Foto: Twitter/@KSPgoid
Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengaku tidak setuju dengan media asing Bloomberg yang memprediksi pandemi COVID-19 di Indonesia bisa berakhir dalam waktu 10 tahun. Adapun prediksi yang dipaparkan Bloomberg didasarkan pada lambannya proses vaksinasi di tanah air.
Apa kata Moeldoko?
“Nggaklah. Berlebihan itu (prediksi Bloomberg). Suruh belajar sini dululah Bloomberg itu,” kata Moeldoko dalam Webinar bertajuk “Jurnalisme Berkualitas: Menguatkan Berkelanjutan Profesi Wartawan dan Penerbitan Pers,” untuk memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Minggu (7/2/21).
Sekilas prediksi Bloomberg
Sebelumnya, pada Jumat (5/2), Bloomberg menyampaikan laporan mengenai waktu selesainya pandemi COVID-19 di berbagai negara di dunia dengan ukuran vaksinasi. Dari perhitungan Bloomberg, proses vaksinasi di Indonesia masih kalah cepat dengan beberapa negara-negara lainya.
Dengan kecepatan vaksinasi saat ini–masih 60.433 dosis vaksin per hari–diprediksi Indonesia baru bisa menjangkau 75 persen populasi untuk vaksinasi dan mengakhiri pandemi sekitar 10 tahun lagi.
Target vaksinasi Indonesia setahun setengah
Moeldoko bilang target yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk vaksinasi adalah 1,5 tahun. Ia yakin proses vaksinasi akan semakin cepat kalau vaksin merah putih sudah diproduksi massal pada awal 2022.
“Orang Indonesia kalau kepepet banyak akalnya,” kata Moeldoko.
Jadi teringat omongan Pak Terawan, ya?
Tahun lalu, Selasa (11/2), eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pernah melontarkan pernyataan yang mirip seperti yang disampaikan Moeldoko. Terawan kala itu menantang Universitas Harvard untuk membuktikan langsung hasil riset mereka yang memprediksi virus SARS-CoV-2 seharusnya sudah masuk ke Indonesia.
“Ya, Harvard suruh ke sinilah. Saya suruh buka pintunya untuk melihat. Jadi kita tidak ada yang ditutupi bahkan dari Amerika Serikat bisa lihat sendiri. Dan itu alat yang dipakai, alat dari Anda sendiri. Menurut saya di era keterbukaan ini tidak ada yang ditutupi,” kata Terawan di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat.
Dulu, Menkes Terawan nyuruh Harvard datang ke Indonesia. Sekarang gantian Moeldoko minta Bloomberg belajar ke sini. Dari Indonesia, kita belajar, bahwa semua orang disuruh belajar, kecuali..