SOTR alias Sahur On The Road alias sahur di jalan emang bukan hal yang baru di Indonesia. Awalnya, SOTR ini merupakan kegiatan sosial, di mana para pesertanya bakalan bagi-bagiin makanan sahur untuk orang-orang yang kurang mampu atau mereka yang tidur di jalanan.
Ya, SOTR sebenarnya punya konsep yang keren, kita diajarkan untuk berbuat kebaikan dan saling berbagi di bulan Ramadan, bulan suci bagi umat Islam. Dengan adanya SOTR, mereka yang kurang mampu tetap bisa merasakan nikmatnya sahur dan mampu menjalankan ibadah puasa dengan lebih optimal.
Sayangnya, dari tahun ke tahun, SOTR makin kehilangan maknanya.
Memang telah banyak miskonsepsi tentang kegiatan sahur di jalan ini. Banyak pihak yang merasa bahwa Sahur On The Road hanyalah alat untuk nunjukin eksistensi komunitas atau kelompok tertentu aja. Itu terbukti dari konvoi yang dilakukan saat SOTR, tak jarang mereka beramai-ramai menggunakan kendaraan yang sangat bising dan mengganggu.
Kalau sudah begitu, SOTR sebenarnya ingin menebar kebaikan atau menebar kesombongan, sih? Harusnya bagi-bagi makanan dan sahur bersama, tapi malah enggak ada bedanya dengan geng motor yang punya knalpot bersuara besar dan membuat orang takut di jalanan.
Padahal, untuk kegiatan bagi-bagi makanan untuk orang kurang mampu sebenarnya enggak harus dengan cara konvoi, kok. Kalau udah selesai bagi-bagi makanannya, tinggal kumpul di satu titik untuk makan sahur bersama, enggak perlu konvoi segala.
Kalau udah selesai makan, tinggal pulang deh ke rumah masing-masing, dan banyak-banyakin bersyukur karena masih bisa makan enak dan mampu membantu sesama.
Yang baru banget terjadi, nih, guys, petugas kepolisian membubuarkan peserta sahur on the road (SOTR) di tiga titik di Jakarta pada Minggu, 3 Juni dini hari. Pembubaran ini dilakukan karena peserta SOTR dianggap melakukan tindakan-tindakan yang merusak, bahkan hingga melakukan tawuran antar peserta SOTR.
Titik pertama yang dibubarkan oleh polisi ada di depan Universitas Sahid yang terletak di Jalan Soepomo, Jakarta Selatan. Di titik ini, peserta SOTR melakukan tawuran dengan peserta lainnya sehingga harus dibubarkan.
01:42 Tawuran antar Peserta #SOTR (Sahur in The Road) di dpn Univ. Sahid Jl. Soepomo Jaksel, agar hati2 bila sdg melintas & msh penanganan Polri.— TMC Polda Metro Jaya (@TMCPoldaMetro) June 2, 2018
Titik kedua ada di Jalan Asia Afrika, Senayan. Di titik ini pihak kepolisian membubarkan peserta SOTR dan meminta mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Perilaku buruk seperti ini tidak perlu ditiru, mari kita sama2 tertib demi keamanan & kenyamanan bersama.
Tawuran antar Peserta #SOTR (Sahur on The Road) di Dukuh Bawah Jl. Jend. Sudirman & sdh dlm penanganan Polri.
[Video kiriman Warga]. pic.twitter.com/tYGQYIZVt0— TMC Polda Metro Jaya (@TMCPoldaMetro) June 2, 2018
Titik ketiga ada di depan FX Jalan Jenderal Sudirman. Selain nongkrong, para peserta SOTR di titik ini meresahkan pengguna jalan karena terlibat tawuran antar sesama peserta SOTR dari kelompok yang berbeda. Mereka juga melakukan tindakan vandalisme dengan mencoret-coret dinding underpass Mampang, Jakarta Selatan.
Perilaku buruk seperti ini tidak perlu ditiru.
Mari kita sama2 tertib demi kenyamanan bersama.Peserta #SOTR (Sahur on The Road) melakukan vandalisme di Underpass Mampang.
(Video kiriman Warga). pic.twitter.com/U7xL4AVfnv— TMC Polda Metro Jaya (@TMCPoldaMetro) June 2, 2018
Berkat kejadian itu, enggak heran kalau Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melarang agenda SOTR. Bahkan Anies mengaku udah melakukan koordinasi dengan Polda Metro Jaya soal larangan kegiatan sahur on the road itu.
“Saya sudah bicara dengan Pak Kapolda, kami apresiasi sekali bahwa kepolisian akan melakukan tindakan tegas dan mereka-mereka semua yang melakukan vandalisme tidak akan dibiarkan tak mendapat sanksi,” ujar Anies di Polda Metro Jaya, Senin (4/6/2018).