Isu Terkini

Ikan Hiu Langka Muncul Pasca Banjir di Sentani, Apa yang Terjadi?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Masyarakat dihebohkan dengan kemunculan ikan hiu pasca banjir bandang yang melanda wilayah Sentani, Papua. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, seorang pria terlihat memegang dua ekor ikan hiu sambil menjelaskan asal usulnya. Namun, banyak yang masih bertanya, dari mana asalnya hiu langka itu mengingat wilayah Sentani tak terhubung ke laut dan dekat dengan pegunungan.

“Bukan di laut atau di daratan, tapi ini di pegunungan. Ada beberapa ikan hiu yang kami dapat dalam musibah banjir ini. Silakan lihat ini bukan satu kebohongan, ini kenyataan,” kata pria bertopi merah dalam video tersebut.

“Ini bukti kebesaran Tuhan bahwa di atas gunung juga ada ikan hiu yang besar, saudara-saudara yang ada di mana pun,” ujarnya.

Penemuan beberapa ikan hiu oleh warga BTN Sosial Sentani, Jayapura, Papua, pasca banjir tersebut akhirnya memunculkan pembahasan soal Hiu Sentani. Peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menjelaskan asal usul hiu Sentani tersebut.

Ikan Hiu Air Asin Beradaptasi Hidup di Air Tawar Danau

Terkait dengan penemuan ikan hiu pasca banjir di Sentani yang menjadi viral di berbagai media sosial itu, Hari Suroto mengatakan, bahwa pada masa lalu Danau Sentani merupakan bagian dari laut yang menjorok ke darat. “Bagian laut ini, sebelah utara berbatasan dengan Gunung Dafonsoro atau kini Cagar Alam Cycloops. Bagian laut ini terhubung oleh sungai dan mata air dari Cycloops,” kata Hari seperti dilansir Antara, Selasa, 19 Maret 2019.

Lebih lanjut, Hari mengatakan bahwa pergerakan lapisan bumi membuat air Danau Sentani yang semula asin menjadi tawar. “Hiu yang merupakan ikan air asin kemudian beradaptasi dengan air danau dan air sungai atau sumber mata air tawar yang terhubung dengan Danau Sentani. Dalam perkembangannya hiu-hiu ini berubah menjadi ikan hiu air tawar,” ujar alumnus Universitas Udayana Bali tersebut.

Menurut Hari, bukti arkeologi menunjukkan adanya motif-motif ikan hidup di Situs Megalitik Tutari. Selain itu, Suku Sentani yang tinggal di Pulau Asei menggambarkan ikan hiu pada lukisan kulit kayu.

Menariknya, Hari menjelaskan bahwa memori Suku Sentani tentang ikan hiu, yang dikabarkan sempat menghilang dari Sentani dan terakhir ditangkap tahun 1970-an, juga tertuang dalam lambang klub sepakbola kebanggaan Kabupaten Jayapura, Persidafon Dafonsoro. Ya, pada logo klub Persidafon, jelas terpampang gambar ikan hiu bersama bola.

Sementara itu, menurut Northern New Guinea Leader WWF Indonesia, Peter Roki Aloisius, banyak penyebaran ikan hiu jenis air tawar di Papua dan Papua Nugini. Salah satunya, terdapat hiu gergaji di Danau Sentani.

“Tak semua hiu hidup di air laut, tapi ada juga hiu air tawar, mulai dari hulu sampai hilir. Ada juga ikan yang hidup di dua alam, misalnya ikan besar itu hidup di laut dan bertelur di hulu sungai,” kata Roki, Selasa, 19 Maret 2019.

Namun Roki mengatakan bahwa ikan yang mirip hiu ditemukan warga di BTN Sosial Sentani pasca banjir itu bisa juga merupakan ikan danau yang punah. Sebab, warga setempat menyebutkan predator yang masuk ke danau itu dengan sebutan ikan merah atau ikan Lohan.

“Lalu ada juga ikan mujair dan gabus yang masuk ke Danau Sentani. Hal menarik lainnya dengan adanya temuan ikan mirip hiu menjadi menarik untuk dilakukan penelitian,” ujarnya.

Sejarah Danau Sentani yang Diisi Spesies Ikan Hiu

Sekadar informasi, Danau Sentani, yang disebut-sebut terdapat spesies hiu gergaji, terletak di Kabupaten Jayapura, dengan luas sekitar 9.360 hektar. Di danau tersebut, setidaknya ada 21 gugusan pulau yang tersebar di tiga wilayah, Sentani Tengah, Barat dan Timur. Bahkan, Danau Sentani sudah ditetapkan sebagai satu dari 15 danau prioritas nasional.

Danau Sentani sendiri merupakan bekas teluk yang terputus oleh pengungkitan tektonik, seperti yang tertulis dalam buku Ekologi Papua (2012). Di pesisir lain garis pantai awal yang terbuka, secara berangsur terputus dengan pertumbuhan karang yang membentuk terumbu karang dan memperlambat energi gelombang, sehingga menciptakan banyak laguna. Dari sebuah sampel inti 10 meter lumpur menunjukkan umur danau ini sekitar 70.000 tahun.

Berdasarkan temuan ekskavasi, bahwa manusia prasejarah kabarnya sangat bergantung pada Danau Sentani sebagai sumber fauna dan sumber air dalam kehidupan mereka. Temuan alat batu penokok sagu menjelaskan hutan sagu di pinggir Danau Sentani dimanfaatkan sebagai sumber makanan.

Seperti dikutip dari Mongabay, 23 Mei 2018, saat dilakukan penelitian pada tahun 1993 oleh peneliti dari Universitas Cendrawasih, ternyata masi ditemukan 35 spesies ikan di Danau Sentani. Namun ketika Dosen Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cendrawasih, Papua, Henderite Ohee dan timnya melakukan penelitian lagi pada tahun 2016-2017, hanya tersisa 19 spesies saja.

Dari jumlah tersebut 8 spesies adalah ikan asli, 7 spesies ikan anadromus, yakni jenis ikan yang bertelur di laut dan kembali lagi ke danau Sentani. Sedangkan ikan introduksi atau yang dibawa dari luar oleh manusia sebanyak 10 sampai 11 jenis.

Spesies anadromus yang sebelumnya dijumpai di Danau Sentani, seperti hiu gergaji (Pristis microdon), bahkan tidak ditemukan lagi sejak awal tahun 1970-an. Penyebabnya karena sering tertangkap jaring nelayan.

Menariknya, fakta ini seperti menegaskan apa yang sudah disampaikan Hari Suroto. Ya, pernyataan Hari yang menyebut bahwa memori Suku Sentani tentang ikan hiu, yang dikabarkan sempat menghilang dari Sentani dan terakhir ditangkap tahun 1970-an, benar adanya. Sekitar tahun tersebut, spesies hiu gergaji (pristis microdon) memang tak ditemukan lagi di Danau Sentani, namun kini ikan hiu tersebut justru muncul lagi.

Share: Ikan Hiu Langka Muncul Pasca Banjir di Sentani, Apa yang Terjadi?