Dalam sepekan terakhir, media sosial diramaikan dengan sebuah video seorang perempuan berinisial SM membawa seekor anjing masuk ke Masjid Al Munawaroh, Sentul City, Kecamatan Babakan, Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (30/06/19) pukul 14.00 WIB. Dalam video, perempuan itu terlibat pertengkaran dengan salah satu jemaah masjid.
SM mengaku datang ke masjid untuk mencari suaminya. Suasana kian panas lantaran SM yang memakai alas kaki di dalam masjid itu tak menggubris permintaan jemaah untuk keluar. Akhirnya, SM diusir oleh jemaah. Tak lama kemudian, petugas kepolisian setempat pun mengamankan SM.
SM selanjutnya diamankan tim Polres Bogor. Setelah itu, SM dirujuk ke RS Polri untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, SM dinyatakan mengidap penyakit skizofrenia tipe paranoid, di mana kondisinya disebut masih agresif.
Hari ini, Selasa (02/07), Polres Bogor sudah melakukan pemeriksaan dan akhirnya menetapkan SM sebagai tersangka. Kepala Subbagian Humas Polres Bogor, Ajun Komisaris Ita Puspita Lena menyatakan status tersangka terhadap SM ditetapkan setelah polisi melakukan pemeriksaan dan gelar perkara selama 1×24 jam.
“Berdasarkan alat bukti beberapa keterangan saksi sejumlah 5 (lima) dan persesuaiannya, dan barang bukti berupa rekaman video serta pakaian dan sepatu yang digunakan SM masuk ke dalam masjid, penyidik meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan dan menaikkan status SM menjadi tersangka,” kata Ita dalam keterangannya seperti dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (02/07).
SM dikenakan pasal 156a KUHP tentang penistaan agama. “Untuk SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) dikirimkan pagi ini,” ujarnya.
Ita mengatakan bahwa SM sudah ditahan. Selain itu karena ada keterangan dari keluarga tersangka, bahwa yang bersangkutan memiliki riwayat gangguan kejiwaan dari dua rumah sakit, SM saat ini menjalani pemeriksaan di RS Polri.
“Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh ahli kejiwaan di RS Polri dengan penjagaan anggota Polri dan untuk penanganan kasus berlanjut terus sampai pengadilan,” kata Ita.
Hasil pemeriksaan kejiwaan oleh RS Polri menunjukkan bahwa SM dinyatakan mengidap penyakit skizofrenia. Terkait hal itu, sebelumnya Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Polisi Dedi Prasetyo mengatakan bahwa SM, ternyata tercatat pernah dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ). “Yang bersangkutan memiliki riwayat pernah dirawat di rumah sakit jiwa,” kata Brigjen Pol. Dedi di Mabes Polri, Jakarta seperti dikutip Antara, Senin (02/07).
Seperti dilansir laman AloDokter, skizofrenia merupakan penyakit mental yang menyebabkan gangguan proses berpikir seseorang, serta kelainan dalam merasakan atau mempersepsikan lingkungan sekitarnya. Bagi para penderita skizofrenia, mereka tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. Skizofrenia biasanya muncul pada masa remaja akhir hingga dewasa dan penyakit ini diderita seumur hidup. Adapun sederet ciri dan tanda-tanda seseorang mengidap skizofrenia bisa diklik di link ini.
Selain itu, skizofrenia juga bisa menyebabkan penderitanya tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun memahami masalah tertentu. Menurut Psikiater Minnie Bowers-Smith pada laman Cleveland Clinic, skizofernia merupakan penyakit serius karena membuat pengidapnya sulit menyesuaikan pikirannya dengan kenyataan atau realita yang ada.
Sementara skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling umum dan sering ditemukan di masyarakat. Pada dasarnya, paranoid merupakan salah satu gejala yang dapat muncul pada penderita skizofrenia. Beberapa institusi tidak memisahkan antara skizofrenia dan skizofrenia paranoid. Meski demikian, tidak semua penderita skizofrenia mengalami paranoid.
