Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Mungkin pepatah itu cocok ditujukan bagi Susan McCoey, seorang warga negara Australia yang belakangan menjadi viral di jagad media sosial Indonesia.
Bagaimana tidak, akun Instagramnya yang bernama @Susah menjadi buah bibir netizen. Wajar, mengingat orang Indonesia memang banyak yang tengah “kesusahan”.
Tapi gimana sih awalnya kok dia bisa memiliki akun Instagram @Susah?
“Susah adalah nama panggilan saya,” kata Susah kepada Asumsi melalui e-mail. “Saya lupa awalnya bagaimana bisa dapat nama panggilan itu, tapi semua orang yang mengenal saya, memanggil saya Susah,” kata Susah yang tinggal di Melbourne itu.
Ia mengatakan cukup beruntung ia bergabung ke Instagram pada 2011 silam. Ketika itu belum banyak orang yang menggunakan aplikasi berbasis foto itu, sehingga ia bisa memilih handle @Susah sebelum keduluan orang Indonesia.
Orang-orang Indonesia—yang kebanyakan adalah generasi millennials—seringkali mention dan men-tag Susah di foto-foto mereka. Remaja-remaja galau yang merasa hidupnya susah inilah yang menimbulkan kehebohan di notifikasi Susah.
Bayangkan, jika tiba-tiba akun Instagram di-tag oleh sekelompok siswi SMA ber-selfie sembari curhat betapa susahnya ujian yang baru mereka kerjakan. Atau seseorang yang tidak kamu kenal dari negara lain nge-tag fotonya sembari berpose duck face. Alhasil, kamu bakal menerima notifikasi setiap ada komen di foto tersebut.
Netizen Indonesia men-tag Susah di fotonya, sembari men-tag akun lain yang sebenarnya tidak eksis, hanya untuk membentuk sebuah kalimat yang merepresentasikan hidup remaja Indonesia. Misalnya “Susah move on”, atau “Susah senang bersama”, atau “ Ngerjain tugas bahasa Inggris susah guys”.
“Saya baru menyadari beberapa tahun lalu, ketika di-tag di foto-foto orang asing. Saya kira itu hanya spam. Tapi ketika saya di-tag sedikitnya sekali dalam seminggu, saya mulai heran,” aku Susah yang dulu memiliki followers sekitar 300an.
Ia pun mengakui pada awalnya ia merasa terganggu. Ia bahkan sempat menulis “Dear Indonesia, stop tagging me in your photos” (Halo Indonesia, berhenti menandai saya di foto Anda”) di laman utama Instagramnya.
Tapi kemudian ia menyadari bahwa sebenarnya ada fitur untuk memilih apakah tagged photos bisa muncul di laman utama pemilik akun atau tidak.
“Untuk sesaat, laman profil saya diambil alih oleh foto-foto orang Indonesia! Tapi ketika saya sadar saya bisa mematikan fitur itu, saya enggak lagi merasa terganggu,” ujar Susah yang sehari-hari bekerja sebagai graphic desainer itu.
Sekarang ia lebih terbuka dan menerima kenyataan hidup—tidak lagi dirinya dibuat susah oleh komentar-komentar netizen Indonesia. Susah pun mulai membalasi komentar di bawah foto-fotonya, meski mayoritas memang hasil ulah netizen Indonesia saja yang jahil.
Misal, komentar-komentarnya berbunyi seperti, “Halo Kakak jangan jadi kayak orang susah ya tetap berjuang dan semangat,” atau “Masih susahan hidup gue”, atau “Susah ya dapetin hidup dia” atau “Saya lagi susah semoga besok sudah tidak susah lagi”.
Susah pun sekarang sudah tahu arti namanya dalam bahasa Indonesia, “Difficult”, berkat netizen. Bahkan masih ada yang meninggalkan komentar, “Hi Susah, is your life still difficult now?” di bawah foto cincin lamarannya di Bali.
“Banyak dari mereka [netizen] yang meminta saya mengganti nama Instagram, tapi saya tidak akan melakukannya,” ujarnya mantap.
Enggak tanggung-tanggung, layaknya selebgram, kini juga banyak brands yang mencoba mengiklan di kolom komentar Instagram milik Susah. Kayak yang satu ini, “Kalau @susah cari pekerjaan silakan cek di IG @lokerindonesia aja ya” atau “Susah dapetin kaca mata thug life? Kepoin IG kami yuk”.
Selangkah lagi, Susah sudah bisa menjadi selebgram beneran. Ia yang awalnya cuma punya pengikut 300an, sekarang sudah lebih dari 8.000 dalam beberapa pekan saja.
Komentar netizen pun tampaknya belum akan berhenti dalam waktu dekat. Mereka masih senang menelurkan ide-ide kreatif seputar kata “Susah” di Instagram Susah.
“Sejak menjadi viral, saya menerima pesan dari banyak orang Indonesia. Dan saya harus mengakui, orang Indonesia sangat ramah!” katanya.
“Saya rasa orang-orang Indonesia itu sangat positif dan menghormati. Membalas komen dan menyapa mereka telah menjadi pengalaman yang positif bagi saya,” akunya.