Isu Terkini

6 Perempuan Tangguh yang Menginspirasi Dunia

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

“Perempuan itu seperti kantung teh. Kamu tidak tahu seberapa kuatnya mereka, sampai kamu merendamnya di air panas.”

Demikian kutipan legendaris Eleanor Roosevelt, seorang perempuan yang dikenal sebagai politisi, diplomat, dan aktivis. Ia menjadi first lady setelah suaminya Franklin D Roosevelt terpilih menjadi Presiden AS ke-32.

Kutipan itu cukup untuk membuktikan betapa tangguhnya sosok perempuan di belahan bumi mana pun. Peran, kekuatan, dan ide-ide cemerlang dari para perempuan jadi bagian penting dari kemajuan dunia, pun sampai hari ini.

Hari ini, Kamis 8 Maret 2018, terasa begitu istimewa bagi para wanita karena bertepatan dengan perayaan Hari Perempuan Internasional. Hari bersejarah ini juga menegaskan bahwa perempuan punya kapasitas yang sama dengan pria untuk menggerakan dunia, peduli pada masalah kesetaraan gender, dan kesejahteraan perempuan.

Asumsi akan merangkum sederet perempuan tangguh yang berhasil menginspirasi dunia lewat sepak terjang, tindak tanduk, kontribusi, sampai pekikan suaranya yang berhasil memberi perubahan. Siapa saja mereka?

Emmeline Pankhurst (Aktivis)

(1858-1928) – Emmeline Pankhrust adalah sosok aktivis politik Inggris dan pendiri Persatuan Politik dan Sosial Perempuan pada tahun 1903. Persatuan ini memperjuangkan hak pilih perempuan di Inggris selama 25 tahun ke depan.

Perjuangan yang dilakukan Pankhurst itu kadang-kadang menggunakan taktik militan, seperti pembakaran. Perempuan kelahiran Moss Side, Manchester pada 15 Juli 1858 itu sempat dipenjara beberapa kali dan turut berpartisipasi dalam aksi mogok makan ketika di penjara.

Pada 1999, Majalah Time memasukkan nama Pankhurst sebagai salah satu dari 100 orang paling penting di Abad ke-20. Perempuan yang meninggal dunia pada 14 Juni 1928 ini banyak dikritik karena taktik militannya, namun karyanya diakui sebagai elemen penting dalam mencapai hak pilih perempuan di Inggris.

Amelia Earhart (Pilot)

(1897-1937) – Amelia Earhart dianggap sebagai seorang pelopor penerbangan, penulis, dan pejuang hak wanita Amerika Serikat. Earhart adalah penerbang wanita pertama asal AS yang terbang solo melintasi Samudra Atlantik.

Lantaran keberaniannya terbang sendiri itulah, Earhart berhasil jadi wanita pertama yang menerima penghargaan Distinguished Flying Cross. Earhart menulis buku terlaris tentang pengalaman terbangnya berjudul ‘The Fun of It (1932)’ dan berperan penting dalam pembentukan The Ninety-Nines, sebuah organisasi untuk pilot wanita.

Pada 1935, Earhart menjadi anggota fakultas tamu di Purdue University sebagai penasihat teknik penerbangan dan konselor karier untuk siswa perempuan. Perempuan kelahiran 24 Juli 1897 itu juga anggota Partai Wanita Nasional dan pendukung awal Amandemen Hak Setara.

Pada tanggal 2 Juli 1937, Earhart hilang secara misterius di tengah-tengah samudra Pasifik di dekat pulau Howland dalam usaha untuk melakukan penerbangan keliling dunia pada tahun 1937. Meski begitu, Earhart akhirnya dinyatakan tewas pada tanggal 5 Januari 1939.

Helen Keller (Penulis)

(1880–1968) – Helen Keller adalah seorang penulis Amerika Serikat (AS), aktivis politik, dan dosen. Helen Keller merupakan sosok tuna rungu pertama yang berhasil mendapatkan gelar sarjana seni.

Tempat kelahirannya di Tuscumbia Barat, Alabama, sekarang menjadi museum dan mensponsori “Helen Keller Day” yang dirayakan setiap tahun. Helen Keller juga telah membuktikan bahwa kecacatan tidak dapat menghalangi seseorang dari berkarya.

Perempuan kelahiran 27 Juni 1880 itu menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women’s Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar.

Selain itu, Helen Keller juga menulis artikel serta buku-buku terkenal, di antaranya The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.

Helen Keller juga pernah berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden dan mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Perempuan yang meninggal dunia pada 1 Juni 1968 itu mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.