Orang yang mengidap skizofrenia paranoid akan menunjukkan gejala delusi (waham) dan halusinasi. Perlu diketahui, delusi atau waham merupakan keyakinan kuat akan suatu hal yang salah, serta hal tersebut tidak dapat dibantah oleh bukti apapun. Sederet gejala dari skizofrenia paranoid ini bisa dilihat di laman ini.
Sebetulnya, penderita skizofrenia tidak memiliki potensi untuk bersikap kasar kepada lingkungan sekitarnya. Namun, adanya delusi yang sifatnya paranoid pada penderita dapat menyebabkan dirinya merasa terancam dan marah kepada orang-orang terdekat.
Lebih lanjut, para penderita skizofrenia paranoid juga bisa menderita halusinasi, yakni merasakan suatu hal yang terasa nyata, namun sebenarnya tidak ada sama sekali. Misalnya, gejala umum yang sering terjadi pada penderita skizofrenia adalah mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak nyata.
Pada prosesnya, suara yang terdengar oleh penderita itu justru dapat dikaitkan dengan orang-orang terdekatnya. Selain itu, suara-suara yang didengar oleh penderita dapat terdengar seperti menyuruh dirinya untuk melakukan hal berbahaya. Selain mendengar suara-suara yang tidak ada, halusinasi juga dapat menyebabkan penderita seperti melihat benda-benda yang sebenarnya tidak nyata.
Penderita skizofrenia paranoid juga dapat mengalami perilaku kacau (disorganized behaviour), sehingga penderita tidak dapat mengontrol perilakunya di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Perilaku kacau bisa membuat si penderita berperilaku tidak pantas atau tidak normal, sulit menjaga kestabilan emosi dan melakukan aktivitas rutin sehari-hari, sehingga tidak dapat mengontrol hasrat dan keinginan.
Skizofrenia juga bisa membuat si penderita menjadi kacau dalam berbicara. Misalnya saja seperti sering mengulang kata-kata di tengah pembicaraan atau bahkan membuat kata-kata sendiri. Akhirnya, semua gejala yang ditimbulkan akibat skizofrenia ini bisa menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan, hubungan dengan orang lain, atau bahkan dalam merawat dirinya sendiri.
Namun, penderita skizofrenia bukannya tanpa harapan. Obat-obatan memegang peranan penting untuk membantu mengendalikan gejala sikozofrenia. Obat skizofrenia yang biasa diresepkan adalah antipsikotik, yang bekerja dengan memengaruhi neurotransmitter dopamin dan serotonin di dalam otak, sehingga obat ini dapat membantu meringankan gejala skizofrenia.
Skizofrenia memang sulit dihilangkan total. Namun pengobatan secara bertahap tentu bisa membuat stabil si penderita. “Jika Anda dapat mengatasi gejalanya, Anda bisa memiliki kehidupan yang cukup stabil,” kata Psikiater Minnie Bowers-Smith.
Bowers-Smith menyebut pentingnya untuk melibatkan orang-orang terdekat atau keluarga untuk mendampingi si penderita skizofrenia. Nantinya, orang-orang terdekat itu bisa mencari dokter yang tepat dan terapis yang mengerti kondisi si penderita.
Itu artinya, selain obat, para penderita skizofrenia juga butuh pendampingan dokter, seorang psikiater dan psikolog berpengalaman, hingga konseling atau yang disebut terapi perilaku kognitif. Beberapa gejala skizofrenia bisa ditangani dengan pengobatan dan terapi perilaku kognitif, sehingga penderitanya dapat lebih mudah untuk menjalani aktivitas.
Intinya, integrasi pengobatan pasien skizofrenia paranoid ini bertujuan agar pengobatan jangka panjang pasien dapat berjalan dengan baik dan sukses. Pengobatan dan perawatan pasien skizofrenia dapat dilakukan di rumah.
Namun, jika gejala skizofrenia yang muncul tidak terkontrol dengan obat-obatan yang rutin dikonsumsi dan dianggap membahayakan, pasien dapat dirawat di rumah sakit. Hal ini serupa dengan kasus SM yang sebelumnya ternyata memang sempat dirawat di rumah sakit jiwa.