Isu Terkini

​Kapal Selam KRI Nanggala 402 Hilang Kontak, Ini Kapal Selam di Deretan Alutsista Indonesia​

Irfan — Asumsi.co

featured image
null

Kapal Selam KRI Nanggala 402
dikabarkan hilang di perairan sebelah utara Pulau Bali, pada hari Rabu
(21/4/2021) pagi. Kapal lansiran Jerman yang diproduksi pada 1979 ini adalah
satu dari lima kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia. Hingga kini belum ada informasi
mengenai keberadaan kapal selam tersebut.

Kepala Dinas Penerangan TNI
Angkatan Laut (Kadispen) Laksamana Pertama Julius Widjojono mengatakan, kapal
tersebut mengangkut 53 awak. Koordinat hilangnya kapal selam tersebut sudah
ditemukan, yakni sekitar 95 kilometer dari arah utara Pulau Bali.

Untuk penyelamatan, dua kapal
selam lain juga diturunkan untuk membantu pencarian.

Kapal Selam Dalam Deretan
Alutsista Indonesia

Bicara soal kapal selam,
Indonesia terbilang sebagai negara dengan kepemilikan kapal selam yang bisa
dibilang sedikit.

Pada tahun 2021, Global Fire Power menempatkan
Indonesia pada peringkat 23 dunia dalam hal jumlah kapal selam. Sementara untuk
level Asia Tenggara, Indonesia hanya berada di bawah Vietnam dengan total 6
kapal selam. China berada di peringkat 1 dengan 79 kapal selam, lalu Amerika
Serikat dengan 68 kapal selam, Rusia 64, Korea Utara 36, Iran 29, Jepang 20,
India 17, Turki 12, serta Inggris 11. Ini memberikan kita suatu gambaran
tentang betapa kapal selam menjadi salah satu parameter kekuatan alutsista
angkatan laut suatu negara, selain kapal jenis 
destroyer.

Mengutip tulisan Hasan Sadeli,
peminat sejarah maritim dan kajian pertahanan di 
detik.com, selama ini, alutsista untuk
matra laut lebih didominasi kapal permukaan, dengan rincian: 24 unit korvet, 7
unit frigate, 179 kapal patroli, dan 10 kapal penyapu ranjau.

Di era pemerintahan Presiden
Soekarno, Indonesia sebetulnya sempat memiliki 12 kapal selam. Kapal ini adalah
kelas Whiskey buatan Rusia yang dulu dikenal sebagai Uni Sovyet. Setelah tahun
1965, ketika hubungan RI-Uni Soviet merenggang, terjadi krisis suku cadang
untuk kapal selam-kapal selam ini sehingga semuanya dipensiunkan pada 1970.

Dalam kurun waktu antara tahun
1970 sampai tahun 1980 atau satu dekade lamanya, Indonesia tak memiliki kapal
selam sama sekali. Baru pada tahun 1981, Indonesia memiliki dua kapal selam
yang dipesan dari Howaldtswerke, Jerman. Dua kapal selam tipe 209/1300 buatan
Jerman itu adalah KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 yang baru saja dikabarkan
hilang.

Dua kapal selam ini bertugas
cukup lama. Karena sejak memiliki kapal selam pada 1981, hampir tiga dekade
lamanya, Indonesia hanya mengandalkan dua kapal selam lansiran Jerman ini.

Perlahan kekuatan bawah laut
Indonesia mulai menunjukkan geliatnya. Langkah progresif itu dimulai pada tahun
2011. Masih dikutip dari tulisan Sadeli, lulusan magister ilmu sejarah UI itu
menyebut, di tahun tersebut Indonesia menandatangani kontrak kerja sama
pemesanan tiga unit kapal selam dari Korea Selatan.

Kapal selam Nagapasa 403 selesai
dikerjakan tahun 2015, diluncurkan tahun 2016, dan mulai resmi beroperasi di
TNI AL pada Agustus tahun 2017, lalu disusul kapal selam Ardadedali 404 pada
tahun 2018, dan yang terbaru ialah kapal selam Alugoro 405 yang diresmikan 17
Maret 2021.

Namun, lima kapal selam dalam
deretan alutsista kita tentu belum ideal. Menurut Sadeli, lima kapal selam
tersebut, jika dibagi dengan luas wilayah perairan Indonesia yang harus dijaga,
ialah 1 banding 650.000 km2. Suatu skala perbandingan wilayah yang masih
terlalu luas untuk keberadaan kapal selam yang masih minim.

Terlebih letak geografis
Indonesia termasuk memiliki risiko ancaman yang tinggi. Hal ini menuntut adanya
kajian serius mengenai penambahan alutsista, khususnya bawah laut dengan
memperbanyak kapal selam.

Sadeli menilai, ada tiga alasan
mendasar terkait urgensi penambahan jumlah kapal selam dalam menjaga perairan
Indonesia. Pertama, penambahan jumlah kapal selam dimaksudkan untuk
menyeimbangkan dengan postur kekuatan kapal permukaan. Ini merupakan suatu
syarat mutlak dalam desain pertahanan maritim modern sekaligus untuk mewujudkan
visi TNI AL sebagai angkatan laut kelas dunia (
world class navy).

