Isu Terkini

Jakarta Masuk Daftar 25 Kota Termahal Dunia, Kok Bisa?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Unsplash

Jakarta masuk dalam daftar 25 kota termahal di dunia pada tahun ini berdasarkan Julius Baer’s Global Wealth and Lifestyle Report 2021. Dilansir dari CNBC, ibu kota Indonesia ini dinobatkan sebagai kota yang memiliki predikat cukup mahal bagi para kaum kelas atas. Berdasarkan laporan itu, Jakarta berada di peringkat ke-20.

Kota-kota lain di Asia Tenggara yang juga mendapat predikat kota mahal adalah Singapura di posisi ke-9. Lalu, Bangkok, Thailand, di posisi ke-11, dan Manila, Filipina, di peringkat ke-16. Sementara Shanghai dilaporkan menjadi kota termahal di dunia dengan menempati posisi pertama.

Termahal untuk Barang Teknologi, Sepeda, dan Properti

Laporan dari bank dan lembaga riset yang berkantor pusat di Zurich, Swiss ini, menyebutkan bahwa, dari skala 1-25, Jakarta masuk kategori kota termahal karena dipengaruhi oleh belanja teknologi. Jakarta mendapatkan poin 25 alias termahal untuk belanja teknologi. Menyusul di bawahnya sepeda, digolongkan sebagai barang mahal yang banyak dibeli orang kaya di Jakarta, dengan perolehan peringkat skala poin 24.

“Barang lain yang dinilai mahal di Jakarta adalah properti, alat olahraga, jam tangan, perhiasan, makan malam, asuransi, jasa pengacara dan operasi lasik. Sementara itu, Jakarta termasuk kota yang murah untuk membeli whisky, tas wanita, dan mobil,” demikian tulis laporan yang dilansir dari sumber berita yang sama.

Laporan peringkat Julius Baer turut menyampaikan, bahwa dampak lockdown akibat pandemi COVID-19 atau yang di Jakarta diterapkan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menyebabkan popularitas perangkat teknologi dan alat olahraga, seperti treadmill, melonjak popularitasnya. Sementara harga sepatu wanita anjlok akibat menurunnya belanja fesyen. Pasalnya, pandemi telah membuat orang-orang lebih banyak berada di dalam rumah. 

Selain itu, dicatat pula, bahwa harga wiski masuk tiga teratas sebagai barang belanjaan paling mahal di seluruh dunia. Dijadikannya wiski sebagai salah satu objek riset hasil laporan ini adalah karena wiski dianggap sebagai salah satu barang konsumtif untuk orang kaya. CNBC merangkum, harga wiski yang berada di Jakarta merupakan yang termahal ketiga di dunia karena pajak yang diterapkan pemerintah bagi minuman alkohol ini.

Makanan-Minuman Penyebab Inflasi Belanja di Jakarta

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengaku tak heran atas predikat ini. Ia pun menyoroti penyebab Jakarta menjadi kota termahal untuk berbelanja barang teknologi dan minuman beralkohol.

“Margin perdagangan dan pengangkutan di Jakarta itu memang mahal, birokrasi dan tata niaga di Jakarta itu panjang. Kalau saya mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkini, 2019-2020, sekitar faktor perdagangan dan pengangkutan barang, 34 persen memengaruhi mahalnya biaya perekonomian di Jakarta,” kata Tauhid kepada Asumsi.co, Selasa (13/4/21).

Ia menambahkan, produk makanan dan minuman atau food and beverages (F&B) menjadi penyebab terbesar inflasi harga di Jakarta. Hal ini disebabkan Jakarta memang tidak populer sebagai kota yang menjadi pusat produksi kuliner, maupun bahan baku pangan. 

Semakin sedikitnya pasar tradisional di Jakarta, ujarnya, turut menyebabkan berbelanja di Jakarta terbilang mahal. Biaya sewa toko di mal tentu memengaruhi harga dari barang-barang yang dijual di Jakarta.  

“Terutama makanan, bahan baku pangan beras. Belanja beras di Jakarta harganya memang paling mahal dibandingkan daerah lainnya. Penyebabnya, Jakarta bukan daerah produsen. Kalau dari sisi ekonomi menengah hingga ke bawah beras ini ya, contohnya. Kalau orang kaya ya, whisky ini karena masuk produk konsumtif kebanyakan dari mereka. makanya enggak masukin beras,” tuturnya.

Jadi Kota Termahal Bisa Pengaruhi Kesejahteraan Warga Jakarta 

Tauhid menambahkan, hal lain yang sebenarnya turut menjadikan Jakarta sebagai kota termahal adalah biaya hidup yang tinggi. Jangankan harga rumah, ujar dia, biaya sewa apartemen di Jakarta pun sudah tak masuk akal. Penyebabnya, di Jakarta harga lahan dan bangunan tidak bisa dikontrol pemerintah. 

“Lahan, kan, enggak bisa dipatok karena ini milik privat, sehingga biaya sewa terutama untuk ekspatriat sulit diprediksi. Lokasinya strategis, cuma biaya sewanya itu mahalnya minta ampun,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, mahalnya biaya berbelanja di Jakarta tak diiringi dengan peningkatan pendapatan warganya, maka bisa berpengaruh pada kesejahteraan di kota tersebut.

“Kalau misalnya peningkatan pendapatan tidak mengikuti, pasti memengaruhi kesejahteraan masyarakat. Cuma di Jakarta kan tingkat kemiskinannya paling kecil 4 persen. Itu data BPS tahun 2019. Jadi, peringkat kota mahal ini bisa berdampak kepada warga Jakartanya juga,” kata Tauhid.

Selain itu, masih rendahnya kualitas pelayanan transportasi publik di Jakarta juga tak bisa dikesampingkan. Rendahnya kualitas pelayanan transportasi publik dikatakannya telah menjadikan Jakarta sebagai kota termahal. 

“Transportasi kita belum berkembang dengan baik sampai saat ini pelayanannya di Jakarta. Maka, misalnya mobilitas orang atau turis di Jakarta pakai transportasi daring, relatif mahal kalau hitungan cost per hari,” pungkasnya. 

Share: Jakarta Masuk Daftar 25 Kota Termahal Dunia, Kok Bisa?