Foto: AP Photo
Haiti bergejolak. Minggu (7/2) waktu setempat, pemerintahan Haiti mengumumkan ada rencana pembunuhan terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise dan upaya menggulingkan pemerintahannya. Menteri Kehakiman Haiti, Rockefeller Vincent, menyebut aksi itu sebagai percobaan kudeta yang gagal.
Siapa saja yang terlibat?
Ada 23 orang, termasuk seorang hakim agung dan pejabat kepolisian, yang akhirnya ditangkap oleh otoritas negara di Karibia itu.
Bagaimana duduk perkaranya?
Upaya kudeta ini muncul di tengah perselisihan soal masa jabatan Moise. Karena Moise ini enggan mengakhiri masa jabatannya, para demonstran turun ke jalanan ibu kota Port-au-Prince serta beberapa kota lainnya, Minggu (7/2).
Mengutip BBC dan Anadolu Agency, Senin (8/2), demonstran menuntut Moise mundur. Sayangnya, aksi protes tersebut justru berujung ricuh, setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah para demonstran.
Kok Moise ngotot nggak mau mundur, sih?
Jadi, perselisihan soal akhir masa jabatan Moise ini berawal dari dua interpretasi berbeda soal Konstitusi Haiti dan lamanya masa jabatan presiden. Di satu sisi, para pemimpin oposisi menyerukan agar Moise mengundurkan diri karena masa jabatannya berakhir pada 7 Februari 2021 kemarin.
Bahkan, seruan agar Moise mengundurkan diri dari jabatannya semakin menguat selama setahun terakhir. Nah, di sisi lain, Moise ini malah bersikeras kalau masa jabatannya itu baru akan berakhir pada Februari 2022 mendatang.
“Pemerintahan saya menerima mandat konstitusional dari rakyat Haiti selama 60 bulan. Kita telah menjalani 48 (bulan) di antaranya. Masa 12 bulan selanjutnya akan dikhususkan untuk mereformasi sektor energi, melakukan referendum, dan menyelenggarakan pemilu,” kicau Moise melalui akun Twitter-nya, Minggu (7/2).
Memangnya Moise ini menjabat dari kapan?
Moise memenangkan pemilu putaran kedua tahun 2016, namun tidak bisa dilantik hingga tahun 2017 karena krisis pemilu. Masa jabatan presiden di Haiti diketahui mencapai lima tahun.
Lalu, setelah pemerintahannya gagal menyetujui undang-undang pemilu tahun lalu yang dibutuhkan untuk menggelar pemilu parlemen, Moise pun menyatakan dirinya merasa berhak untuk menjabat setahun lagi alias sampai 2022 dan memerintah tanpa sistem checks and balances melalui sebuah dekrit dalam setahun terakhir.
Oposisi menepis isu kudeta
Namun, para tokoh oposisi menolak klaim yang menyebut adanya upaya kudeta. Oposisi menegaskan bahwa Moise tidak bisa mengklaim dirinya mengalami upaya kudeta karena masa kepresidenannya sendiri telah berakhir.