Tepukan riuh menggema di seisi ruangan tatkala Uskup Agung Semarang, Monsinyur Robertus Rubiyatmoko, naik ke atas panggung Gedung UTC Sampangan, Semarang, Jawa Tengah, Jumat petang 26 Oktober.
Kehadiran pemimpin umat Katolik di Semarang itu demi menyemarakan pementasan sendratari bertajuk Srawung Persaudaraan Sejati Lintas Agama. Sebab, selama tiga hari ke depan, Keuskupan Agung Semarang berkolaborasi dengan komunitas lintas iman untuk menghimpun kekuatan anak-anak muda dalam mempertebal nilai-nilai kerukunan antar umat beragama.
“Hari ini, kita semua berbahagia karena hadir di sini sebagai saudara yang ingin mewujudkan persatuan. Saya ucapkan terima kasih kepasa semua anak-anak muda yang ikut menyemarakkan. Saya bangga karena kehadiran kalian punya niat baik untuk membangun bangsa dan kerukunan antar umat beragama,” kata Romo Ruby, begitulah ia akrab disapa.
Romo Ruby menyatakan ada banyak cara yang bisa dilakukan anak-anak muda untuk mempererat tali persaudaraan tanpa sekat dan tanpa melihat latar belakang agamanya. Asumsi.co merangkum empat cara yang dilakukan Keuskupan Semarang untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama. Antara lain sebagai berikut:
Romo Ruby mengaku selama ini telah menggelar rangkaian acara yang mengangkat keberagaman budaya dan agama di empat karsidenan yang ada di Jawa Tengah.
Terdapat 921 anak muda yang dilibatkan. Jumlah panitianya pun sebanyak 224 orang. Itu, kata Romo Ruby menjadi rangkaian pra event srawung yang terdiri dari 20 acara.
Ia bilang penyelenggaraan acara itu sebagai wujud syukur atas keberagaman yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Jawa Tengah. “Kita ingin mengelola agar kita bisa hidup rukun dan bersatu,” akunya.
Ia berkata sudah menggagas acara srawung lintas agama ini sejak empat tahun lalu. Ia ingin semua komunitas agama bersatu padu dalam menunjukan Indonesia yang harmoni sehingga nyaman untuk ditinggali masyarakat dari berbagai suku dan agama.
“Gagasannya sudah sejak empat tahun lalu. Akhirnya melahirkan acara ini. Sekarang saatnya orang muda, untuk menjadi pemegang estafet persaudaraan sejati di negeri ini,” cetusnya.
Romo Ruby juga menerangkan bahwa saat ini adalah waktunya menyadarkan anak-anak muda dalam membangun persaudaraan.
Setiap anak muda harus dilibatkan untuk menghidupkan kembali janji-janji Sumpah Pemuda yang terjadi 90 tahun yang lalu. “Satu nusa satu bangsa satu bahasa, Indonesia. Itulah yang harus dipegang teguh oleh generasi muda,” serunya.
Ia optimistis bila anak muda Indonesia memiliki kesempatan yang cukup baik untuk membangun bangsa dan negaranya. Maka dari itu, ia memasang slogan muda, bergembira, dan bersaudara dalam keberagaman’.
“Orang muda yang kreatif selalu menemukan gagasan yang baru. Maka inovatif menjadi ciri khas orang muda untuk membangun kebersamaan. Inilah orang muda yang memiliki semangat besar menyongsong masa depan,” tuturnya.
Romo Aloys Budi Purnomo, Ketua Komisi Hubungan Antar Kepercayaan Keuskupan Semarang mengungkapkan pihaknya memilih menggelar sendratari yang menampilkan lakon utama Joko Kendil untuk memeriahkan acara Srawung Orang Muda Lintas Agama.
Para pemuka agama Hindu, Budha, Katolik, Islam dan Khonghucu. Tujuannya, juga diajak melantunkan doa-doa agar pesannya bisa mengena di hati para penonton.
Untuk mematangkan acaranya, para pemain sendratari giat berlatih sejak April lalu sampai sekarang. Sendratarinya dimainkan dengan durasi 1,5 jam.
Pemilihan tokoh Joko Kendil dalam ajang sendratari sebagai simbol orang muda yang punya optimisme yang tinggi dalam mewujudkan peradaban kasih tanpa diskriminasi.
“Kadang kan orang muda sering diremehkan. Nah, pesannya nanti ayo kita jangan saling meremehkan, bangunkah persaudaraan sejati tanpa sekat dan tidak saling menyakiti,” tuturnya.
Diceritakannya, Joko Kendil merupakan pemuda berwajah buruk. Ia kerap dihina dan dicerca. Kendati demikian, sikapnya selalu menunjukan keyakinan untuk menciptakan peradaban kasih tanpa diskriminasi.
Suatu hari Joko Kendil berjumpa dengan para suhunya dari lintas agama. “Tetapi Joko Kendil digambarkan punya keberanian membangun kerukunan antar sesama anak muda,” ujar Romo Budi.
Romo Budi bahkan mengajak generasi muda untuk turut terlibat melestarikan sungai-sungai di Semarang agar tidak jadi bencana. Caranya dengan menebar benih ikan dan rutin membersihkannya setiap hari.
“Kita ingin saatnya para pemuda melangkah menuju era kerukunan umat beragama yang teguh dan kuat,” tandasnya.