Budaya Pop

29 Januari 2001: Gus Dur Didesak Mundur dari Posisi Presiden

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memiliki sejarah kelabu pada rentang penghujun 2000 hingga Januari 2001 silam. Kala itu, sosok yang dilantik sebagai Presiden RI ke-4 pada 20 Oktober 1999 itu menghadapi situasi sulit. Ia sempat dihantam sejumlah kasus yang menggoyang posisinya sebagai kepala negara hingga merebak sejumlah aksi demonstrasi mahasiswa yang mendesaknya mundur.

Misalnya saja ada kasus yang sempat memicu ketegangan antara DPR dan Gus Dur yakni masalah Buloggate dan Bruneigate yang mengindikasikan keterlibatan Presiden dalam soal uang, hingga berujung pada pemakzulan pada 23 Juli 2001. Desakan agar Gus Dur mundur dari jabatannya sebenarnya sudah merebak pada penghujung 2000. Kala itu, presiden dinilai gagal menjalankan agenda reformasi dan dinilai bertingkah seperti Orde Baru.

Desakan Mahasiswa Jelang Akhir Tahun 2000

Pada Jumat, 10 November 2000, desakan tersebut disampaikan 300 pemuda yang tergabung dalam Front Aksi Mahasiswa Islam di Gedung MPR/DPR RI. Demonstran menilai dengan ditemukannya banyak persoalan, seperti Skandal Bulog, Sultan Brunei, dan perselingkuhan, mengindikasikan bahwa cara-cara Orba dipraktikkan pula oleh pemerintahan Gus Dur.

Dugaan kasus-kasus yang menyasar Gus Dur itu lah yang membuat kepercayaan masyarakat jadi turun. Apalagi, berbagai kasus tersebut tak pernah diklarifikasi presiden. Itu sebabnya, mahasiswa mendesak agar MPR mencabut Tap MPR Nomor VII tentang pengangkatan Gus Dur sebagai Presiden.

Meski begitu, pada akhirnya para pengunjuk rasa yang terdiri dari berbagai unsur organisasi Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam Indonesia, Pemuda Al Irsyad, Pemuda Muhamadiyah, Himpunan Mahasiswa Muslim Antarkampus dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia itu masih memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk melakukan pembenahan. Misalnya saja dengan menuntaskan berbagai masalah korupsi, kolusi dan nepotisme.

Tak hanya itu saja, massa aksi juga meminta agar kasus-kasus yang terjadi di era reformasi bisa dituntaskan dan dibawa ke ranah hukum. Permintaan lainnya adalah agar elite politik bisa meredam konflik horizontal. Sebab, para politisi yang ada di DPR/MPR dinilai hanya bermanuver, sehingga perubahan yang berarti tak terwujud.

Sehingga hal tersebut bisa berdampak fatal karena kepentingan rakyat jadi terabaikan. Apalagi saat itu, menurut massa aksi mahasiswa, fungsi legislasi DPR banyak diwarnai kompromi antarelite politik yang ujung-ujungnya bermuara pada kepentingan pribadi atau kelompok. Masalah-masalah seperti itu lah yang harus dibenahi.

Mahasiswa Aksi Lagi Desak Gus Dur Mundur di Awal Januari 2001

Kegaduhan politik pun mulai terjadi sejak awal 2001 menyusul merebaknya kasus Dana Yanatera Bulog dan Bantuan Sultan Brunei. Lebih lanjut, pernyataan dan kebijakan Presiden Gus Dur yang kerap menimbulkan kontroversi juga jadi pemicu masalah. Di awal-awal tahun 2001 itu, aksi mahasiswa mendesak mundurnya Gus Dur dari kursi presiden pun kembali muncul.

