Ridwan dan Wel adalah dua dari beberapa pegawai yang bergantian menjaga taman hiburan pasar malam di Komplek Hankam, Palmerah, Jakarta Barat. Taman hiburan pasar malam ini menjadi tempat hiburan anak-anak sekitar komplek setiap malam kecuali Senin malam, dari pukul 7 hingga 10. Karcis taman hiburan ini terbilang murah. Cukup membayar Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per wahana, anak-anak bisa bersenang-senang tanpa terpaku pada gawai yang mereka punya. Wahana yang tersedia ada istana balon, komidi putar, kereta-keretaan, dan sebagainya.
Wahana hiburan malam seperti ini memang merajalela di berbagai penjuru Indonesia, terutama di Jakarta. Kebutuhan akan hiburan murah yang terus meningkat menjadi tarikan demand yang mendorong supply terus menjamur. Dahulu, di masa-masa awalnya, hiburan malam ini sebatas odong-odong keliling yang menghampiri suatu wilayah tertentu. Seiring perkembangannya, para penyedia layanan hiburan murah ini mulai menambah wahana-wahana yang mereka tawarkan. Dengan konsepnya yang tetap sederhana dan merakyat, kini mereka menetap.
Taman hiburan pasar malam yang terletak di dalam komplek perumahan Kementerian Hukum dan HAM ini adalah salah satunya. Ridwan, yang sudah bekerja semenjak taman hiburan ini baru direncanakan, menjelaskan proses awal mereka hingga akhirnya memutuskan untuk menetap di dalam komplek tersebut.
“Pertama, awal iseng-iseng main sini kan, ramai ini tempat, terus koordinasi ini sama orang sini, yang punya tempat, pasar, terus nanya ‘bang, kalau buat istana balon bisa nggak?’, pertamanya istana balon bang, iya yang kecil tapi, itu doang satu,” ujar Ridwan berbicara kepada Asumsi.co, Kamis, 25 Juli 2019. Ia pun melanjutkan, “keamanan udah koordinasi, tapi belum (ke satpol PP) sih, takut juga bang.”
Taman hiburan malam ini sudah berdiri selama lima tahun. Dari yang awalnya hanya istana balon dan odong-odong keliling, kini mereka sudah memiliki beberapa wahana. Ridwan mengatakan bahwa semua wahana yang tersedia merupakan wahana baru, bukan barang bekas.
“Terus tambah lagi odong-odong, yang keliling, yaudah abis itu lanjut, lanjut, lanjut, koordinasi lagi, cariin tempat sama orang sini,” ungkap Ridwan. “Pesen di Surabaya, memang ada yang bikin, baru.”
Ridwan dan Wel tidak mengelak bahwa pemilihan tempat taman hiburan malam ini berangkat dari alasan pragmatis. Pasar malam yang sudah ramai menjadi alasan mereka membuka taman hiburan di komplek tersebut. Tujuan mereka pun sederhana, untuk meningkatkan keramaian di pasar malam sekaligus mencari pundi-pundi uang.
“Ya buat keramaian doang sambil cari duit pasti hahaha,” tuturnya.
Kalau sedang ramai, seperti di akhir pekan, keuntungan bersih yang mereka dapat per bulan bisa mencapai Rp500 ribu. Namun, di hari-hari yang tidak terlalu ramai, keuntungan bersih yang mereka dapatkan berada di angka Rp350 ribu. Jika hujan turun, taman hiburan ini tidak beroperasi sama sekali.
“Tergantung ramai sepi juga bang, Rp500 ribu (per hari), kadang dapat Rp350 ribu, itu udah bersih, ” ujar Wel.
Saat ini, Ridwan dan Wel mengatakan bahwa bos mereka memiliki satu tempat taman hiburan malam lain yang berbentuk serupa di wilayah Garut, Jawa Barat. Ke depannya, pemilik taman hiburan malam ini juga berencana membuka taman hiburan dengan konsep yang sama di wilayah pemukiman Ancol, Jakarta Utara.
“Ada rencana sih bos mau ke Ancol, sama sih, di pemukiman warga, tapi di Ancol,” ucap Ridwan.
Wel menceritakan salah satu pengalaman terunik yang pernah ia rasakan selama bekerja di taman hiburan malam komplek KemenkumHAM ini. Pengalaman tersebut adalah ketika salah satu anak yang sedang menikmati wahana kereta-keretaan terlempar ke luar kereta. Beruntung, si anak tersebut tidak luka-luka. Pengalaman ini pun menjadi pelajaran bagi mereka berdua untuk mengurangi kecepatan dari wahana yang mereka jaga.
“Pernah sih orang jatuh dari kereta, kelempar Bang kelempar, kelempar ke sana, muter ke bawah, kaget juga sih Bang, shock, kan namanya juga anak kecil kan, takutnya kenapa-kenapa, tapi gapapa,” ujar Wel. “Tapi orang tuanya marah-marah bang, hehe.”
Selain berbicara langsung kepada pegawai taman hiburan, Asumsi.co juga sempat mewawancarai salah satu pengunjung bernama Septi yang hadir di wahana tersebut. Septi mengaku bahwa wahana ini menjadi salah satu opsi hiburan murah bagi kedua ponakannya yang baru berumur 2 dan 3 tahun.
“Iya wahana ini cocok untuk anak-anak kecil main malam-malam,” ujar Septi.
Namun, Septi juga sadar bahwa keamanan yang ditawarkan oleh wahana bermain ini tidak sebaik itu. Salah satu harapannya adalah wahana tersebut dibuat dengan lebih rapi dan kokoh.
“Ada beberapa wahana yang kurang kokoh, kayak karasel, itu menurut saya bahaya sih, tapi ya lumayan lah buat main ponakan sekali-sekali,” tuturnya.
Kendati demikian, Septi berharap taman hiburan malam seperti ini dapat memperbanyak wahana yang mereka tawarkan sembari meningkatkan kualitas. Menurutnya, hiburan seperti ini dibutuhkan oleh masyarakat Jakarta yang semakin kekurangan lahan untuk bermain.
“Ya menurut saya sih bagus kalo wahananya diperbanyak, terus juga diperbaiki kualitasnya. Sayang kan udah ada terus nggak berkembang dan malah mati gara-gara mesinnya rusak,” tuturnya. “Jakarta memang kekurangan lahan, paling ada taman RPTRA tapi nggak seberapa, yang kayak gini penting juga untuk dipertahankan di Jakarta.”