Luar Jawa

Pie Susu, Kuliner Peranakan yang Jadi Oleh-Oleh Khas Bali

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Cookingcrave.com

Pie susu merupakan salah satu kudapan yang seringkali menjadi pilihan buah tangan wisatawan saat plesiran di Bali. Sohornya cita rasa manis bercampur gurih kue ini juga menjadikannya salah satu makanan favorit turis mancanegara yang berkunjung ke Pulau Dewata.

Tapi tahu enggak, kalau pie susu Bali bukanlah kuliner asli Indonesia? Kudapan ini merupakan salah satu kuliner peranakan yang asalnya dari negara lain. Pie susu Bali adalah kue peranakan yang melebur dengan budaya Indonesia.

Sejarah Pie Susu Bermula dari Hong Kong

Unsiyah Anggraeni melalui bukunya, “Multikulturalisme Makanan Indonesia” yang diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menuliskan bahwa setidaknya ada perpaduan dua budaya negara lain yang melebur dalam pie susu Bali.

Pie susu Bali merupakan perpaduan antara pie susu Hong Kong dan Portugis. Awalnya, pie susu diperkenalkan oleh Tengs Cha Chaan pada tahun 1940-an di Hong Kong. Pertama kalinya, pie susu dibuat untuk menyaingi restoran dim sum yang sangat terkenal. Tak lama kemudian, pie susu dijual di kafe dan toko-toko roti Barat dan Eropa,” demikian disampaikan Unsiyah.

Rupanya, pengunjung toko dan kafe sangat menyukainya hingga jumlah pelanggan mereka semakin banyak. Pada tahun 1950-an, sebuah restoran yang menjual pie susu mini meraup keuntungan yang melimpah. Semenjak itulah jumlah restoran yang menjajakan pie susu semakin masif.

Ternyata pie susu Hong Kong juga bukanlah kuliner khas negara setempat. Kudapan ini hasil adaptasi makanan tart custard dari negara penjajah mereka, yakni Inggris. 

“Maklum saja, Hong Kong merupakan negara bekas jajahan Inggris sehingga mengalami akulturasi budaya juga. Beberapa waktu kemudian, pie Hongkong terkenal dengan berbagai varian rasa, misalnya madu telur, pie cokelat, pie teh hijau, dan pie jahe,” ujarnya.

Pengaruh Masa Penjajahan Portugis

Adapun pie susu yang berasal dari Portugis dikenal dengan nama pastel de nata. Selanjutnya, makanan ini dibawa dan dikenalkan ke Hong Kong oleh koloni Portugis yang berada di Makau. Konon, pastel de nata ini dibuat pertama kali sekitar lebih dari dua ratus tahun lalu oleh suster Katolik. 

“Namun, ada perbedaan yang mendasar antara pie susu Hongkong dan pie susu Portugis, yakni pada pinggiran pie susu. Hong Kong lebih memilih menggunakan pinggiran puff pastry, sedangkan Portugis berupa shortcrus pastry,” kata Unsiyah.

Bila diamati terksturnya, bentuk pie susu Bali mirip dengan shortcrust pastry Portugis. “Namun, isiannya yang berupa ess custard lebih condong menyerupai pie susu dari Hong Kong,” lanjutnya.

Pakar kuliner Indonesia, Chef William Wongso mengamini bahwa pie susu Bali merupakan kuliner Indonesia yang lebih dominan mengadaptasi kudapan khas Portugis, atau yang saat ini negaranya kita kenal dengan nama Portugal.

Adopsi budaya kuliner ini, kata dia, tak lain karena sejarah negara tersebut yang pernah menjajah Indonesia pada tahun 1511 hingga 1642. Kala itu, Portugis menjadi bangsa yang melakukan hubungan perdagangan ke Asia.

Pie susu kita ini memang makanan peranakan. Lebih banyak mengadaptasi yang versi Portugal. Pengaruh penjajahan Portugis. Di Portugal itu tepatnya di Lisbon, ada pie pasteis namanya di sana,” kata William kepada Asumsi.co saat dihubungi via telepon, Selasa (23/3).

Membuat Pie Susu Harus Sabar dan Telaten

William menambahkan, pie susu menjadi salah satu kuliner peranakan di Indonesia karena cita rasanya yang mampu menyesuaikan dengan lidah masyarakat di negeri ini. 

“Makanan itu proses akulturasi budaya. Masing-masing tempat itu pasti ada yang mengadaptasi makanan dari negara lain untuk disesuaikan dengan cita rasa lokal. Pempek itu juga makanan peranakan dari Tiongkok yang diadopsi Palembang yang bumbunya itu kan, disesuaikan sama orang sana. Banyak sekali kalau kita mau gali soal makanan peranakan,” katanya.

Ia mengatakan, salah satu proses yang paling sulit dalam membuat pie susu adalah pinggirannya. Menurutnya, perlu kesabaran dan jeli saat membuatnya supaya teksturnya tidak berantakan.  

“Bikin pinggirannya ini lumayan sulit. Harus sabar, telaten. Kalau enggak hati-hati, pinggirannya bisa berantakan dan berpengaruh pada nikmat atau tidaknya dari cita rasa pie itu sendiri,” katanya.

Share: Pie Susu, Kuliner Peranakan yang Jadi Oleh-Oleh Khas Bali