Isu Terkini

Musim Liburan, Ratusan Juta Turis Domestik Plesir di Cina

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Selagi seluruh dunia masih memberlakukan lockdown ketat atau angin-anginan menerapkan PSBB, Cina hendak melakukan sesuatu yang tak terpikirkan. Menjelang musim liburan ultrasibuk pekan ini, ratusan juta orang akan bepergian sebagai turis domestik.

Hari ini (1/10), Cina akan merayakan hari libur nasional dalam festival pertengahan musim semi, masa libur sepanjang delapan hari yang biasanya dimanfaatkan warga Cina untuk melancong. Tahun lalu, data dari Kementerian Budaya dan Pariwisata Cina membeberkan bahwa 782 juta perjalanan domestik tercatat sepanjang periode liburan tersebut, menghasilkan pundi-pundi uang senilai 95 juta dollar AS untuk turisme lokal di Cina.

Kemenpar Cina memprediksi bahwa tahun ini, akan ada setidaknya 550 juta perjalanan domestik. Ctrip, biro perjalanan daring terbesar di Cina, malah punya angka yang lebih optimistis lagi: sekitar 600 juta perjalanan. Meski tidak se-spektakuler tahun-tahun sebelumnya, angka itu masih sangat tinggi dan bakal membantu ekonomi lokal cepat-cepat pulih.

Kabar gembira lainnya bagi Cina, ratusan juta pelancong itu semuanya turis domestik, bukan mancanegara. Negara-negara selain Cina, yang masih berkutat dengan pandemi COVID-19, punya segudang aturan ketat terkait perjalanan internasional yang membuat wisatawan ogah melancong ke sana. Terlebih lagi, siapapun yang baru balik dari luar negeri wajib karantina selama dua pekan begitu mendarat di Cina–setidaknya sepekan karantina dihabiskan di fasilitas yang disediakan negara.

Setiap lini pariwisata di Cina sudah ancang-ancang menyambut pergerakan ratusan juta orang. KAI Cina memprediksi bahwa akan ada 108 juta penumpang kereta api sepanjang 28 September sampai 8 Oktober. Mereka telah menambah 1200 unit kereta api baru untuk mengimbangi permintaan, tapi semua tiket tetap terjual ludes. Penjualan tiket pesawat naik sepuluh persen dari periode sama di tahun lalu karena semua maskapai penerbangan banting harga.

Bahkan Wuhan, kota yang menjadi titik nol pandemi COVID-19, tidak luput kebagian rezeki. Provinsi Hubei, tempat Wuhan berada, mengumumkan bahwa setidaknya 400 atraksi wisata di sana boleh dikunjungi siapa saja tanpa dipungut biaya sampai akhir 2020. Walhasil, menurut perkiraan situs resmi pemprov Hubei, setidaknya 3,74 juta tiket untuk wisata ke Wuhan telah dipesan hanya dalam kurun waktu sebulan.

Pariwisata domestik skala gede-gedean semacam ini tak terpikirkan oleh negara-negara lain di dunia. Seperti diwartakan CNN International, kebanyakan negara lain masih kebakaran jenggot akibat pandemi. AS berusaha mengendalikan jumlah kasus terbanyak di dunia selagi menyiasati Pilpres paling panas sepanjang sejarahnya, berbagai negara Eropa bersiap-siap lockdown lagi untuk menghadapi gelombang kedua pandemi, dan Indonesia sedang sibuk mengurusi Pilkada.

Namun, Cina layak untuk merayakan pencapaiannya dan fokus pada perbaikan ekonomi. Sejak pandemi COVID-19 pertama menggila di sana akhir tahun lalu, mereka menerapkan karantina besar-besaran yang “menutup” kota-kota besar, mencegah penerbangan domestik maupun internasional, serta melakukan swab test massal. Bahkan hingga kini, perbatasan mereka termasuk paling ketat di dunia.

Hasilnya, sejak Maret 2020 lalu, pandemi COVID-19 berangsur-angsur reda. Sesekali terjadi kemunculan klaster kasus baru, tetapi klaster tersebut langsung ditangani sebelum menyebar. Mei 2020 lalu, enam kasus baru COVID-19 muncul dari satu klaster perumahan di kota Wuhan. Respons pemerintah Cina? Mereka melakukan swab test massal untuk semua penduduk kota Wuhan. Sebelas juta orang dites dalam kurun waktu sepuluh hari saja, dan klaster baru itu tidak berubah jadi kasus massal.

Kini, mereka menuai hasil dari respons mereka yang cepat dan tegas. Pemerintah masih memberlakukan protokol kesehatan untuk wisatawan–seperti wajib memakai masker dan menjaga jarak. Tetapi epidemiolog kepala di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina menyatakan bahwa warga tak perlu khawatir. “Sudah mustahil terkena virus itu lagi di lingkungan sekitar,” ucapnya. Kalau pun ada kasus COVID-19 baru di Cina, umumnya itu berasal dari orang yang baru pulang dari luar negeri. Itupun langsung dikarantina supaya tak menyebar.

Cina sudah bisa bersuka cita. Sementara kita, dan seisi dunia lainnya, cuma bisa gigit jari.

Share: Musim Liburan, Ratusan Juta Turis Domestik Plesir di Cina