Bunda Teresa (Biarawati)

(1910–1997) – Bunda Teresa dikenal sebagai seorang biarawati Katolik Roma keturunan Albania dan berkewarganegaraan India. Lantaran dianggap sebagai salah satu dari ikon kemanusiaan terbesar di abad ke-20, Bunda Teresa juga dikanonisasi sebagai Santo Teresa dari Kalkuta oleh Gereja Katolik pada 2016.

Bunda Teresa adalah pendiri Ordo Misionaris Cinta Kasih di Kalkuta, India, pada tahun 1950. Ordo Misionaris Cinta Kasih itu adalah sebuah kongregasi wanita Katolik Roma yang didedikasikan untuk membantu orang miskin.
Dalam hidupnya, Bunda Teresa punya misi memberikan perlindungan bagi mereka yang sudah tidak punya siapa-siapa, membantu orang miskin dan orang-orang yang paling tidak beruntung dengan program “The Missionaries of Charity”.

Perempuan kelahiran 26 Agustus 1910 itu juga dianugerahi hadiah Nobel pada 1979 untuk misi amal seumur hidupnya. Setelah kematiannya, ia mendapat gelar “beata” (blessed dalam bahasa Inggris) dari Paus Yohanes Paulus II.

Benazir Bhutto (Perdana Menteri)

(1953-2007) – Benazir Bhutto merupakan Perdana menteri ke-12 Pakistan yang menjabat sejak 18 Juli 1993 sampai 5 November 1996. Ia jadi wanita pertama yang memimpin negara Muslim itu pasca masa pasca-kolonial.

Bhutto berhasil mengakhiri kediktatoran militer di negaranya dan memperjuangkan hak wanita. Perempuan kelahiran Karachi, Pakistan pada 21 Juni 1953 yang karismatik itu kemudian terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan pada 1988.

Namun, 20 bulan kemudian ia digulingkan oleh Ghulam Ishaq Khan, presiden negara itu yang didukung militer, yang secara kontroversial menggunakan Amendemen ke-8 untuk membubarkan parlemen dan memaksa diselenggarakannya pemilihan umum.

Bhutto terpilih kembali pada 1993 namun tiga tahun kemudian diberhentikan di tengah-tengah berbagai skandal korupsi oleh presiden yang berkuasa waktu itu, Farooq Leghari, yang juga menggunakan kekuasaan pertimbangan khusus yang diberikan oleh Amendemen ke-8.

Benazir Bhutto meninggal dunia pada 27 Desember 2007 di Rawalpindi, Pakistan.

Malala Yousafzai (Aktivis Muda)

Malala Yousafzai adalah sosok perempuan asal Pakistan, yang menjadi orang termuda yang pernah menerima penghargaan kemanusiaan tertinggi yaitu Nobel Prize pada usia 17 tahun, atau pada 10 Oktober 2014. Malala berkontribusi dalam bidang kemanusiaan dan pendidikan.

Malala jadi aktivis pendidikan dari kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa. Dari negara asalnya, Pakistan, awalnya tidak memperbolehkan kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Malala melakukan suatu gerakan untuk membela hak wanita dari sisi pendidikan. Perempuan kelahiran 12 Juli 1997 ini membuat sebuah blog berisi hak-hak para perempuan di negaranya.

Perjuangan Malala tidaklah mulus, ia sempat di kejar oleh kelompok Taliban, hingga disiksa secara fisik sampai kepala dan lehernya terluka. Namun hal itu tidak membuat Malala menyerah. ia tetap menjalankan aksi kemanusiannya, sampai akhirnya Malala menjadi sosok wanita yang dianggap pahlawan di negaranya dan meraih prestasi tertinggi di bidang kemanusiaan.

Pada tanggal 9 Oktober 2012, Malala ditembak di kepala dan leher dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban ketika ia tengah berada di dalam bus sekolah.

Peluru militan Taliban yang saat itu menembus leher dan bersarang di bagian kepala Malala membuatnya sempat dirawat di Pakistan sebelum akhirnya dengan cepat diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di rumah sakit di Birmingham dan nyawanya berhasil diselamatkan.

Pada saat itu, pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengiriminya surat yang menjelaskan bahwa alasan penembakan adalah sikap kritisnya terhadap kelompok militan, bukan karena ia seorang penggiat pendidikan perempuan.

Lebih lanjut Rasheed mengungkapkan penyesalannya atas kejadian ini namun tidak meminta maaf atas penembakan yang dialami Malala Yousafzai. Ia juga menyarankan Malala agar kembali ke Pakistan dan meneruskan pendidikan di Madrasah bagi perempuan.

Share: 6 Perempuan Tangguh yang Menginspirasi Dunia