Isu Terkini

Insentif Prakerja Dipakai Jajan, Bolehkah?

Ridwan Achmad — Asumsi.co

featured image
Foto: Prakerja.go.id

Program Kartu Prakerja Gelombang ke-13 secara resmi telah dibuka pada Kamis (4/3/21) lalu. Namun terus saja muncul kekhawatiran di tengah publik adanya pihak-pihak yang menyalahgunakan insentifnya. 

Insentif Prakerja dipakai buat jajan

Merespons kembali dibukanya program ini, di medsos  dibicarakan kalau insentif dari Prakerja banyak dimanfaatkan oleh peserta yang telah menyelesaikan pelatihan untuk menambah uang belanja dan jajan. Warganet bahkan banyak menyebar isu kalau penerima manfaatnya tak tepat sasaran.

“Banyak banget denger cerita orang yang mengambil Prakerja ini cuma buat duit jajan. Bayangin, biar kalian bisa jajan yang butuh karena nggak punya kerjaan nggak dapet akhirnya,” tulis akun @Tr****H** di Twitter.

Warganet lainnya pun menimpali. Akun @Ar****a mengungkapkan bahwa ia punya banyak teman yang saat ini posisinya masih bekerja, namun malah menjadi penerima manfaat program ini.

“Semua temen di tempat kerja gue pada daftar Prakerja. Pas udah dapet duitnya ya, buat jajan belanja-belanja dan sebagainya,” kata dia.

Tim Asumsi.co lalu menelusuri sejumlah alumni program ini yang mengaku insentif Prakerja digunakannya untuk jajan. Namun, posisinya saat ini adalah pengangguran.

“Saat awal pandemi saya kena PHK. Baru dapat kerja lagi awal tahun kemarin. Jujur sih waktu itu dipakai lebih banyak buat beli rokok sama ngopi di kafe,” kata Mamat, alumni Prakerja Gelmbang ke-10 asal Ciputat, Tangerang Selatan.

Akan tetapi, dia mengungkapkan saat mengikuti pelatihan menulis konten dari salah satu lembaga yang ikut serta dalam program ini, banyak ilmu bermanfaat yang berguna untuk bidang pekerjaannya saat ini.

“Sekarang kan saya kerja jadi admin medsos di perusahaan makanan ringan ya, Mas. Wah, ilmu itu terpakai banget sih!

Apa respons PMO?

Menyikapi isu ini, Head of Communications Manajemen Pelaksana (PMO) Kartu Prakerja Louisa Tuhatu mengaku tak mau ambil pusing. Ia menilai apa yang beredar di medsos belum tentu benar dan bisa saja hanya bermaksud untuk menyudutkan pihaknya.

Ia kembali menegaskan, insentif Prakerja merupakan dana bantuan pasca pelatihan yang diposisikan sebagai semi bansos. Pemanfaatannya, kata dia, bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sekali pun digunakan untuk jajan, bukan berarti merepresentasikan jutaan penerima manfaat lainnya.

“Jadi kami memberikan bantuan dengan posisi semua orang terdampak pandemi. Kalau 1 orang saja beli rokok, apakah 1 orang ini membeli 5,5 juta orang lainnya juga begitu? Kan, tidak. Itu juga di medsos cuma katanya-katanya. Orangnya mana? Kalau benar ada, sini kasih tahu saya dimana tempat tinggalnya, siapa namananya akan saya datangi,” tegas Louisa.

Justru berdasarkan data survei pihaknya, Kepala PMO menyatakan insentif program ini sangat membantu banyak orang untuk modal usaha di masa pandemi, membayar listrik, hingga membeli sembako. Ia pun mengutip data survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang juga menerangkan bahwa Kartu Prakerja memberikan manfaat dari segi peningkatan keterampilan. 

“Data BPS ini valid. Survei menyatakan, 89 persen yg disurvei mengalami ketingkatan keterampilan. Mereka mengaku merasakan manfaat dari pelatihan ini. Sebagian besar bahkan menyatakan belum pernah ikut pelatohan. Based on survei ya. Ini program bagus, jangan dirusak cuma karena katanya begini dan begitu,” tuturnya.

Share: Insentif Prakerja Dipakai Jajan, Bolehkah?