Isu Terkini

3 Alasan Sakti Edy Rahmayadi Enggak Perlu Diganti dari Ketua PSSI

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Edy Rahmayadi tak hentinya menjadi buah bibir dan menyita perhatian publik dalam beberapa pekan terakhir. Setelah Timnas Indonesia gagal melaju ke babak semifinal Piala AFF 2018 dan hanya tercecer di posisi keempat klasemen akhir Grup B, Edy tampak santai-santai saja, tanpa terlihat merasa bersalah. Malah, Edy menunjuk ‘batang hidung’ wartawan sebagai kambing hitam dalam situasi ini.

Pernyataan yang seharusnya tak patut keluar dari mulut seorang Ketum PSSI pun akhirnya terlontar. Pada Kamis, 22 November 2018 lalu, Edy memberi jawaban yang membuat publik geleng-geleng kepala saat ditanya soal kiprah Timnas Indonesia. Seolah tak ingin disalahkan, Edy meminta wartawan lah yang harus bekerja lebih baik agar Timnas juga jadi baik.

Sontak, pernyataan itu malah dinilai aneh dan membuat heboh publik. Lho, bagaimana ceritanya wartawan yang ‘disalahkan’ atas performa buruk Timnas yang gagal melaju ke semifinal Piala AFF 2018? “Wartawannya harus baik. Ketika wartawan baik, maka timnasnya baik,” kata Edy di hadapan wartawan yang menanyakan apakah ada evaluasi terhadap penampilan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018.

Meski ketus dan kerap bicara semaunya, tapi, setelah dipikir-pikir, Pak Edy masih layak kok guys mimpin PSSI! Ya… setidaknya sampai masa jabatannya selesai gitu. Jadi sabar-sabar aja ya karena seenggaknya ada tiga alasan yang membuat posisi Edy enggak perlu diganti sebagai orang nomor satu di PSSI.

Meneruskan Tradisi Rangkap Jabatan di Dunia Olahraga

Edy sendiri terpilih sebagai Ketum PSSI untuk periode 2016-2020. Setidaknya masih ada dua tahun lagi sampai mantan Pangkostrad itu lepas jabatan. Jadi, biarkanlah Pak Edy menyelesaikan masa jabatannya yang tinggal sedikit itu, ya paling pecinta sepakbola tanah air hanya perlu nahan-nahan hati dikit lah ya.

Baca Juga: 8 Ucapan ‘Gereget’ Edy Rahmayadi Selama Jadi Ketua PSSI

Rangkap jabatan itu sulit lho, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukannya, termasuk Pak Edy ini. Jadi biarkanlah Pak Edy meneruskan tradisi rangkap jabatan layaknya di induk-induk olahraga nasional lainnya. Jadi, Pak Edy dan PSSI jangan mau kalah dong.

Lho, Pak Wiranto aja bisa dan lancar-lancar aja kok rangkap jabatan. Beliau saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK, juga menjabat sebagai ketua umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mulai 2016 lalu. Keren enggak tuh?

Malah, meski rangkap jabatan, Wiranto berhasil lho membangkitkan prestasi atlet-atlet bulutangkis kita. Coba aja tengok gimana moncernya pasangan ganda putra terbaik Indonesia dan dunia saat ini Kevin Sanjaya/Marcus Gideon. Selain juara di Asian Games 2018, Kevin/Marcus juga tampil trengginas di level tour super series dunia.

Bayangin aja, Kevin/Marcus sudah menyabet total sembilan gelar juara di tahun 2018 ini. Rinciannya adalah gelar juara Indonesia Masters 2018, India Terbuka 2018, All England 2018, Indonesia Open 2018, Asian Games 2018, Jepang Terbuka 2018, Denmark Terbuka 2018, Fuzhou China Terbuka 2018, dan Hong Kong Terbuka 2018.

Gelar itu akan menjadi sempurna jika Kevin/Marcus bisa menutup tahun ini dengan meraih gelar juara di BWF World Tour Finals 2018 di Guangzhou, China, pada 12-16 Desember. Dengan begitu, Kevin/Marcus mengakhiri tahun 2018 dengan meraih total 10 gelar juara. Amazing kan? Siapa dulu ketum PBSI-nya? Pak Wiranto dong.

Tak hanya Kevin/Marcus saja yang sukses melesat di era kepemimpinan Wiranto. Ada juga pebulutangkis tunggal putra Indonesia Jonathan Christie yang berhasil meraih medali emas Asian Games 2018. Ada pula tunggal putra lainnya Anthony Sinisuka Ginting yang berhasil meraih gelar juara China Open 2018.

Enggak cuma Pak Edy dan Pak Wiranto saja yang rangkap jabatan, ada pula Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Periode 2016-2020.

Airlangga Hartato menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Kerja setelah menggantikan Saleh Husin. Ketua Umum Partai Golkar ini juga menjabat sebagai ketua umum (Ketum) Persatuan Wushu Indonesia (PB WI). Lalu satu lagi ada Klemen Tinal menjabat sebagai wakil gubernur Papua dan menjadi ketua umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PB PORSEROSI). Klemen menjabat sebagai ketum PB PORSEROSI untuk masa bakti 2017-2022.

