Internasional

Risiko Kematian di Ekspedisi Mars Elon Musk, Siapa Berani Berkorban?

Irfan — Asumsi.co

featured image
SpaceX

Pernyataan bos SpaceX, Elon Musk, soal beberapa orang akan meninggal dalam perjalanan menuju Mars memantik komentar warganet. Pasalnya, siapa yang mau mati untuk sebuah perjalanan ke Mars dan membuat koloni di sana?

Komentar ramai itu mulanya dipantik oleh sebuah akun podcast Minion Death Cult di media sosial Twitter. Akun podcast yang berbasis di California, Amerika Serikat, ini mengunggah tangkapan layar pernyataan Musk yang dicuitkan oleh akun New York Post. Dalam cuitan itu, termaktub judul berita: Elon Musk says: ‘bunch of people will probably die’ during Mars mission.

Kemudian ada gambar yang menyatakan komentar seseorang atas berita New York Post itu: “ada apa dengan abad ke-21 dan keengganannya terhadap pengorbanan manusia untuk kebebasan dan kemajuan?”

Unggahan itu kemudian memancing banyak perdebatan. Pemicu perdebatan utamanya adalah cuitan akun Minion Death Cult yang isinya menduga, dengan nada cukup sinis, bahwa ada beberapa orang yang takut duluan oleh pernyataan Musk. Ada beberapa orang yang terlalu pengecut mengambil risiko dalam sebuah perjalanan ke “koloni budak”.

Ada juga beberapa yang mengkritik pernyataan Musk soal akan ada beberapa orang yang mati dalam perjalanan ke Mars. Para pengkritik itu umumnya bertanya, untuk siapa para sukarelawan ini berkorban ke Mars? Apakah mereka hanya sekadar jadi kelinci percobaan sebelum Mars dinyatakan benar-benar aman untuk ditinggali, kemudian diisi oleh orang-orang yang mampu “membeli” lahan di Mars?

Seorang pengguna media sosial Twitter menilai kalau apa yang dilakukan oleh para kapitalis adalah benar-benar menghancurkan planet ini dan menimbun sumber daya yang ada hingga membuat orang putus asa. Dengan begitu orang akan secara sukarela mengorbankan apa pun untuk mendapatkan makanan dan air.

Pernyataan Musk adalah salah satu bukti bahwa miliarder lebih dari bersedia untuk memaksa populasi yang putus asa untuk melakukan pekerjaan berbahaya.

Lainnya, yang merespons negatif, mempersilakan siapa pun yang ingin menjadi sukarelawan untuk berangkat. Dia menyatakan, siapa pun yang menyebut dirinya pecundang karena tidak ingin bergabung ke dalam proyek Mars-nya Musk, maka silakan orang-orang itu pergi lebih dulu untuk mengikuti mimpi mereka.

Ada juga yang berkelakar kalau menjadi pecundang (karena tidak ikut proyek Musk) adalah lebih baik.

Sementara ada pula yang berkomentar netral. Tak perlu beranggapan kalau Musk akan memaksa semua orang untuk naik ke pesawat luar angkasanya dalam sebuah proyek percobaan: Perjalanan ke Mars. Sukarelawan hanya untuk mereka yang mau. Dan kalau mereka mau –kata si pencuit– let it go.

Di kubu yang berpikiran positif, seorang pengguna Twitter mencuit kalau tujuan Elon untuk Mars adalah untuk membantu umat manusia maju seperti yang akan terjadi pada semua koloni masa depan lainnya. Begitu juga semua orang yang akan tinggal di Mars sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk membantu industri apa pun selain membawa umat manusia ke planet baru. Menurutnya, kapitalisme mungkin bahkan tidak akan ada di Mars.

Namun klaim ini disanggah oleh pencuit lainnya. Menurutnya, semua yang dilakukan dalam proyek Musk adalah kapitalisme. Tidak akan ada yang mau berinvestasi ke proyek Musk kalau itu tidak mendatangkan keuntungan kelak. Lagian, kata si pencuit, kemanusiaan tidak perlu dibangun di planet lain.

Dikecam

Ambisi Musk untuk memindahkan manusia ke Mars memang bukan kali ini saja menuai kecaman. Di Hari Bumi kemarin, misalnya, Musk kena sindir Activista, agensi kreatif asal Los Angeles, California.

Agensi ini memasang iklan billboard bertuliskan ‘Mars sucks‘ atau ‘Mars menyebalkan’ di luar markas SpaceX di Hawthorne, California. Iklan ini dipasang sehari sebelum peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April kemarin.

Dari pesan yang diunggah di Twitter, Activista tidak setuju dengan ambisi Musk dan lebih memilih fokus untuk menyelamatkan Bumi. Menurut Activista, yang menyebalkan adalah cara manusia memperlakukan Bumi. Sementara Mars adalah lubang neraka, kesunyian, tanah tandus, yang tidak bisa diinjak dengan cukup cepat.

Baca juga: Elon Musk: Akan Banyak yang Mati di Mars, Ini Sederet Risikonya! | Asumsi

“Bagus, kita sudah sampai di Mars. Sekarang mari kita prioritaskan Bumi,” cuit Activista.

Musk pertama kali mengutarakan mimpinya untuk membangun kehidupan di Mars dalam sebuah konferensi pada tahun 2016. Ia mengatakan Interplanetary Transport System (ITS) yang telah direncanakan bisa membawa setidaknya 100 orang ke Mars dalam satu kali terbang.

Salah satu perusahaan miliknya, SpaceX, juga berencana mendirikan koloni manusia di Planet Merah dalam 50-100 tahun ke depan. Untuk mewujudkan visinya tersebut, Musk sudah membangun beberapa prototipe roket Starship yang direncanakan bisa mengantarkan astronaut ke Mars pada tahun 2024.

Menurut pandangan CEO SpaceX dan Tesla ini, Bumi tidak akan layak huni lagi bagi manusia karena perubahan iklim, asteroid, atau bencana lainnya. Dengan pindah ke Mars, manusia bisa menghindari hal tersebut.

Namun, baru-baru ini, Musk mengatakan bahwa “Mungkin akan banyak orang yang mati dan tidak berhasil kembali ke Bumi dalam eksplorasi Mars, tapi bukankah eksplorasi ini adalah petualangan yang benar-benar menantang dan luar biasa?” katanya.

Dirinya juga menyebutkan bahwa perjalanan ke Mars adalah perjalanan yang sangat panjang, berbahaya, dan tentunya tidaklah menyenangkan. “Eksplorasi ini adalah misi sukarela, kita tidak akan menunjuk siapa yang harus berangkat,” ujarnya menambahkan,

Share: Risiko Kematian di Ekspedisi Mars Elon Musk, Siapa Berani Berkorban?