaran Sunda Nusantara ini, mengindikasikan adanya kemiripan dengan Sunda Empire yang bikin heboh beberapa waktu lalu. 

“Dia ngakunya warga Negara Kekaisaran Sunda Nusantara. Kaya Sunda Empire gitu,” kata Akmal usai menilang mobil yang dikemudikan Rusdi karena memiliki plat nomor tak lazim.

Jadi, mereka sebenarnya saling berkaitan atau tidak?

Baca juga: Cerita Baru Depok: Kekaisaran Sunda Nusantara, BPIP Sebut Cuma Cari “Beken”

Kekaisaran Sunda Lebih Tertutup

Rusdi yang memproklamirkan diri sebagai Jenderal Pertama menyebut, Kekaisaran Sunda Nusantara sudah ada sejak lama, cuma sempat bubar pada tahun 2011.

Jumlah anggotanya, kata dia, berkurang karena melebur dengan Sunda Empire. Ia menegaskan, keduanya berada di bawah kepemimpinan berbeda. Hal yang paling membedakan dengan Sunda Empire, lanjutnya, Kekaisaran Sunda Nusantara lebih tertutup. 

Bahkan, menurut Rusdi, saat ini pertemuan yang dilakukan antar petinggi dengan para anggotanya sudah jarang dilakukan.

“Pertemuan? sudah jarang banget. Kegiatan Sunda Nusantara tidak pernah ada. Kita gak ada grup. Itu antara petinggi. Kita gak pernah koar-koar seperti Sunda Empire. Komunikasi antar petinggi saja,” jelasnya dikutip dari Tribun News.

Hal senada disampaikan Petinggi Sunda Empire, Raden Ranggasasana alias Rangga. Ia menegaskan, kelompoknya sama sekali tidak ada keterikatan dengan Kekaisaran Sunda Nusantara.

“Sungguh tidak ada hubungan tersebut antara Sunda Empire-Earth Empire dengan Kekaisaran Sunda Nusantara yang lagi ramai diberitakan,” kata Rangga yang disampaikan melalui kuasa hukumnya, Erwin Syahduddi, dikutip dari CNN.  

Pengikut Sunda Empire Lebih Banyak

Sunda Empire diklaim Rangga berdiri pada masa kepemimpinan Alexander The Great, 324 SM. Kemudian diturunkan ke Julius Caesar yang beristrikan Cleopatra VII yang memerintah dari 43 SM hingga 337 Masehi.

Laporan BBC menyebut, mereka berada di bawah naungan Dinasti Sunda Kala yang dipimpin oleh Kanjeng Ratu Ratna Ningrum Wiranatadikusuma Siliwangi-Al Misri, atau Rd. Ratnaningrum. 

Sedangkan Nasri Banks, suami Ratnaningrum, menjabat sebagai Grand Prime Minister dan Ranggasasana sebagai Sekretaris Jenderal De Heren XVII Sunda Empire.

Sementara itu, Kekaisaran Sunda Nusantara tidak mengenal sistem kepemimpinan ratu dan perdana menteri laiknya monarki. Mereka hanya dipimpin oleh Panglima Kekaisaran Sunda Nusantara yang dijabat Alex Ahmad Hadi Ngala.

“MASA itu Majelis Agung Sunda Archipelago. Ketuanya Ahmad Ngala tinggal di Depok,” ucap Rusdi. 

Namun, sang pimpinan mengaku sudah mundur sebagai panglima yang dimuliakan di kelompok ini. Kekaisaran Sunda Nusantara menegaskan memiliki tujuan untuk mensejahterakan umat sedunia. “Kemudian kalau kita pengikutnya baru sedikit, yang banyak itu Sunda Empire,” imbuhnya.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Benny Susetyo menilai, munculnya kelompok masyarakat yang mendirikan sebuah kerajaan atau negara merupakan fenomena hilangnya akal sehat demi mencari ketenaran.

“Ini bagian dari irasionalitas. Kalau orang rasional, pasti punya akal sehat dan logika untuk mempertimbangkan langkah yang mereka lakukan tuh ngawur, enggak sih,” kata Benny saat dihubungi Asumsi.co melalui sambungan telepon, Jumat (7/5/21).

Ia menyayangkan fenomena seperti ini laku di tengah masayarakat. Seharusnya, di era modern seperti sekarang hal semacam ini tak perlu ditanggapi apalagi sampai viral.

“Kita ini orangnya mudah terpengaruh mitos, atau segala sesuatu yang dikemas sedemikian rupa hingga viral lalu heboh. Biarkan saja, nanti malah menjadi kalau diladeni. Ini menyebabkan yang lain jadi terpikir ‘ah, bikin juga ah… biar terkenal’. Rugi sendiri kita,” tuturnya.

Baca juga: Rangga Sunda Empire Mau Bikin Buku dan Podcast. Psikolog: Harus Didampingi!

Sementara itu, Direktur Kepercayaan dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sjamsul Hadi menegaskan Sunda Empire dan Kekaisaran Sunda Nusantara merupakan fantasi, bukan penghayat kepercayaan.

“Kalau memang kerajaan beneran, kemudian ada unsur penghayatan kepercayaan di dalamnya, pastinya jelas strukturnya lalu turunannya jelas dari abad ke berapa,” kata Sjamsul saat ditelepon terpisah.

Ia mengingatkan, ke depan jangan sampai ada lagi orang yang punya pemikiran sama lalu membuat kerajaan atau negara fiktif lain di negeri ini.

“Dasarnya ini kan, fantasi orang saja untuk mencari sensasi biar terkenal. Padahal, sudah jelas berisiko kena sanksi pidana seperti pimpinan Sunda Empire kan, kena penjara karena bisa meresahkan masyarakat,” terangnya.

Sjamsul pun mempersilakan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok untuk membina warganya yang terkesan menunjukkan sikap tak lazim semacam ini. 

“Dari kami, dipersilakan pemda setempat menindaknya. Kalau mereka bagian penghayat kepercayaan ya, kami berikan atensi atau kalau mereka masyarakat adat, kami dalami seperti apa. Lah, ini mah bukan,” tuturnya.

Share: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Sunda Empire dan Kekaisaran Sunda Nusantara