Budaya Pop

Film Hereditary: Drama Keluarga Penuh Teror (Spoiler Alert!)

Christoforus Ristianto — Asumsi.co

featured image

Hereditary, film besutan produser Ari Aster, mampu mengeksploitasi kegelapan dari dunia neraka. Tidak seperti film genre horor pada umumnya yang menggunakan “jumpscare” untuk menakuti penonton, Aster dengan apik mencekam penonton dengan permainan roh jahat.

Hereditary membuka cerita dengan meninggalnya ibu Annie (Toni Collette), Ellen. Saat di pemakaman, Annie bercerita tentang Ellen sebagai perempuan yang sulit dipahami. Dari kematian Ellen tersebut, serangkaian peristiwa mencekam dan mengerikan hadir di keluarga Annie. Di situ, Aster meneror penonton ke dalam ruang gelap para roh jahat.

Usai pemakaman, Annie menemukan sebuah buku dari kardus milik sang ibu di salah satu kamar rumahnya. Buku tersebut berisi tentang masa kecil anaknya, Charlie (Milly Shapiro) yang memiliki kedekatan dengan Ellen. Kala itu, Annie geram karena Ellen tidak memperbolehkannya memberikan susu murni darinya. Penggalan cerita masa lalu tersebut merupakan salah satu bentuk ketidakharmonisan antara ibu dan anak.

Teror Mencekam

Teror mulai digambarkan kala Annie hendak keluar dari kamar tersebut. Sebab, nampak wujud sang ibu yang berada di sudut kamar. Tak pelak, Annie kaget dan lantas menyalakan lampu kamar.

Teror dilanjutkan ke sekolah Charlie. Saat di kelas, Charlie sedang asyik bermain sendiri dengan miniaturnya dan tidak mengerjakan soal dari sang guru. Tiba-tiba, terdengar suara keras yang berasal dari kaca kelas hingga membuat retak di sisi tersebut.

Saat istirahat, Charlie menemukan burung yang mati karena terbentur dengan kaca kelas tadi. Kemudian, kepala burung tersebut dipotong oleh Charlie dengan gunting yang ia ambil di meja guru. Kepala burung tersebut lalu ia simpan dalam kantong jaket kanannya. Perempuan berusia 13 tahun tersebut memang kerap mengumpulkan barang-barang di kamarnya untuk dijadikan miniatur boneka.

Setiba di rumah, Charlie dituntun oleh cahaya biru yang membawanya ke luar rumah. Di situ, ia melihat Ellen sedang duduk di antara daun-daun yang terbakar.

Malam harinya, Charlie bersama Peter (Alex Wolff) pergi ke acara teman sang kakak. Sebenarnya, Charlie enggan ikut ke acara tersebut, namun sang ibu mendorongnya agar bisa bersosialisasi dengan orang lain.

Di acara itu, Charlie mengalami kesakitan di tenggorokannya yang membesar. Peter lantas membawa Charlie pulang ke rumah. Ia pun mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi di tengah jalan yang gelap tanpa lampu satu pun.

Sedangkan Charlie terus meringis kesakitan hingga ia membuka jendela mobil bagian tengah untuk mengeluarkan apa yang ada di tenggorokannya. Dengan rasa takut, Peter kaget melihat binatang rusa yang ada di tengah jalan sehingga ia harus membanting stir mobilnya ke kanan jalan. Ia tidak melihat ada tiang listrik yang berada di kanan jalan sehingga membuat kepala Charlie terbentur tiang hingga tewas.

Teror terus berlanjut. Keluarga Annie pun dihantui rasa kesedihan yang menakutkan. Annie terperangkap oleh permainan roh jahat sehingga teror kemudian menerpa Peter. Sejak Charlie meninggal dunia, Peter kerap dihantui rasa bersalah. Ia menyendiri dan jarang berkomunikasi dengan teman sekolahnya. Saat di kelas, badannya seperti digerakkan oleh roh jahat sehingga melukai dirinya sendiri dengan membenturkan wajahnya ke meja kelas.

Peter pun dibawa oleh ayahnya, Steve (Gabriel Bryne) ke rumah. Belakangan, Annie menemukan buku gambar Charlie yang berisi muka Peter penuh dengan teror. Maka dari itu, takut kehilangan anak untuk kedua kalinya, Annie merasa harus mengorbankan dirinya untuk membakar buku tersebut. Sebelumnya, ia pernah membakar buku itu, namun tubuhnya pun ikut terbakar sehingga ia menarik kembali buku tersebut.

Ia pun meminta Steve untuk membakar buku gambar Charlie. Namun, sebagai seorang suami, Steve tidak rela kehilangan istrinya. Annie pun langsung menarik buku tersebut dan melemparkannya ke corong asap rumah. Tidak disangka, justru Steve yang terbakar.

Dengan keadaan rumah yang sepi nan gelap, Peter yang terbangun kaget melihat ayahnya terbakar. Tiba-tiba, sang ibu, yang dirasuki roh jahat, hendak membunuh Peter. Peter lantas berlari hingga naik ke atas plafon rumah.

Di situ, Peter melihat sang ibu yang berhenti mengejarnya tergantung di depan matanya. Di sudut lain, Peter melihat tiga roh jahat yang ada di jendela, ia pun berlari ke arah tersebut dan terjatuh ke pelataran rumah.

Film tersebut pun akhirnya menunjukkan latar belakang dari karakter Ellen yang kerap menyendiri. Ari Aster, seperti dikutip Vulture, mengatakan, Hereditary digarap dengan tragedi kemarahan yang menerpa keluarga Annie.

“Terkadang sesuatu yang mengerikan terjadi dan harus dialami seseorang. Kemudian, tergantung dari orang tersebut apakah mau bangkit atau tidak,” ujar lulusan American Film Institute ini.

Film ini, lanjut Aster, menyuguhkan sebuah drama keluarga yang suram. Terdapat unsur emosi diri yang lekat dalam salah satu anggota keluarga dan emosi tersebut dikeluarkan secara ekstrem.

Share: Film Hereditary: Drama Keluarga Penuh Teror (Spoiler Alert!)