Digitalisasi udah ngebuat seluruh dunia hanya sejarak satu sentuhan telepon genggam. Mau pesen makanan, minuman, tiket transportasi umum, semuanya udah bisa dilakukan secara online. Nah, kalau kalian mesen hotel secara online (daring) kan udah biasa. Sekarang ada yang baru nih. Belakangan ini, yang lagi hits di kalangan para traveller adalah Airbnb, platform digital yang dirancang untuk mempermudah penyewaan kamar/rumah. Kalau di hotel, semuanya terkonsep dan harus dibawah kewenangan manajemen hotel yang resmi. Sedangkan Airbnb, konsepnya agak sedikit beda. Setiap orang yang merasa punya properti kosong bisa menyewakan tempatnya tersebut melalui Airbnb ke para traveller secara harian. Karena bukan manajemen hotel, biasanya sih harganya jauh lebih murah.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarin Airbnb, mulai dari pemesanan hingga check out yang bisa dilakukan secara daring, udah ngebuat banyak orang merasa keberadaan hotel akan terancam. Airbnb yang udah tersebar di berbagai belahan dunia pun menjadi satu faktor yang memperkuat hal tersebut. Belum lagi harganya. Fakta bahwa transportasi yang dipesan secara daring lebih laku daripada yang konvensional melegitimasi ketakutan tersebut.
Namun, dari apa yang belakangan ini lagi sering dibahas, kayaknya Airbnb belum mampu nih gantiin posisinya hotel sebagai satu konsep baru layanan penginapan. Satu artikel dengan judul 7 Reasons I’d choose a Hotel over Airbnb Any Day di Businessinsider.com baru aja ngasih tau tujuh alasan kenapa hotel masih lebih dipilih daripada layanan penginapan kayak Airbnb. Pertama, terkait masalah check-in. Di hotel, tinggal datang ke resepsionis, dan semuanya akan diproses. Sedangkan penginapan kayak Airbnb kan enggak punya lobi gitu ya. Jadi, kalau kita datang dan enggak ada orangnya, prosesnya bakal lebih ribet dan bisa ngabisin waktu lama. Alhasil, kita pun harus nunggu.
Kedua, artikel tersebut bilang kalau hotel, seenggaknya apa yang ada di foto dan tertera di deskripsi adalah apa yang bakal dirasain oleh si penginap. Tapi di layanan kayak Airbnb, karena gaada kontrol manajemen yang ketat, ya semuanya tergantung yang punya. Beruntung kalau ternyata pas yang jual itu orangnya bersih dan jujur sama properti yang mereka tawarin ke kita. Kalau enggak? Wah, bakal repot banget.
Ketiga, Airbnb punya sistem pembatalan sepihak yang nyusahin pengguna. Pemilik properti bisa ngebatalin kapanpun, meskipun jelas ini bakal dihukum sama Airbnb. Di hotel? Kalau emang kita udah bayar, ya enggak mungkin lah tiba-tiba hotelnya ngebatalin kita buat nginep di sana.
Keempat, ada petugas penjaga yang siap buat bantuin kita kalau ada keperluan atau masalah di kamar. Petugas ini bakal langsung segera datang ke kamar dan memperbaiki semuanya. Kalau di Airbnb, hal-hal kayak gini enggak dijamin dan semuanya kembali ke otoritas si pemilik properti. Bagus kalau kalian enggak pernah ngerasain hal-hal aneh dari si pemilik, tapi banyak yang udah rugi gara-gara kondisi ini.
Kelima, artikel dari situs Business Insider bilang kalau Airbnb belum bisa nyelesain permasalahan diskriminasi. Kelompok kulit berwarna seringkali ditolak oleh tuan rumah pemilik properti. Apa yang bisa dilakukan oleh Airbnb? Sejauh ini, Airbnb udah ngeluarin kebijakan non-diskriminasi dan kerja sama bareng National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) buat nyelesain masalah ini. Nyatanya? Masih belum berhasil sepenuhnya. Kondisi-kondisi kayak tetangga yang rasis ternyata masih ada dan enggak bisa dikontrol sama Airbnb. Hotel jelas enggak peduli sama masalah rasial. Selama peraturan dipatuhi, kayaknya hotel enggak bakal pusing-pusing mikirin siapa yang sedang menginap.
Keenam, permasalahan lain yang sering ditemukan adalah hotel tidak selalu lebih mahal dari Airbnb. Kalau memang tujuan memilih Airbnb adalah untuk mencari penginapan yang lebih murah, berarti poin ini udah enggak valid lagi. Dengan segala kemungkinan di atas, sayang banget kan kalau ternyata malah dapet Airbnb yang lebih mahal?
Terakhir, dan yang mungkin sebenarnya enggak penting-penting banget tapi bisa jadi poin yang valid, adalah di hotel kita bisa ngelakuin apapun. Terserah mau bertingkah laku kayak apa, selama mengikuti aturan. Kayak misalnya, loncat-loncatan di atas kasur. Sedangkan di penginapan properti milik orang lain, pastinya ada rasa enggak enak dan sungkan untuk melakukan sesuatu seru. Apalagi kalau ada tetangga yang protes.
Sebenarnya itu kembali lagi ke pengalaman masing-masing orang. Ada yang punya pengalaman buruk sama hotel, tapi enggak sedikit juga yang ngerasain hal-hal “aneh” di penginapan yang ditawarin via Airbnb. Semuanya balik lagi ke seberapa yakin kita sama penyedia jasa tersebut. Yang terpenting, kalau di hotel, jangan lupa pastikan semua fasilitas yang tersedia bisa kita manfaatkan dengan baik dan harga yang ditawarkan sesuai dengan standar hotel tersebut. Sedangkan kalau via Airbnb, yang terpenting adalah pastikan si pemilik properti bisa dihubungi dengan cepat dan memiliki respons yang aktif. Kalau ditelfon berkali-kali enggak angkat, mending enggak usah kali, ya?