Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyebut Amerika Serikat sebagai “musuh terbesar” bagi negaranya dalam kongres rutin lima tahunan Partai Buruh Korea, pada Sabtu (9/1).
“Pyongyang harus fokus dan terus berkembang untuk menumbangkan AS, rintangan terbesar untuk revolusi kita dan musuh terbesar kita” kata Kim seperti dilansir KCNA.
“Tidak peduli siapa yang berkuasa, kebijakannya terhadap Korea Utara tidak akan pernah berubah,” tambahnya.
Untuk itu, ia mengungkapkan rencananya untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.
Sempat mesra, kini siap angkat senjata
Sempat saling ejek dan bersitegang, Kim dan Trump akhirnya menyelesaikan cekcok itu dengan hubungan diplomatis di Singapura pada 12 Juni 2018. Mereka bersalaman dan mengaku saling ‘jatuh cinta’.
Kim Jong-un berjanji untuk melucuti persenjataan nuklirnya dan Donald Trump menjamin keamanannya. Tetapi tidak ada kemajuan substantif yang dibuat.
Hubungan mereka berujung pada jalan buntu setelah pertemuan di Hanoi, Vietnam, pada 28 Februari 2019, berakhir tanpa kesepakatan.
Tiada kesepakatan yang ditandatangani dan perundingan berakhir setelah Amerika Serikat menolak tuntutan Korea Utara tentang pencabutan sanksi.
Waspadai invasi AS
Korea Utara telah mengalokasikan sumber dayanya dalam jumlah besar untuk pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya. Langkah ini dinilai perlu sebagai pertahanan menghadapi kemungkinan invasi AS.
Di bawah pengawasan Kim, program tersebut telah membuat kemajuan pesat. Korea Utara telah menyelesaikan rencana untuk membuat kapal selam bertenaga nuklir.
“Rencana penelitian baru untuk kapal selam bertenaga nuklir telah selesai dan akan memasuki proses pemeriksaan akhir,” ujar Kim dalam kongres tersebut.
“Negara harus lebih memajukan teknologi nuklir dan mengembangkan hulu nuklir ringan berukuran kecil untuk penerapan yang berbeda, tergantung pada subjek sasarannya,” tambahnya.
Kim menargetkan kemampuan serangan agar lebih presisi menyerang target dalam jarak 15.000 kilometer. Ia juga meminta jajarannya mengembangkan teknologi untuk memproduksi hulu ledak nuklir yang lebih kecil dan lebih ringan untuk bisa menjangkau seluruh dataran AS.
“Tidak ada yang lebih bodoh dan berbahaya daripada tidak menambah kekuatan kita di saat kita dengan jelas melihat senjata canggih musuh ditingkatkan lebih dari sebelumnya,” kata Kim.
“Kenyataannya adalah bahwa kita dapat mencapai perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea ketika kita terus membangun pertahanan nasional kita dan menekan ancaman militer AS,” pungkasnya.