Seberapa penting Tuhan dan ibadah bagi orang-orang di dunia? Pew Research Center lewat surveinya, “The Global God Divide” (2020) menemukan bahwa tingkat kereligiusan seseorang dipengaruhi oleh ekonomi, tingkat pendidikan, dan usia.
Survei yg terbit 21 Juli lalu ini mewawancarai 38.426 orang di 34 negara. Hasilnya, rata-rata 45% penduduk dunia percaya seseorang mesti beriman kepada Tuhan untuk menjadi bermoral. Rata-rata 62% orang juga merasa Tuhan, agama, dan ibadah berperan penting di hidup mereka.
Namun, hasil ini punya porsi yang berbeda-beda untuk setiap negara. Negara-negara Eropa, contohnya, cenderung punya tingkat kereligiusan yang lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Menariknya, Indonesia berada di peringkat teratas atau merupakan negara paling religius. Sebanyak 96% responden Indonesia menganggap seseorang mesti beriman kepada Tuhan untuk dapat bermoral, dan 98% menganggap agama penting di hidup mereka.
Indonesia bahkan mengalahkan negara-negara Islam di Timur Tengah. Di Tunisia, negara yang keseluruhan populasinya beragama Islam, 84% respondennya menganggap keimanan berjalan beriringan dengan moral. Begitu pula dengan Turki yang nilainya 75% dan Lebanon 72%.
Indonesia berada di peringkat lebih atas (98%) daripada Filipina, Nigeria, Kenya, dan Tunisia yang 91-93% respondennya menganggap agama punya peran sangat penting di hidup mereka. Kepercayaan terhadap Tuhan dan ibadah pun dianggap sangat penting, dengan persentase responden yang sepakat adalah 96% dan 98% secara berturut-turut. Berbeda dengan Israel, misalnya, yang walaupun menganggap Tuhan berperan penting dalam hidup mereka (71%), tetapi cenderung menganggap ibadah lebih tidak penting (54%).
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tingkat kepercayaan warga Indonesia terhadap Tuhan dan agama juga tidak jauh berbeda. Sepanjang 2007-2019, kepercayaan bahwa iman membuat seseorang bermoral diamini oleh 96-99% responden—membuat Indonesia selalu menempati tingkat teratas sebagai negara dengan warga paling religius.
Faktor Ekonomi, Pendidikan, dan Usia
Hasil survei Pew Research Center juga menemukan bahwa tingkat kereligiusan seseorang akan semakin berkurang dengan semakin meningkatnya kondisi ekonomi, pendidikan, dan semakin mudanya usia seseorang. Hal ini diukur oleh survei berdasarkan kemampuan ekonomi atau PDB (Produk Domestik Bruto) masing-masing negara. Negara dengan nilai PDB rendah, termasuk Indonesia, punya tingkat kereligiusan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang punya PDB tinggi.
Di Kenya, negara dengan PDB per kapita terendah dari 33 negara lain, 95% respondennya merasa kepercayaan terhadap Tuhan berpengaruh besar terhadap moral seseorang. Berbeda dengan Swedia, salah satu negara dengan PDB tertinggi per kapita di dunia, yang hanya 9% responden yang memiliki keyakinan tersebut. Pola ini juga konsisten dengan hasil riset terdahulu yang menemukan bahwa warga Eropa cenderung lebih tidak religius dibandingkan warga dunia lainnya.
“Orang-orang di negara berkembang dua kali lebih mungkin daripada orang-orang di negara maju untuk mempercayai bahwa doa adalah bagian penting dari kehidupan. 9 dari 10 responden di semua negara berkembang menyatakan bahwa Tuhan punya peran penting di hidup mereka, sementara kurang dari setengah responden di negara maju yang menganggap Tuhan penting dalam kehidupan.”
Ada pula faktor usia yang turut mempengaruhi. Berdasarkan hasil survei, orang-orang yang berusia di atas 50 tahun cenderung lebih percaya Tuhan dibandingkan orang-orang berusia 18-29 tahun. Di Korea Selatan, contohnya, 64% orang lanjut usia percaya keimanan berkaitan dengan moralitas. Sementara itu, hanya 20% atau seperlima responden muda yang punya kepercayaan sama. Kesenjangan dalam hal kepercayaan ini juga terlihat di negara-negara lain, termasuk Yunani, Argentina, Amerika Serikat, dan Meksiko.
Begitu pula dengan faktor pendidikan, dengan individu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung untuk tak percaya bahwa keimanan membuat orang jadi bermoral. Hanya 36% responden di Meksiko yang berpendidikan tinggi mengamini bahwa keimanan membuat seseorang bermoral. Sebaliknya, 67% warga Meksiko dengan pendidikan yang lebih rendah mempercayainya. “Pola ini berkaitan erat dengan bagaimana orang dengan pendapatan lebih tinggi juga punya tingkat kereligiusan yang lebih rendah, karena pencapaian pendidikan dan pendapatan punya korelasi yang signifikan.”