Rapper asal Amerika Serikat, Jay-Z menjadi sorotan publik usai t-shirt bergambar masjid yang disertai tulisan “Lamu” yang dikenakannya, viral dan menuai kecaman di jagad maya. Foto yang beredar di medsos, menunjukkan kaos itu dikenakannya saat meninggalkan sebuah restoran di Santa Monica, California pada 30 Maret lalu.
T-shirt yang menampilkan potret Masjid Riyadha ini, diketahui merupakan hasil rancangan desainer asal Kenya yang berbasis di New York, Zeddy Loky.
Penggunaan gambar masjid bersejarah di Kenya dalam desain kaos berlatar warna putih tersebut, memicu sikap protes umat Muslim, hingga pihak pengelola masjid itu menyurati sang desainer secara terbuka. Pasalnya, Loky dinilai tidak sensitif menjadikan bangunan suci agama Islam sebagai gambar desain produk busananya.
Dinilai Menista Agama
Dikutip dari CNN, Masjid Riyadha merupakan salah satu masjid bersejarah di Afrika yang dibangun pada abad ke-19. Lokasi masjid yang didirikan oleh Habib Swaleh ini berada di daerah Lamu yang terletak di pantai timur di Kenya, dengan kawasan kota tuanya dinobatkan sebagai salah satu warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
“Kota tuanya adalah situs warisan dunia UNESCO yang digambarkan sebagai pemukiman Swahili tertua dan paling terpelihara di Afrika Timur,” tulis CNN.
Masjid Riyadha juga menjadi salah satu lembaga pendidikan terpenting di Afrika Timur, sekaligus destinasi religi bagi para peziarah di Afrika Timur. Di masjid ini, ditemukan sebuah manuskrip tua dari tahun 1837.
Sekretaris Jenderal Masjid Riyadha, Abubakar Badawy pun menunjukkan kegeramannya atas sikap Loky yang dinilainya tak menghormati eksistensi masjid tersebut. Ia mengunggah surat terbuka pada 3 April lalu, lewat Facebook yang menyatakan mereka benar-benar tersinggung.
Badawy pun mendesak desainer yang ada di bawah naungan blkburd genes ini, meminta maaf. “Kami sama sekali tidak menganggap ini sebagai suatu kehormatan atau hak istimewa bagi sebuah masjid bersejarah dan pendirinya Habib Swaleh yang digambarkan sedemikian rupa,” tulis Abubakar Badawy dilansir dari Daily Sabah, seperti dikutip CNN.
Ia menyesalkan, gambar masjid yang ditempel dalam desain sebuah kaos bisa dipakai untuk masuk ke bar atau klub malam. Hal ini menurutnya merupakan bentuk penistaan terhadap agama Islam.
“Tentu saja ini penistaan, penghinaan terhadap rasa hormat dan martabat spiritual terhadap semua orang yang menghormati masjid, pendirinya dan komunitas Muslim pada umumnya di dalam dan di luar Lamu,” tegasnya dalam isi surat.
Surat tersebut juga berisi permintaan agar Loky menunjukkan rasa hormat kepada Masjid Ryadha dengan menghapus potret masjid tersebut dari desain pakaian rancangannya.
Loky Minta Maaf
Loky segera merespons surat tersebut dengan menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh ulama yang mengkritik penggunaan gambar masjid tersebut untuk kaos yang dikenakan Jay-Z.
Selaku pemilik clothing, ia menjelaskan filosofi merek busana rancangannya. Baju yang menampilkan gambar hijau masjid dengan latar belakang putih, dengan kata “Lamu” dicetak di atasnya ini, kata dia, merupakan representasi dari keberagaman.
“Merek blkburd genes, merupakan perusahaan pakaian yang desainnya memiliki misi untuk mendidik orang-orang di seluruh dunia tentang sejarah, alam dan isu-isu terkini,” tulisnya lewat situs webnya.
Loky juga mengatakan, pihaknya hanya memproduksi 20 potong kaos untuk desain bergambar Masjid Riyadha. “Mereka yang memiliki koleksi ini, telah diminta untuk menghormati masjid dengan tidak mengenakannya di bar atau klub, jika mereka kebetulan memutuskan untuk memakainya,” kata dia.
