Sumber foto: infopoint-security.de
Pandemi Covid-19 menghantarkan pada perilaku masyarakat yang berubah. Mereka kini lebih asyik melakukan segala hal secara daring. Mulai dari bekerja, sekolah, ataupun sekadar berbincang bersama kawan. Internet kini menjadi kebutuhan primer masyarakat untuk melakukan segala aktivitasnya.
Maka tak heran, penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat tajam. Merujuk survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa internet Indonesia (APJII) tahun 2019-Q2 2020, 73,7 persen dari total populasi warga Republik ini telah terkoneksi internet. Jumlahnya mencapai 196,71 juta dari 266,91 juta jiwa.
Melihat ratusan juta orang yang sudah terkoneksi internet itu, membuat kesempatan bagi penjahat siber untuk melancarkan aksinya. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) merilis data bahwa sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2020, terdapat hampir 190 juta upaya serangan siber di Indonesia, naik lebih dari empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Di tahun 2019, upaya serangan siber tercatat berjumlah 39 juta.
“Kalau ditotal sampai akhir 2020, upaya serangan siber ini meningkat sampai 495 juta. Peningkatan ini sangat pesat. Hampir tiga kali lipat jika dibandingkan di tahun 2019,” jelas Hinsa Siburian, Kepala BSSN.
Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) turut menunjukkan bahwa angka penggunaan internet di Indonesia selama pandemi memang meningkat hingga kisaran 40 persen. Peningkatan itu tak lain disebabkan oleh kebijakan social distancing yang membuat warga bekerja, belajar, dan melakukan berbagai aktivitas lain dari rumah lewat sambungan internet.
Pusat penggunaan internet juga bergeser, dari tadinya berada di lingkungan perkantoran, kini menjadi lebih banyak di wilayah pemukiman. Pemakaian internet di daerah tertinggal turut naik sebesar 23 persen.
Serangan yang umum terjadi selama pandemi adalah malware trojan. Malware ini merupakan virus dalam perangkat lunak yang didesain untuk merusak sistem. Kerusakan sistem ini berdampak hilangnya data-data atau merekam aktivitas transportasi data.
Dengan cara ini, maka potensi untuk melakukan tindak kejahatan siber akan semakin terbuka. BSSN memprediksi penggunaan ruang siber akan semakin meningkat, terutama di masa pandemi.
UMKM Disasar
BSSN menilai pergeseran proses usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari dunia fisik ke ranah daring turut membuka peluang bagi pelaku kejahatan siber untuk menyerang melalui ragam skema. Hal senada juga disampaikan oleh Territory Channel Manager Kaspersky untuk Indonesia, Dony Koesmandarin.
Melalui keterangannya kepada Asumsi.co, sebanyak 56,3 persen pengguna di Indonesia hampir terinfeksi ancaman lokal di tahun 2020. Secara keseluruhan, laporan Kaspersky mencatat, produk Kaspersky mendeteksi 111,6 juta insiden lokal di komputer partisipan survei di Indonesia. Di antara jumlah serangan tersebut, sebanyak 20,2 juta serangan ditargetkan terhadap pengguna bisnis Indonesia.
“Ancaman terhadap individu sama berbahayanya dengan risiko serangan pada UMKM dan perusahaan,” kata Dony.
Serangan siber banyak menyasar bisnis UMKM dilakukan mayoritas melalui web browser. Menurutnya, para pengguna tidak menyangka bahwa browser yang belum diperbarui versinya bisa menyebabkan infeksi serangan.
Berikut adalah jenis ancaman web teratas yang terdeteksi di kawasan Asia Tenggara pada 2020:
– malware dalam lalu lintas web selama aktivitas pencarian
– mengunduh program tertentu secara tidak sengaja di internet
– mengunduh lampiran berbahaya dari layanan email online
– aktivitas ekstensi browser
– mengunduh komponen berbahaya dalan komunikasi yang dilakukan malware lain.