Internasional

Taliban Yakinkan Keamiran yang Lebih Moderat, Publik Masih Sangsi

Irfan — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi: Sohaib Ghyasi/ Unsplash

Setelah berhasil menguasai Kabul, Taliban yang mengambil alih otoritas Afghanistan sejak beberapa hari lalu mulai mengeluarkan pernyataan resmi pertamanya. Disampaikan oleh Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pernyataan ini berupaya untuk meruntuhkan kekhawatiran publik dalam negeri dan internasional dengan meyakinkan bahwa pemerintahan mereka kali ini akan berbeda dengan Keamiran pertama 1996-2001.

Mengutip AP, Taliban di antaranya berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dan memaafkan mereka yang sebelumnya terlibat perselisihan dengan Taliban. Mereka juga memastikan bahwa Afghanistan di bawah Taliban kali ini tidak akan menjadi rumah untuk para milisi.

“Taliban berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma-norma hukum Islam,” kata Mujahid.

Mujahid tak merinci apa yang akan pihaknya lakukan untuk mengubah gaya kepemimpinan Taliban sekarang dengan 20 tahun lalu. Namun, pihaknya menyebut akan mempersilakan perempuan untuk kembali bekerja dan sekolah. Taliban juga membagikan kerudung ke rumah-rumah untuk digunakan para perempuan.

“Mereka yang bekerja di bagian atau kementerian pemerintah mana pun harus melanjutkan tugas mereka dengan penuh dan melanjutkan tugas mereka tanpa rasa takut,” kata Taliban.

Bagi warga Afghanistan yang bekerja untuk AS dan pemerintah yang didukung Barat, Taliban bahkan menawarkan amnesti penuh. Mujahid memastikan, tidak ada yang akan datang ke rumah mereka untuk menginterogasi soal kerja-kerja mereka dengan AS dan Barat dulu.

“Sementara media swasta harus tetap independen dan jurnalis tidak boleh bekerja melawan nilai-nilai nasional,” ucap dia.

Baca Juga: Taliban Sekali Lagi, Bagaimana Dampaknya untuk Al-Qaeda dan Jihadis Dunia? | Asumsi

Sesuai dengan kesepakatan damai 2020 yang dicapai antara Taliban dengan pemerintahan AS di bawah Donald Trump, Taliban memastikan tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pangkalan kelompok militan untuk menyerang negara lain seperti tahun-tahun sebelum tragedi 9/11.

Ditanggapi Skeptis

Pada pemerintahannya kali ini, Taliban memang berusaha menunjukkan wajah yang moderat. Namun, warga Afghanistan yang punya sejarah kelam di bawah otoritas para pelajar ini mengaku skeptis. Tak heran ketika Kabul jatuh dan Presiden Ashraf Ghani kabur, banyak warga Afghanistan yang putus asa dan mencoba kabur dengan berlarian ke bandara.

Seorang penyiar Afghanistan, kepada AP misalnya menyebut kalau ia bersembunyi di rumah kerabatnya sesaat setelah Taliban mengambil alih negara. Ia mengaku masih terlalu takut untuk pulang apalagi bekerja.

“Saya dan perempuan lain tidak percaya Taliban telah mengubah cara mereka,” kata penyiar yang enggan disebut namanya itu karena alasan keamanan.

Beberapa juga menyangsikan aturan moderat yang diberlakukan Taliban akan dilaksanakan dengan baik oleh para pengikutnya di bawah. Pengakuan seorang guru kepada The Guardian, di saat pengambil alihan Kabul, banyak orang di jalanan yang menertawakan perempuan sambil meneror.

“Beberapa di antaranya bilang “pulanglah dan ambil chadari-mu (burqa)” ada juga yang bilang “Ini adalah hari terakhir kalian berada di jalanan” atau “aku akan menikahi kalian berempat dalam satu hari”,” kata guru yang juga enggan disebut namanya ini.

Dia bahkan merasa harus menyembunyikan seluruh identitas dan raihan pendidikannya karena pengalaman di era Taliban dulu, perempuan memang tidak diberi ruang untuk maju.

“Saya tidak bisa membayangkan, kami memperjuangkan hak dasar kami dan kemudian kami ditarik mundur lagi ke 20 tahun ke belakang. Setelah 20 tahun memperjuangkan hak kami dan kemerdekaan, kami harus kembali mencari burqa dan menyembunyikan identitas,” ucap dia.

Baca Juga: Mesranya Hubungan Rusia dan Taliban | Asumsi

Menurut dia, saat Taliban mulai merangsek Kabul dengan membuka jalan terlebih dahulu di beberapa provinsi, ratusan orang datang ke Kabul untuk mencari perlindungan terutama buat istri dan anak perempuan mereka. Mereka memilih hidup di taman dan ruang terbuka karena trauma atas perlakuan Taliban di masa lalu.

“Kemudian hari ini, ketika saya mendengar bahwa Taliban telah mencapai Kabul, saya merasa saya akan menjadi seorang budak. Mereka bisa mempermainkan hidup saya sesuka mereka,” ucap dia.

Sementara itu, dilaporkan AP, situasi Kabul tetap tenang saat Taliban berpatroli di jalan-jalannya. Tetapi banyak yang tetap ketakutan setelah penjara dan gudang senjata dikosongkan selama serangan pemberontak di seluruh negeri.

Penduduk Kabul mengatakan sekelompok pria bersenjata datang dari pintu ke pintu mencari orang-orang yang bekerja dengan pemerintah dan pasukan keamanan yang digulingkan, tetapi tidak jelas apakah orang-orang bersenjata itu adalah Taliban atau penjahat yang menyamar sebagai militan. Mujahid menyalahkan gangguan keamanan pada mantan pemerintah, mengatakan Taliban hanya memasuki Kabul untuk memulihkan hukum dan ketertiban setelah polisi dibubarkan.

Respons Internasional

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price turut buka suara soal pendudukan Taliban. Menurut dia, jika Taliban mengatakan mereka akan menghormati hak-hak warganya, AS akan mengawasi mereka dalam melaksanakan pernyataan itu.

Mengutip CNN, Duta besar Rusia untuk Afghanistan Dmitry Zharinov juga optimistis Taliban akan melakukan perubahan konstruktif dan positif. Sementara Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan blok itu harus mengadakan pembicaraan dengan Taliban.

Share: Taliban Yakinkan Keamiran yang Lebih Moderat, Publik Masih Sangsi