Transjakarta, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Busway” di Jakarta, baru saja mendapatkan pujian dari Malaysia. Pujian tersebut dilayangkan oleh Karim Raslan, seorang jurnalis South China Morning Post (SCMP), dalam salah satu artikelnya yang diterbitkan Jumat (23/11) kemarin. Karim menilai bahwa pengoperasian TransJakarta begitu baik, dan seharusnya ditiru oleh Mass Rapid Transit (MRT) Malaysia. TransJakarta sendiri secara konseptual adalah moda transportasi berbentuk Bus Rapid Transit (BRT). “BRT Jakarta yang dioperasikan oleh PT Transportasi Jakarta sangat mudah dijangkau masyarakat. Biayanya murah, menggunakan fasilitas publik yang sudah jadi. Rutenya memakai jalanan yang sudah ada, dan konstruksi haltenya sederhana tapi kuat,” ungkap Karim.
Berbeda jauh dengan Transjakarta yang selalu ramai peminat, MRT Malaysia dinilai Karim belum berhasil memberikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Meskipun mewah dan canggih, setiap harinya hanya ada 135 ribu penumpang yang menggunakan MRT. Padahal targetnya per hari seharusnya mencapai 150 ribu orang.
Jika dilihat dengan lebih luas lagi, itu berarti hanya 10 persen penduduk Kuala Lumpur yang benar-benar memanfaatkan MRT sebagai transportasi publik. Stagnansi ini terjadi semenjak tahun 2010. Harga tiket yang begitu tinggi, terutama jika dibandingkan dengan TransJakarta, dinilai menjadi salah satu alasan mengapa MRT Malaysia masih sepi peminat.
Menurut Karim, salah satu indikator kesuksesan transportasi umum bisa dilihat dari jumlah penumpang, luasnya persebaran rute, dan jumlah ketersediaan bus. Bagi Karim, TransJakarta sudah berhasil memenuhi ketiga kriteria tersebut dan bisa dinilai sebagai alternatif transportasi umum yang sukses besar. Dengan mengeluarkan uang sebesar Rp3.500, TransJakarta telah menjadi sebuah transportasi umum yang bisa diakses setiap kelas masyarakat, terutama para penglaju yang tinggal di pinggiran kota Jakarta namun harus bekerja di pusat kota Jakarta tiap harinya. Selain biaya, kesuksesan Transjakarta juga diperkuat dengan bagaimana efektifnya menggunakan fasilitas yang ada, seperti menggunakan halte bus biasa sebagai halte TransJakarta. Kini, TransJakarta telah tersedia dalam 125 rute, dengan total 2 ribu unit bus yang beroperasi tiap hari. Belum lagi dengan fakta bahwa ada 650 ribu penumpang per hari. Angka yang amat fantastis ini lah yang telah membuat Transjakarta dipuji oleh Karim.
Meskipun begitu, TransJakarta tentu masih banyak kekurangan. Salah satunya seperti bagaimana pengguna TransJakarta yang masih harus berdesak-desakan pada jam-jam sibuk, seperti waktu berangkat dan pulang kerja. Selain itu, permasalahan bus mogok juga masih menjadi momok yang terjadi dalam pengoperasian TransJakarta. Terlepas dari itu semua, apa yang telah dicapai Transjakarta saat ini tentu harus diapresiasi.
Kesuksesan TransJakarta yang dirasakan saat ini, bahkan dinobatkan sebagai transportasi umum kategori bus dengan jalur terpanjang di dunia, tentu tidak mudah. Ide membangun BRT di Indonesia muncul di tahun 2001. Ide ini pun langsung digarap oleh Sutiyoso bersama dengan salah satu think tank bernama Institute for Transportation and Development Policy (ITDP). Konsep awal pun dikembangkan oleh PT Pamintori Cipta, konsultan transportasi yang memang sudah beberapa kali bekerja sama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Selain pihak swasta, ada beberapa pihak lain yang juga menjadi pendonor yang mendukung hadirnya TransJakarta ini, yaitu badan bantuan dana Amerika Serikat (USAID) dan The University of Indonesia’s Center for Transportation Studies (UI-CTS). Semua pihak yang telah disebutkan ini bekerja sama meramu seperti apa yang dibutuhkan oleh Jakarta agar kemacetan di kemudian hari dapat diminimalisir sekaligus memberikan masyarakat transportasi umum yang dapat bermanfaat untuk semua.
Di tahun 2004, TransJakarta pun akhirnya diresmikan. Dengan itu, TransJakarta menjadi BRT pertama di Asia Tenggara. Koridor 1 dengan rute Blok M-Kota menjadi rute pertama dari 125 rute yang kini sudah tersedia. Dua minggu pertama, penggunaan TransJakarta tidak dikenakan tarif sama sekali. Setelah itu, ditetapkan tarif seharga 2 ribu Rupiah. Di tahun 2012, penyesuaian tarif dilakukan, sehingga tarif TransJakarta pun menjadi Rp3.500 per orang. Angka ini dinilai wajar mengingat moda transportasi lain sejenis seperti Metro Mini dan Kopaja kini berada di kisaran 3 ribu hingga 5 ribu Rupiah per penumpang. Dari yang hanya memiliki satu rute, kini telah berkembang menjadi 125 rute. Dari yang sebelumnya tidak begitu dianggap, kini menjadi andalan. TransJakarta nampak terus berbenah. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya bus-bus baru berkualitas asal Eropa seperti buatan Scania dan Mercedes-Benz yang menggantikan bus-bus lama. Dengan tetap mempertahankan harga yang dapat dijangkau tiap kalangan, TransJakarta terus memberikan rasa nyaman yang lebih pada penggunanya.