Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Ketegangan kembali terjadi antara Partai Demokrat dengan PDIP. Semua bermula dari cerita soal “SBY bilang Megawati kecolongan dua kali”.
Siapa yang bercerita?
Cerita “SBY bilang Megawati kecolongan dua kali” ini disampaikan mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie.
Gimana sih ceritanya?
Marzuki bilang pada 2004, ia diajak SBY bertemu di Hotel Sheraton Bandara, untuk bicara empat mata usai hasil Pemilu Legislatif (Pileg) 2004 diumumkan, di mana Demokrat meraup tujuh persen suara. Pada pertemuan itulah muncul obrolan soal “Megawati kecolongan dua kali”.
Momen SBY bilang Megawati kecolongan
Marzuki Alie mengaku tak mengerti kenapa dipanggil SBY. Ia hanya menduga SBY hendak menggelar rapat.
“Saya juga kaget tadinya, kok ketemu saya sendiri. Rupanya dalam pembicaraan itu beliau menyampaikan, ‘Oke, kita sudah lolos’, karena saya sebelumnya ikut dalam kampanye ya sebagai narasumber sering bicara di forum-forum tim-tim kampanye, jadi Pak SBY tahu persis kerjaan saya waktu itu,” kata Marzuki dalam sebuah diskusi di akun YouTube Akbar Faizal Uncensored, dikutip Kamis (18/2/21).
“Pak SBY menyampaikan, ‘Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK. Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini’. Kecolongan pertama dia yang pindah, kecolongan kedua dia ambil Pak Jk. Itu kalimatnya,” kata mantan Ketua DPR RI itu.
Setelah mendengar pernyataan SBY, Marzuki mengaku bertanya kepada SBY apa yang harus dia lakukan saat itu. Dia mengaku diajak SBY bergabung dengan Partai Demokrat dan kemudian meninggalkan jabatannya di perusahaan semen.
Apa maksud “kecolongan dua kali”?
Marzuki memang tak menjelaskan secara rinci apa maksud perkataan SBY yang bilang Megawati kecolongan dua kali. Namun, kalau dilihat lagi, situasi di tahun itu kira-kira seperti ini:
“Orang kecolongan dua kali bisa aja berarti sekarang saya berhenti (dari posisi menteri), nanti Pak JK berhenti (dari posisi menteri). Bisa dianggap dua kali. Silakan, persepsi orang beragam.”
Apa kata PDIP?
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto buka suara soal cerita Marzuki itu dengan mengutip semboyan Sansekerta Satyameva Jayate, yang bermakna hanya kebenaran yang berjaya. Hasto menyinggung langkah SBY pada 2004 yang disebutnya bertindak seakan-akan dizalimi.
“Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri, termasuk istilah ‘kecolongan dua kali’, sebagai cermin moralitas tersebut,” kata Hasto dalam keterangan tertulis, Rabu (17/2).
“Jadi kini rakyat bisa menilai bahwa apa yang dulu dituduhkan oleh Pak SBY telah dizalimi oleh Bu Mega, ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan.”