Suasana duka terlihat di kawasan kampung batik Semarang. Tenda besar dan kursi-kursi mulai ditata di depan rumah bernomor 619. Sebuah portal juga menutup ujung jalan Gang Batik Krajan RT 07/RW II, Rejomulyo, Semarang Timur.
“Tapi masuk aja enggak apa-apa kok, Mas. Tinggal dibuka,” sahut seorang warga saat Asumsi.co hendak masuk ke dalam kampung.
Di depan rumah, banyak pelayat berlalu-lalang untuk mengucapkan rasa belasungkawa. Sang pemilik rumah baru saja mendapat kabar mengejutkan jika Joyo Nuroso, yang selama ini menjabat Kasubag Umum KPPN Pangkal Pinang mengalami kecelakaan.
Pesawat Lion Air JT610 rute Jakarta-Tanjung Pinang yang ditumpangi Joyo dan rekan-rekannya dari Kemenkeu, jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Senin 29 Oktober 2018.
Fajriansyah Mahdy Tsani, anak kedua almarhum mengaku syok tatkala mendapati informasi ayahandanya menjadi salah satu korban dalam kecelakaan maut itu.
Padahal, Fajri, sapaannya mengaku almarhum sempat pulang ke rumah pada Minggu kemarin. “Pas Sabtu siang kemarin sekitar pukul 11.00 WIB siang sempat ke Pekalongan dulu buat menjenguk saudara yang baru lahiran. Lalu pulang ke rumah Minggu sorenya,” ujarnya.
Ia bilang ayahnya sempat menitip pesan kepadanya agar selalu menjaga ibu dan saudara-saudaranya di rumah. Pesan itu disampaikan oleh ayahnya saat akan bertolak ke Jakarta naik kereta api dari Stasiun Tawang.
“Kira-kira jam 19.30 WIB malam kemarin, saya ikut nganter bapak ke Tawang. Waktu itu bapak sempat nitip pesan ke saya supaya jagain saudara dan ibu biar enggak bandel,” ungkap anak kedua dari empat bersaudara pasangan Joyo Nuroso dengan Ana Rohmawati.
Saat itu ia tidak punya firasat buruk sama sekali. Pun demikian ketika ayahnya berangkat naik kereta di malam itu juga.
“Hanya saja, biasanya bapak sering ngasih kabar kalau mau sampai ke lokasi tujuan. Tapi ternyata bapak enggak ngabarin sampai akhirnya dapat kabar ada kecelakaan pesawat,” tambahnya.
Ketika Lion Air mengalami kecelakaan di Tanjung Karawang, Fajri sedang mengikuti pelajaran di SMA Negeri 6. Jantungnya berdetup kencang tatkala mendapati kabar ihwal pesawat yang ditumpangi ayahnya jatuh ke laut.
“Tahunya saya dijemput sama om pukul 12.00 siang tadi. Sempat nyari-nyari informasi di internet, karena saya kaget dan sangat cemas sama keberadaan bapak,” akunya.
Ia pun mengenang sosok ayahnya sebagai panutan bagi keluarga. Ayahnya dikenal berjiwa sosial yang tinggi serta rajin mengingatkan keluarganya untuk taat beribadah.
“Dia kalau pulang ke rumah malah sering bantu temannya yang susah. Sering nyantuni anak yatim juga. Makanya saya berharap supaya bapak ditemukan selamat tanpa luka sedikitpun,”.
Sementara Heri Utomo, sebagai adik ipar almarhum, tampak terpukul dengan kabar adanya kecelakaan Lion Air di Tanjung Karawang. Menurutnya, almarhum kerap pulang ke rumah dua pekan sekali.
“Pulang terahir ya Sabtu kemarin itu,” ujar pria 51 tahun ini.
Almarhum, kata dia merupakan kebanggaan keluarga karena sudah dua tahun terakhir bekerja di KPPN Pangkal Pinang.
Saat ini ia tengah berupaya menenangkan keluarganya yang masih kaget dengan kejadian ini. Istri almarhum bahkan sampai syok mendapati suaminya menjadi korban kecelakaan Lion Air.
“Posisi kita sekarang sedang menunggu kabar dari pihak maskapai. Sebab perwakilan Lion Air terkesan lamban mengabari keluarga korban. Kita kan ingin dapat kepastian mengenai keberadaan almarhum,” sergahnya.
Sedangkan, Tim Basarnas Jawa Tengah sore ini bergegas mengirim bala bantuan untuk melakukan penyelamatan korban Lion Air di Tanjung Karawang. Zulhawary Agustianto, Juru Bicara Basarnas Jateng menyatakan KM Sadewa diberangkatkan dari Tanjung Emas Semarang menuju lokasi kejadian pada sore ini.
“Pemberangkatan KM Sadewa untuk mendukung aksi pertolongan para penumpang yang menjadi korban kecelakaan Lion Air di Tanjung Karawang,” cetusnya.
Kepala Basarnas Marsekal Madya M. Syaugi dalam keterangan resminya mengatakan, pihaknya menerima informasi jatuhnya Lion Air dari ATC pukul 06.50 pagi. Lokasinya kalau dari Kantor SAR Jakarta 34 NM, dari Tanjung Priok 25 mil, dari Tanjung Karang 11 NM.
Selanjutnya regu penolong menuju lokasi dengan menggunakan KN SAR Basudewa dan satu unit rigid inflatavle boat (RIB). Sementara 46 pasukan elit Basarnas juga dikerahkan untuk melakukan pencarian korban.
Pukul 09.07 WIB Basarnas menemukan serpihan maupun barang-barang yang diduga milik korban di kedalaman 30-35 meter.
“Begitu kita sampai di lokasi ternyata kita menemukan disitu ada puing-puing pesawat, ada pelampung, ada handphone, dan beberapa potongan. Itu lokasinya hanya berjarak 2 NM dari koordinat yang diberikan ATC. Kapal-kapal kita dan helikopter kita sekarang sudah ada di lokasi dan sedang melakukan pencarian,” bebernya.
Ditambahkan Syaugi sampai sekarang Basarnas masih terus berusaha melakukan. Pencarian dan proses evakuasi baik korban mauoun serpihan dan barang-barang.
“Kita sekarang masih berusaha menyelam di kedalaman tersebut untuk menemukan dari pesawat tersebut. Jika dari atas permukaan sudah konfirm kita karena kita sudah melihatnya. Informasi awal penumpang dan krunya 189. Jadi yang kami kerjakan sekarang sedang proses evakuasi,” tutur Syaugi.