Kepada CNN, pihak pengelola Masjid Riyadha menyatakan telah menerima permintaan maaf desainer yang memiliki nama asli Zedekiah Lukoye ini.
Desainer Harus Peka dengan Simbol Agama
Desainer modest fashion Indonesia, Jeny Tjahyawati mengaku tak heran kaos rancangan Loky yang dikenakan oleh Jay-Z menuai kecaman publik. Ia mengatakan, memang sebaiknya seorang desainer menghindari penggunaan simbol-simbol agama dalam produk rancangannya.
“Apalagi agama Islam, Muslim sangat sensitif terhadap simbol-simbol keagamaannya. Ada pakem-pakem yang tidak boleh diterapkan dalam desain. Selain itu, desainer harus peka karena ini bisa menimbulkan kontroversi,” kata Jeny kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (8/4/21).
Ia menjelaskan, pakem-pakem yang dimaksudnya, seperti gambar masjid atau lafal Allah SWT dan Muhammad SAW yang tidak bisa sembarangan dimasukkan ke dalam produk fesyen.
“Apalagi gambarnya dipakai buat di baju. Ada lafal ayat suci Alquran saja, misalnya di baju kalau masuk kamar mandi tidak boleh. Gimana yang masuk ke bar atau diskotek? Ini yang harus dihindari. Jangan desain produk fesyen yang menunjukkan kesan melecehkan nilai-nilai suatu agama,” terangnya.
Bukan cuma agama, lanjutnya, nilai-nilai budaya suatu negara atau daerah juga tidak bisa asal digunakan untuk produk fesyen. Ia mencontohkan, di Indonesia misalnya ada motif batik slobog dari Jawa yang dikhususkan untuk orang meninggal atau layatan.
“Motif kain Nusantara ini tidak boleh digunakan untuk baju. Kain motif ini, biasanya buat menutup jenazah orang meninggal. Tentu enggak boleh dibikin jadi baju. Memang ada pakem-pakemnya,” ucap wanita yang juga penggagas Indonesia Modest Fashion Week ini.
Meski demikian, ia tak lantas menyalahkan Loky sengaja merancang busana yang menimbulkan polemik di tengah masyarakat demi viralnya produk tersebut, hingga laris di pasaran.
“Mungkin dia tidak mengerti karena ada beberapa negara yang membebaskan bangunannya, boleh jadi gambar buat desain fesyen. Saya rasa dia tidak mengerti, belum tentu sengaja supaya jadi omongan orang-orang,” tandas Jeny.
Simbol Agama Bisa Jadi Produk Populer
Sementara itu, National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma menilai secara umum sebenarnya penggunaan simbol agama dalam fesyen sah-sah saja. Meski, menurutnya tidak semua simbol agama bersifat dinamis, sehingga bisa dilebur ke dalam sebuah produk fesyen.
“Sebenarnya sah-sah saja simbol agama dimasukkan ke produk fesyen. Misalnya, salib. Itu banyak sekali dari yang desainnya sangat real sampai abstrak. Itu kan, simbolnya Nasrani. Kalau (simbol) Islam, memang sedikit sekali digunakan dalam produk fesyen,” jelas Ali saat dihubungi terpisah.
Ia menuturkan, penggunaan simbol agama dalam dunia fesyen sudah lama dilakukan para desainer. Bahkan, simbol agama yang dilebur ke dalam produk fesyen lalu mendapakan sambutan hangat dari publik, mampu menjadi produk populer.
“Simbol agama seperti salib ini, bahkan sudah kayak ikon di fesyen. Banyak sekali dimasukkan ke dalam produk-produk fesyen, dieksplor sedemikian rupa mulai dari dijadikan aksesoris sampai motif pakaian,” katanya.
Namun, ia mengingatkan penggunaan simbol agama dalam fesyen tidak dipermasalahkan selama tujuannya baik dan sama sekali tidak ada niatan untuk melecehkan nilai-nilainya di dalam desainnya.
“Selama memiliki tujuan yang baik, mungkin misalnya misi dakwah atau memperkenalkan agama dengan tujuan damai, tanpa bermaksud melecehkan agama tertentu, sebenarnya enggak masalah sih,” tutup Ali.