Guys, kalian kebayang enggak sih kalau air limbah bisa diolah jadi air bersih, bahkan sampai airnya bisa diminum? Nah, rencana pengelolaan ulang air limbah (air tinja) jadi air bersih itulah yang belakangan heboh di Jakarta.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno beberapa hari lalu baru saja meresmikan mesin yang dapat mengolah limbah jadi lebih efisien, PAL-Andrich Tech System di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu, 23 Mei lalu.
Proses pengolahan air limbah jadi air bersih itu bisa diproses selama 30 menit saja. Berbeda dengan teknologi sebelumnya yang dimiliki Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PAL) Jaya, yang masih memerlukan waktu tujuh hari pengolahan.
Namun, Direktur Utama PD Pal Jaya Subekti mengatakan bahwa air bersih hasil pengolahan limbah tinja tersebut tidak bisa digunakan untuk air minum seperti kabar yang beredar beberapa waktu terakhir.
“PD Pal Jaya mengolah limbah bukan untuk jadi air minum. Kalau menjadi air bersih itu hanya jadi nilai tambah saja,” kata Subekti kepada wartawan di kantor PD Pal Jaya di Jakarta Selatan, Senin, 28 Mei.
Nah guys, sebenarnya sudah ada beberapa negara lain lho yang sudah lebih dulu berhasil mengolah air limbah menjadi air bersih dan bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Negara mana saja itu?
Negara tetangga Indonesia, Singapura sudah lebih dulu mengolah air limbah rumah tangga menjadi air bersih. Air-air limbah bekas mandi dan mencuci yang biasa dibuang ke got, dijadikan pasokan air bersih layak minum oleh Singapura.
Untuk memproses pengolahan air limbah itu, Singapura membangun dua fasilitas canggih unit pengolahan air limbah yakni NeWater dan waduk sekaligus penampungan air bersih bernama Marina Barrage.
“NeWater dan Marina Baragge mampu sediakan air bersih sampai 100 tahun ke depan,” kata staf NeWater, James di instalasi NeWater, Changi, Singapura, sebagaimana dikutip dari Detikcom, Jumat 6 September 2013.
Dalam prosesnya, pengolahan air limbah itu dimulai dari penampungannya di jaringan pipa yang berada 60 meter di bawah permukaan tanah. Selain itu, luapan air dari kanal dan sungai bila terjadi banjir, juga ditampung di gorong-gorong raksasa itu.
Lalu, setelah dipompa naik ke kilang di NeWater, air limbah disaring, dengan serangkaian filter yang tidak tembus mikro organisme. Nah, filter itu sendiri diprogram bisa membersihkan diri sendiri per 15 menit dan diganti unit baru tiap lima tahun.
Kemudian, air yang sudah lolos sensor disaring lagi secara reverse osmosis, dan dilanjutkan pencahayaan ultra violet yang kekuatan radiasinya sama dengan sinar matahari. Lama pencahayaan kurang dari 1 detik dengan suhu 60 derajat celcius.
James mengatakan bahwa air limbah yang sudah melewati proses jadi air bersuh itu memang layak minum. “Menurut standar WHO, air yang telah melalui rangkaian tahapan ini kualitasnya layak minum,” ujar James.
Untuk air limbah yang tidak lolos sensor dalam pengolahan tersebut, James mengatakan bahwa pihaknya tetap mengolah lagi air limbah itu sampai tidak lagi beracun. Lalu, air tersebut dialirkan ke laut melalui Marina Baragge.
Negara lain yang mengolah ulang air limbah jadi air bersih dan layak minum adalah Australia. Seperti dilansir Australia Plus, 26 Februari 2018, hal itu dipastikan usai adanya uji coba perluasan pabrik pengolahan air limbah metropolitin di Perth.
Dalam hal ini, Water Corporation, perusahaan pemasok air minum di Perth, mengatakan meski tidak menetapkan jangka waktu yang pasti, namun pihaknya optimistis 100 persen air limbah di Perth dapat didaur ulang dan dimasukkan kembali ke pasokan air minum.
Beberapa bulan lalu, hanya ada total 10 persen dari total 134 miliar liter air limbah di kota Perth yang mampu didaur ulang menjadi persediaan air minum melalui pabrik pengolahan air limbah di tengara Beenyup, di Craigie, di pinggiran utara Kota Perth.
Fasilitas itu saat ini sedang memperluas kapasitas pabrik, dari hanya mampu mengolah 14 miliar liter air limbah per tahun menjadi 28 miliar liter per tahun, melalui sebuah kebijakan yang akan menelan biaya 262 juta dolar (Rp2,8 triliun) dan akan selesai pada 2019 mendatang.
Ternyata Kota Korla di Selatan Xinjiang, China juga ikut mengolah air limbah jadi air bersih. Kota Korla yang berdiri di Gurun Pasir Taklamakan itu memang memiliki kondisi alam yang sulit dan ekstrem.
Di Kota Korla, ternyata terdapat unit manajemen pengolahan air limbah jadi air bersih bernama Bazhou Keda Haorui Environment Investment Co Ltd. Hal ini diketahui berdasarkan laporan Detikcom, 7-10 Mei 2018, yang diterbitkan Senin, 28 Mei.
“Kami mulai membangun ini pada 2014 dan selesai 2015. Kapasitasnya 60 ribu meter kubik per hari, sekarang baru 30 ribu meter kubik,” kata perwakilan perusahaan mereka.
Air got dan limbah yang sudah kotor dan bau tersebut akhirnya diolah. Setelah melalui proses panjang dan ketat, airnya berubah jadi bersih dan bening serta dengan skala yang lebih besar.
Namun, air olahan itu bukanlah untuk diminum. Pihak perusahaan mengatakan air limbah olahan tersebut dipakai untuk irigasi dan pertamanan seperti menyiram bunga dan rumput, meski sebenarnya kualitas air daur ulang yang dihasilkan sudah seperti air minum.