Kedua, selain karena memilik efek
penggentar, kapal selam juga memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki kapal
permukaan. Misalnya dalam aspek kerentanan, kapal permukaan lebih potensial
menjadi sasaran musuh. Sedangkan kapal selam dapat bergerak secara senyap, dan
dapat melakukan penetrasi jauh. Ketiga, terkait dengan postur negara-negara
dengan kekuatan militer mumpuni.

“Kita dapat melihat, negara
yang termasuk dalam ranking 10 besar dunia, minimal memiliki lebih dari 10
kapal selam,” tulis Sadeli.

Selain kontrak kerja sama
pengadaan kapal selam dengan Korea Selatan, Indonesia juga membuka kemungkinan
bekerja sama dengan negara lain, salah satunya dengan Jerman. Sebagaimana yang
banyak diberitakan awal Maret lalu, bahwa Indonesia mendapat kunjungan delegasi
dari produsen kapal selam 
Thyssen Krupp Marine System (TKMS)
yang berasal dari Jerman. Delegasi dari TKMS tersebut, melakukan penjajakan
pengadaan salah satu kapal selam unggulannya, yaitu kapal selam diesel-listrik
tipe 214.

Selain dapat membawa rudal serta
torpedo dengan kecepatan dan presisi maksimum, kapal selam produk TKMS tersebut
dilengkapi perangkat 
Fuel
Cell Air-Independent Propulsion System
, yang berguna dalam
peningkatan ketahanan saat di kedalaman. Dan yang tidak kurang pentingnya
adalah kapal selam tipe 214 tersebut menawarkan solusi dalam menekan biaya
operasional. Kapal selam ini dikabarkan masuk dalam buku biru Kementerian
Pertahanan, untuk selanjutnya menunggu persetujuan anggaran.

Kapal Selam Buatan Indonesia

Itikad baik soal pengadaan kapal
selam juga muncul dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Lewat
video desain kapal selam mini berukuran 32 meter yang dipublikasikan melalui
akun Instagram @bppt_ri, perancangan kapal selam mini ini dilakukan sejak 2017
hingga 2019 di BPPT.

BPPT memanfaatkan sumber daya
manusia dan fasilitas pengujian, serta bekerja sama dengan industri pertahanan
dalam negeri.

Dikutip dari kompas.com, kapal selam berjenis diesel elektrik ini
dirancang untuk beroperasi hingga kedalaman 150 meter, kedalaman pengujian 170
meter, dan kedalaman runtuh 320 meter. Selain itu, kapal selam mini buatan BPPT
mampu melaju dengan kecepatan maksimal 15 knot. Kapal ini juga mampu beroperasi
dengan kecepatan senyap 4 knot, kecepatan snorkling 7 knot, dan kecepatan dinas
7 knot. Sementara radius operasionalnya mencapai 4.000 mil laut.

Untuk mendukung misi
operasionalnya, kapal selam tersebut dapat dipersenjatai dengan 2 
heavy weight torpedo.
Kapal ini juga dapat diisi 11-12 orang dan bertahan 2-3 hari di dalam air.

Sebagai alutsista, rancangan
kapal selam ini juga mempertimbangkan aspek redundansi sistem agar tetap handal
saat menjalankan misi yang diemban. Oleh karenanya, diperlukan tahapan sasaran
antara untuk mengurangi tugas berat pada proses awal perancangan, termasuk
mitigasi risiko dan mengatasinya pada pembangunan kapal selam di atas kelas 
midget ini.
Nantinya, kapal selam ini juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan berbagai
riset bawah laut.

Wujud Nyata Kekuatan Maritim

Dalam tajuk rencana Kompas.id yang
terbit tak lama setelah peluncuran Alugoro, 
Kompas menaruh harapan agar KRI Cakra, Nenggala,
Nagapasa, Ardodedali, termasuk Alugoro yang baru tidak hanya gagah dengan
namanya yang dikenal dalam jagat pewayangan, tetapi juga merupakan wujud nyata
komitmen kita untuk menjadi kekuatan maritim yang disegani.

Mengingat perannya sebagai
deterens dan fungsinya untuk patroli perairan, perlu diakui kalau saat ini Indonesia
masih membutuhkan sejumlah kapal selam. Oleh sebab itu, perlu digarisbawahi
pentingnya kemampuan industri pertahanan dalam negeri untuk terus mengembangkan
kemampuan dalam pembuatan kapal selam. Alih teknologi dalam pembuatan kapal
selam dengan Korea memang patut diapresiasi. Namun, setelah KRI Alugoro, tentu
kita berharap kapal selam berikut bisa sepenuhnya dibuat putra bangsa.

Peristiwa masuknya kapal pengawal
pantai dan nelayan China di wilayah ZEE di Natuna membangunkan kita dari tidur
dalam pembangunan kekuatan laut (dan udara) secara memadai.

Share: ​Kapal Selam KRI Nanggala 402 Hilang Kontak, Ini Kapal Selam di Deretan Alutsista Indonesia​