Laga big match pekan ke-34 Liga Primer Inggris 2020/21 antara Manchester United melawan Liverpool, yang sedianya dimulai pukul 22.30 WIB, Minggu (2/5/21), terpaksa ditunda.
Keputusan itu diambil menyusul adanya aksi protes ratusan pendukung United yang memaksa masuk ke Stadion Old Trafford dan menyerbu lapangan, lantaran marah pada pemilik klub, keluarga Glazer.
“Menyusul diskusi antara Polisi, Liga Primer, Dewan Trafford dan klub, pertandingan kami melawan Liverpool ditunda karena pertimbangan keselamatan dan keamanan seputar protes hari ini,” kata pihak United dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (2/5).
Dalam aksi tersebut, terlihat para pendukung United ada yang menyalakan flare. Selain itu, banyak pula yang membawa poster yang sebagian besar isinya menyerukan agar Glazers mengakhiri kepemilikan klub yang mereka beli pada tahun 2005 silam itu dengan tulisan #GlazersOut.
Aksi itu merupakan protes lanjutan kepada keluarga Glazer yang ingin United ikut dalam European Super League (ESL), meski akhirnya menarik diri, Selasa (20/4) lalu di tengah badai protes dari penggemar, pemain dan pemerintah Inggris.
Para pendukung sudah muak dengan kepemimpinan Glazer yang dianggap menghambat prestasi The Red Devils. United sebelumnya termasuk di antara enam klub Liga Primer Inggris yang mendaftar ke ESL.
Meski kemudian menarik diri dari ESL dan meminta maaf kepada fans, namun permintaan maaf Joel Glazer tak bisa diterima pendukung United. Para pendukung United merasa mereka tak dianggap dalam keputusan ikut serta di ESL.
Sejak saat itu, terjadi gelombang protes terhadap Keluarga Glazer. Para pendukung United sudah tiga kali melakukan aksi dalam sepekan terakhir.
Pertama, pada Sabtu (24/4) lalu, mereka memadati pelataran stadion, kedua pada Kamis (27/4) di markas latihan klub, dan ketiga terjadi pada Minggu (2/5), yang berimbas pada ditundanya laga United vs Liverpool.
Naik Turun Perjalanan Glazer Si Pemilik Manchester United
Keluarga Glazer sedang menjadi sorotan luas dalam beberapa waktu terakhir. Sorotan terutama kepada Malcolm Glazer, yang kini disebut-sebut musuh terbesar para pendukung klub berjuluk Setan Merah itu. Bagaimana perjalanannya hingga menjadi pemilik United?
Keluarga Glazers memegang saham mayoritas United pada tahun 2005 melalui perusahaan investasi Red Football Ltd. Dalam laporan The Guardian, Senin (3/5), sebetulnya pada Maret 2003, Malcolm sudah memiliki saham United meski hanya sedikit, yakni 2,9 persen.
Perlahan, nilai saham Malcolm di United terus meningkat. Pada 2004, meningkat hampir 20 persen di bulan Juni, lalu mendekati 30 persen di bulan Oktober.
Pada 12 Mei 2005, setelah kepemilikannya mencapai 57 persen, ia lantas mengeluarkan dana senilai 790,3 juta poundsterling untuk menguasai United sepenuhnya.
Setelah sempat memiliki 76 persen saham pada akhir bulan Mei 2005, pria bernama lengkap Malcolm Irivin Glazer yang lahir di Rochester, New York pada 15 Agustus 1928 itu akhirnya berhasil mengambil alih saham mayoritas United sebesar 98 persen pada Juni 2005.
Meski terdaftar di Bursa Efek New York sejak 2012, Glazer tetap memegang kepemilikan mayoritas. Keluarga Glazer bahkan menghasilkan 75 juta poundsterling dari hasil menjual sebagian dari saham mereka.
Perlawanan Pendukung United Selama 16 Tahun
Namun, kekuasaan Malcolm di United justru mendapatkan penolakan dari pendukung United yang amarahnya sudah membuncah selama 16 tahun terakhir. Sederet perlawanan demi perlawanan muncul. Pendukung United menganggap, kepemilikan United oleh keluarga Glazer bukan semata-mata dilandasi cinta sepakbola, tetapi lebih karena bisnis.
Salah satu hal yang dipermasalahkan para pendukung United adalah karena pembelian klub menggunakan dana yang berasal dari utang. Hal itu terlihat dari dana senilai 265 juta poundsterling dari total nilai akuisisi Malcolm tersebut, yang diperoleh dari berutang dengan menggunakan aset kesebelasan sebagai agunan.
Bahkan, sejak dibeli oleh keluarga Glazer pada 2005, keuangan United mulai dililit utang. Padahal, sebelum keluarga Glazer memiliki klub, United tercatat sebagai klub yang tak pernah berutang di pasar saham. Kini, utang United pun kian menumpuk.
Per laporan yang dirilis 4 Maret 2021, mengutip dari laman SportsPro, Senin (3/5), diperkirakan total utang United naik 16 persen mencapai 455,5 juta poundsterling atau setara Rp8,9 triliun setelah 12 bulan pandemi COVID-19.
Malcolm meninggal pada Mei 2014 karena sakit stroke yang dideritanya sejak 2006, sehingga 98 persen saham yang dimilikinya dibagi rata kepada keenam anaknya.
Adapun pembagian saham kepada keenam anaknya itu adalah Joel (17%), Avram (16,4%), Dancie (16,4%), Kevin (16,3%), Bryan (15,5%), dan Edward (15,2%).
Kemarahan pendukung United memang sudah berlangsung lama. Bahkan, pendukung Setan Merah pernah benar-benar marah ketika Sir Alex Ferguson dianggap membela sang pemilik klub.
Eks manajer United asal Skotlandia itu berulang kali mengatakan bahwa keluarga Glazer selalu mendukungnya di bursa transfer dan tidak pernah memberikan kritik.
Para pendukung merasa kecemerlangan Sir Alex, sebagai manajer yang meraih segudang prestasi bersama United, justru menutupi masalah mendasar seputar uang yang diinvestasikan dalam skuad The Red Devils selama ini.
Tak heran akhirnya kampanye anti-Glazer ‘green and gold’ dimulai pada 2010, ketika United mengalami penurunan performa setelah tiga gelar Liga Primer Inggris berturut-turut (2006/07, 2007/08, 2008/09), dan setelah meraih trofi Liga Champions ketiga pada 2007/08, usai menunggu selama hampir sembilan tahun (1998/99).
Bagi sebagian orang, sentimen dan kemarahan pada keluarga Glazer tak pernah meredup. Sejak Sir Alex pensiun pada 2013, kekecewaan dengan kepengurusan Glazer di United bahkan terus meningkat setiap tahun. Kekecewaan yang muncul itu bukan hanya karena kekayaan klub yang telah merosot, tapi juga soal cara keluarga Glazer menjalankan United.