Isu Terkini

Ramai Cuitan Dokter Made, Ini Kata Pakar Soal Unggahan Seorang Profesional

Irfan — Asumsi.co

featured image
Unsplash/National Cancer Institute

Cuitan I Made Cock Wirawan, seorang dokter yang dikenal lewat akun Twitter @blogdokter, menuai pro-kontra dari pengikutnya. Ini terkait dengan unggahannya perihal seorang perempuan muda yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA namun sudah aktif secara seksual.

Dalam narasi yang diunggah di akun pribadinya @dokterMade, Made menggunakan kata “sudah ketagihan berhubungan intim” untuk merepresentasikan aktivitas seksual perempuan itu. Di akhir cuitan dia menambahi kalimat yang menunjukkan kengeriannya akan pergaulan anak masa kini.

“Serem anak-anak sekarang,” cuit Made.


Dia juga menambah dua cuitan lain yang jadi utas dari cuitan pertama. Ini masih seputar perempuan yang ia maksud. Menurutnya, anak perempuan ini suka berhubungan intim dengan pria lebih tua. Alasannya adalah karena lebih nyaman dibanding anak seusianya.

Di cuitan terakhir dia mengaku bertanya pada si perempuan apakah dia dibayar atau tidak untuk melakukan aktivitas seksual. Jawaban anak perempuan itu, mengutip cuitan Made, tidak meminta bayaran namun sering dikasih uang jajan. Sekali lagi dia juga mengungkapkan kengeriannya.

“Jadi ngeri karena saya punya anak seusia dengan anak ini.”

Cuitan Made ditanggapi beragam. Kendati demikian, banyak yang beranggapan kalau apa yang diceritakan Made tidaklah etis mengingat profesinya yang merupakan seorang dokter dan harus menjaga kerahasiaan pasien.

Salah satu akun misalnya mempertanyakan etika bermedia sosial tenaga kesehatan. Menurutnya cukup mengerikan ketika kita berobat ke dokter tapi keluhan kita malah jadi konten di Twitter tenaga kesehatan tersebut.

Akun lain menyebut kalau hal ini bukanlah fenomena baru. Bedanya, akses sekarang lebih terbuka luas baik itu akses terhadap objek rangsang seksual maupun akses terhadap partner.

Lainnya menilai kalau dokter Made seharusnya peka pada korban kekerasan seksual dalam hal ini si perempuan yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Sehingga yang harusnya bikin ngeri bukan si anak perempuan, tetapi justru bapak-bapak atau orang dewasa yang menjebak si anak perempuan ini.

“Gak ada yang menyeramkan dari korban kekerasan seksual. Yang seram adalah pelaku…,” cuit akun tersebut.

Senada, akun lain mencuit: “Lebih serem bapak2 predatornya pakdok, sudah dewasa mestinya tau kalau secara etis ini tidak benar, malah memfasilitasi hal tersebut sampai anak cewek SMAnya ketagihan.”

Sebagian lain bersimpati pada Made. Menurut salah satu akun, sulit bagi seorang dokter kalau harus memenuhi ekspektasi masyarakat. Menurutnya, bebas berkespresi hanya bisa dilakukan secara aman oleh mereka yang tidak dikenal.

Klarifikasi Dokter Made

Respons negatif warganet lantas dikomentari oleh Dokter Made. Menurutnya akun dengan 62.400 pengikut ini bukanlah akun edukasi kesehatan melainkan akun pribadinya. Dia juga menegaskan kalau anak perempuan yang ia maksud bukanlah pasiennya.

“Udahan ya, beberapa sudah saya balas. Anak itu bukan pasien, kebetulan saja ngobrol saat mereka ngumpul di kantin,” cuit Made.

Dia melanjutkan: “Karena tujuannya sekedar curhat makanya saya posting di akun ini. Untuk edukasi kesehatan ada di akun @blogdokter”

“Biasakan baca bio sebelum nyerocos.” tutup dia.

Namun hal ini juga dikomentari oleh netizen. Mestinya, kata si pencuit, akun pribadi tidak dihubungkan dengan aktivitas profesional. Apalagi, Made menggunakan gelar dokter sebagai nama akunnya.

Sementara Made, menyebut dirinya sengaja membuat akun pribadi agar lebih bebas berekspresi. “Karena di akun satunya lagi agak susah ngobrol santai.”

Unggahan Made soal cerita anak perempuan ini, hingga Kamis (6/5/2021) pukul 17:15 sudah di-retweet oleh 577 akun, 1.903 quote tweets dan 3.043 likes.

Sulit Dipisah

Dosen Paramadina Graduate School of Communication, Ika Karlina Idris menyebut pesan di media sosial memang sulit dilepas dari konteksnya. Konteks itu termasuk juga identitas penulisnya, karakter pribadi, pendapat politik, hobi, dan lain-lain. Dalam menelaah gaduh cuitan ini, Ika menilai pemilik akun sebenarnya sejak awal sudah sadar akan keterbatasannya menggunakan akun @blogdokter yang ia punya. Makanya dia bikin akun lain agar bebas berpendapat.

“Artinya pendapat dia yang tidak relevan dengan kepakarannya sebagai dokter tidak akan dihubungkan dengan dirinya,” ucap Ika.

Namun, orang akan tetap bisa tahu dirinya berprofesi sebagai dokter lewat nama akun dan akun lainnya yang dia sematkan di identitas. Jadi meski itu akun dibuat sebagai kebutuhan pribadi, orang tetap bisa mengidentifikasi dia. Kalau sudah begitu, mau enggak mau pasti dikaitkan dengan profesi Made sebagai dokter.

Terkait cuitannya, Ika berpandangan kalau isu yang dia sampaikan sebetulnya biasa saja. Namun tak dimungkiri kalau sejak awal cuitan itu punya bingkai sensasional. Yang ditonjolkan adalah “ketagihan seks-nya” bukan dari sisi kesehatan sebagaimana kompetensi Made. Ini ditambah keterbatasan Twitter yang membuat pesan Made tidak sampai secara utuh.

“Kalau menurut saya itu kurang dijelaskan sedikit lagi, sebenernya concern dia apa? Anak SMA perempuan yang ketergantungan ngeseks, perilaku seks bebas, adanya bapak-bapak yang berhubungan seks dengan anak SMA itu, atau kekhawatiran dia sebagai orang tua? Jadi memang itu tweet-nya menggantung, makanya ditafsirkan macam-macam,” ucap Ika.

Respons warganet pun dianggap Ika sebagai unintended consequences atau konsekuensi yang enggak disangka akan datang. Oleh karena itu, baiknya sebelum mencuit, seorang profesional apalagi dengan pengikut banyak, harus lebih memikirkan hal ini dalam menyampaikan opini di media sosial.

“Apalagi yang isunya kontroversial dan disampaikan dengan ambigu,” ucap dia. 

Share: Ramai Cuitan Dokter Made, Ini Kata Pakar Soal Unggahan Seorang Profesional