Baca Juga: Tips Jadi Wartawan yang Baik Versi Edy Rahmayadi

Jadi, Pak Edy enggak sendiri, ada banyak juga ternyata yang rangkap jabatan dan meneruskan tradisi itu di dunia olahraga Indonesia. Biarkan lah saja dulu guys Pak Edy jadi Ketum PSSI, Gubernur Sumatera Utara, dan Ketua Dewan Pembina PSMS Medan. Siapa tau sebentar lagi Timnas Indonesia bisa meraih prestasi.

Agar Pecinta Sepakbola Selalu Terhibur

Jika Pak Edy dibiarkan lengser dari jabatannya sebagai Ketum PSSI, maka dipastikan pecinta sepakbola Indonesia akan kehilangan hiburan. Padahal selama ini Pak Edy udah berhasil lho menghibur masyarakat, dapet pahala lagi karena bikin orang lain bahagia.

Siapa yang enggak terhibur dengan ucapan-ucapan Pak Edy yang selama ini terekam dalam video-video yang tersebar di media sosial?

1. 13 Oktober 2017 semprot reporter Tirto yang minta tanggapan soal sembilan suporter sepakbola tewas baik di dalam maupun luar stadion

“Tanggapannya saya mau mundur saja jadi umum PSSI! Kamu [saja yang] jadi ketua PSSI, mudah-mudahan tidak ada yang tewas, deh.”

“Orang sedang sibuk untuk martabat bangsa, kamu malah sibuk dengan menyudutkan orang lain.”

2. 6 Desember 2017 soal Selangor FC kontrak Evan Dimas dan Ilham Udin

“Siapa mereka? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak.”

“Kalau mata duitan, ya repot juga kita. Enggak ada jiwa nasionalisme. Nanti akan saya kumpulkan segera.”

3. 20 Desember 2017 menyebut Ilija Spasojevic dari Amerika Latin

“Yang pertama di tahun 2018 begitu banyak event internasional dan nasional yang harus dilakukan untuk sepakbola Indonesia. Mungkin rakyat Indonesia monitor, ada Spaso dari Amerika Latin. Saya meminta kepada dia dan dia bersedia untuk menjadi pemain bola di Indonesia yaitu melakukan naturalisasi.”

Baca Juga: Penyebab Ajakan ‘Kosongkan GBK’ Jelang Laga Timnas vs Timor Leste

4. 21 September 2018 membantah tampar suporter PSMS Medan

“Sudah suatu kebiasaan saya memegang pipi, jika enggak saya megang kepala. Kok larinya [saya dianggap] menampar, gitu? Tangan saya ini besar, jika nampar orang sayang sekali. Ya, Anda udah tahulah itu.”

5. 24 September 2018 menyentil presenter Kompas TV Aiman Wicaksono soal rangkap jabatan.

“Apa urusan Anda menanyakan itu. Bukan hak Anda bertanya kepada saya.”

6. 18 Oktober 2018 menjawab soal polemik Luis Milla

“Kabarnya (Luis Milla) tanya ke saya, orang saya ketua PSSI-nya kok.”

“Luis Milla sedang melakukan itu pendalaman ilmu (kursus lisensi kepelatihan), sebagai kewajiban seorang coach. Coach itu pelatih, dan dia baru selesai. Hari ini insya Allah sudah sampai (di Indonesia).”

7. 22 November 2018 mengatakan wartawan harus baik agar Timnas juga baik

“Wartawannya harus baik. Ketika wartawan baik, maka timnasnya baik.”

Wartawan Bisa Kerja Lebih Baik

“Wartawannya harus baik. Ketika wartawan baik, maka timnasnya baik.”

Ucapan Pak Edy ini ada benarnya juga guys. Wartawan bisa jadi penentu berhasil atau tidaknya Timnas kita meraih prestasi. Jadi, pertahankan Pak Edy, demi wartawan yang lebih baik sehingga Timnas Indonesia akan tampil lebih baik juga.

Kalian rindu Timnas juara kan? Pasti. Maka satu-satunya cara ya dengan mempertahankan Pak Edy ini. Lho, buat apa sih capek-capek bikin tagar #EdyOut terus nge-chant di stadion teriak-teriak biar Edy lengser? Toh Pak Edy nya sendiri enggak mau ngelepas jabatannya kok.

Kalau pun mau lengser, itu pasti proses dan jalannya panjang. Kalau bukan karena kemauannya sendiri untuk mundur, ya harus melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Ribet dan panjang kan prosesnya?

Jika Pak Edy terus bertahan sebagai Ketum PSSI sampai masa baktinya habis pada 2020 mendatang, maka selama itu pula Pak Edy akan selalu setia mengoreksi dan mengevaluasi pekerjaan wartawan. Dengan begitu, sekali lagi jika wartawannya baik, maka Timnas juga akan baik. Bersabarlah…

Share: 3 Alasan Sakti Edy Rahmayadi Enggak Perlu Diganti dari Ketua PSSI