Ribuan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi se-Jawa menggelar mimbar bebas di halaman Universitas Trisakti, pada Rabu, 24 Januari 2001 siang. Massa aksi meminta pertanggungjawaban Presiden Gus Dur menyangkut Skandal Bulog dan penerapan agenda reformasi. Tiga mantan Menteri Kabinet Persatuan Nasional, Jusuf Kalla, Kwik Kian Gie, dan Bambang Sudibyo didaulat massa untuk menyampaikan orasi di atas mimbar.

Sebelumnya, diketahui mereka sempat menjadi pembicara dalam dialog bertajuk “Apa di Balik Kasus Buloggate”. Tak hanya di Trisakti saja, aksi serupa juga terjadi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Mahasiswa yang tergabung dalam Majelis Pertimbangan Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia menyerukan kepada Gus Dur, Megawati, Amien Rais, dan Akbar Tandjung untuk mundur dari jabatan mereka.

Bagi para mahasiswa aksi tersebut, para elite politik itu telah mengkhianati agenda reformasi, termasuk telah mengaburkan Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Buloggate, dan Bruneigate. Mereka pun menuding anggota legislatif telah terkontaminasi virus Orde Baru.

Sementara itu, di depan Gedung DPR, kelompok anti-Gus Dur yang berada di bawah Pergerakan Islam untuk Tanah Air dan Persatuan Pemuda Islam, juga menggelar unjuk rasa. Mereka meminta Panitia Khusus Buloggate dan Bruneigate tak gentar untuk mengadili Gus Dur dan menurunkannya dari posisi orang nomor satu di Indonesia.

Sebenarnya aksi demonstrasi mahasiswa menuntun Gus Dur mundur tak hanya terjadi di Jakarta saja. Mahasiswa di berbagai daerah juga menggelar aksi sejenis. Puluhan mahasiswa Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan, berdemo di DPRD Sulsel. Mereka merasa kecewa dengan kinerja Gus Dur yang tak mampu mewujudkan perbaikan di segala bidang.

Bahkan, mereka menuding Gus Dur bukan menegakkan hukum, tapi malah melecehkan hukum. Mereka memberi contoh kasus raibnya Tommy Soeharto, terjadinya Skandal Bulog, dan Bruneigate. Lalu ada juga aksi mahasiswa di Palembang yang menamakan diri Front Aksi Mahasiswa dan Rakyat, mendesak DPR menggelar Sidang Istimewa. Mereka menilai rakyat sudah tak mempercayai Gus Dur.

Keengganan Gus Dur memberi keterangan dalam perkara Buloggate dan Bruneigate dituding sebagai wujud arogansi kekuasaan. Mereka mendukung bila Panitia Khusus Buloggate memanggil kembali Gus Dur.

Suhu politik mulai panas pada 27 Januari 2001. Dalam pertemuan dengan rektor-rektor universitas, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk dalam anarkisme menyusul merebaknya kasus penyalahgunaan dana karyawan di Yayasan Kesejahteraan Karyawan Badan Urusan Logistik (Yanatera Bulog) sebesar Rp 35 miliar. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.

Pertemuan tersebut pun memicu bertambahnya gerakan anti-Wahid. Lalu, memasuki 1 Februari 2001, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR di mana pemakzulan presiden dapat dilakukan. Menanggapi hal tersebut, anggota PKB hanya bisa walk out.

Lalu pada 29 Januari 2001, gelombang aksi demonstrasi mahasiswa di Indonesia pun kembali bergejolak. Kala itu, ribuan mahasiswa menyerbu Gedung DPR/MPR dan meminta Gus Dur mengundurkan diri dari kursi presiden dengan alasan keterlibatanya dalam skandal korupsi Bruneigate dan Buloggate. Kala itu, kasus buloggate menyebabkan lembaga DPR mengeluarkan teguran keras kepada Gus Dur dalam bentuk memorandum. DPR meminta Presiden Gus Dur kembali berkerja sesuai GBHN yang diamanatkan

Share: 29 Januari 2001: Gus Dur Didesak Mundur dari Posisi Presiden