Hi guys! Kalian sadar enggak sih, kalau nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra sulung mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) makin tenar di kancah perpolitikan Indonesia? Padahal, dulunya pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978 ini lebih terkenal sebagai tentara yang telah meniti karir selama 16 tahun di TNI Angkatan Darat (TNI AD) dengan pangkat terakhirnya sebagai mayor.
Namun akhirnya, seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa ‘buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya’, AHY pun lebih memilih untuk mengakhiri karir militernya dan mengikuti jejak ayahnya untuk terjun ke dunia politik.
Lalu, bagaimana perjalanan politik AHY sejak keluar dari militer? Yuk simak beritanya berikut ini!
Sosok AHY pertama kali dikenal publik ketika namanya muncul di menit-menit terakhir penutupan pendaftaran calon gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Kabar ini sempat bikin kejutan semua pihak, apalagi AHY sebelumnya lebih dikenal sebagai perwira menengah yang jauh dari hingar bingar politik.
Nama AHY diputuskan sebagai calon gubernur berpasangan dengan Sylviana Murni oleh Koalisi Cikeas, yaitu gabungan Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Keputusan inipun disepakati di kediaman SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat.
Saat Pilkada DKI usai, ternyata AHY enggak berhasil menang, guys. Selanjutnya, suami dari Annisa Pohan ini kemudian mendirikan lembaga think tank Independen yang dinamai The Yudhoyono Institute (TYI), di mana AHY menjabat sebagai Direktur Eksekutif di lembaga ini.
TYI ini sendiri diresmikan di XXI Ballroom Djakarta Theater, Jalan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis, 10 Agustus 2017.
Peneliti politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai bahwa pembentukan The Yudhoyono Institute itu sengaja dimaksudkan sebagai kendaraan atau panggung bagi AHY berkiprah di jagat politik nasional.
Sebab, setelah kalah di Pilkada DKI, Agus secara formal masih belum masuk dalam struktur di Partai Demokrat. Padahal, Agus udah terlanjur keluar dari dinas ketentaraan dengan pangkat terakhir mayor.
“Agus memang didesain untuk tidak bersentuhan langsung ke partai, tetapi dari eksternal. Justru dengan membuat lembaga ini, maka ada ruang besar untuk beraktualisasi diri,” kata Arya pada media, Selasa, 15 Agustus 2017.
Setelah mendirikan The Yudhoyono Institute, AHY dikasih jabatan baru di Partai Demokrat. Jabatannya adalah Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma). Kogasma sendiri merupakan lembaga baru yang dibentuk Demokrat sebagai strategi untuk memenangkan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019.
Dalam sambutannya, SBY sempat secara terang-terangan meminta AHY yang udah menjabat sebagai Kogasma untuk membantu Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat mengatur strategi demi memenangkan partai.
“Kita ingin berhasil, ingin menang, dan bersiap sambil memohon, maka Partai Demokrat telah membentuk Kogasma 2019. Untuk apa, untuk menyukseskan perjuangan kita. Untuk membantu Dewan Pimpinan Pusat Demokrat agar partai kita menang dalam pemilu yang akan datang,” kata SBY.
Setelah memegang tanggung jawab sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, AHY pun dengan rajin melakukan safari politik ke beberapa tokoh. Mulai dari Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu, Wapres Jusuf Kalla, Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Bahkan, Agus berencana untuk mengunjungi Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Partai Demokrat sendiri enggak menampik kalau langkah ini adalah manuver AHY untuk mempersiapkan dirinya menjadi salah satu pemimpin nasional. Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Agus Hermanto bilang, bahwa AHY ingin menimba ilmu dari para tokoh nasional yang ditemuinya tersebut.
“Bagus, generasi muda lebih banyak ketemu dengan senior-seniornya. Dengan tentunya negarawan yang sudah pernah memerintah di negeri ini,” kata Agus Hermanto pada media di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 1 November 2017 lalu.